Rania, seorang barista pecicilan dengan ambisi membuka kafe sendiri, bertemu dengan Bintang, seorang penulis sinis yang selalu nongkrong di kafenya untuk “mencari inspirasi.” Awalnya, mereka sering cekcok karena selera kopi yang beda tipis dengan perang dingin. Tapi, di balik candaan dan sarkasme, perlahan muncul benih-benih perasaan yang tak terduga. Dengan bumbu humor sehari-hari dan obrolan absurd, kisah mereka berkembang menjadi petualangan cinta yang manis dan kocak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyatu dengan Tujuan
Bab 22: Menyatu dengan Tujuan
Seiring berjalannya waktu, kafe yang dikelola Rania dan Bintang semakin dikenal oleh banyak orang. Meskipun tidak ada rencana besar untuk ekspansi, mereka merasa bahwa mereka telah membangun sesuatu yang lebih dari sekadar sebuah tempat makan atau minum—mereka telah menciptakan ruang untuk berbagi, belajar, dan tumbuh bersama.
Namun, meski merasa puas dengan pencapaian mereka, Rania tidak bisa mengabaikan rasa ingin tahu yang terus menggelisahkannya. Apa langkah selanjutnya dalam hidupnya? Apakah ia sudah cukup bahagia dengan apa yang ia miliki, atau adakah hal lain yang harus dicapai?
Pagi itu, Rania duduk sendirian di meja kafe, memandang keluar jendela yang menghadap ke jalan raya. Lalu, sebuah ide terlintas dalam benaknya—mengapa tidak memberikan lebih banyak kesempatan kepada orang lain untuk menemukan kedamaian dan kebahagiaan?
Ia mulai berpikir untuk menyelenggarakan acara lebih besar, sebuah festival kecil yang mengundang orang-orang dengan berbagai latar belakang untuk berkumpul dan berbagi ide. “Mungkin ini saatnya untuk membawa pesan kita lebih jauh, bukan hanya di dalam kafe, tapi juga di luar sana,” gumamnya.
Bintang, yang kebetulan lewat dengan secangkir kopi di tangannya, mendengar gumaman Rania dan menghentikan langkahnya. "Ada apa, Rania? Lo kelihatan lagi mikirin sesuatu yang serius," tanyanya, menatap sahabatnya dengan penuh rasa ingin tahu.
Rania tersenyum, meski matanya sedikit berbinar. "Gue mikir, Bintang. Kita udah bikin tempat yang nyaman di sini, tapi gimana kalau kita mulai bikin perubahan yang lebih besar? Gue berpikir untuk bikin acara festival kecil, tempat orang bisa datang, berbagi cerita, belajar satu sama lain, dan mungkin menemukan kedamaian dalam cara yang baru."
Bintang mengerutkan kening, sedikit terkejut, tetapi juga tertarik. "Festival? Itu ide yang bagus! Kayaknya bakal seru banget, dan bisa jadi cara kita untuk menjangkau lebih banyak orang yang butuh tempat seperti ini."
Rania mengangguk. "Ya, gue ingin sesuatu yang lebih dari sekadar acara makan atau minum. Gue ingin membuat ruang untuk orang-orang yang punya cerita, atau mungkin yang cuma butuh tempat untuk berhenti sejenak dari hiruk-pikuk kehidupan mereka."
Bintang tersenyum dan meletakkan cangkir kopinya. "Lo bener banget, Rania. Kita selalu bilang kafe ini lebih dari sekadar tempat makan, kan? Kenapa nggak memperluas itu dengan acara yang bener-bener berarti untuk orang lain?"
Mereka berdua mulai merancang acara tersebut dengan penuh semangat. Mereka menghubungi beberapa teman dan pengunjung setia kafe untuk menjadi pembicara, dan juga mengundang komunitas-komunitas yang aktif dalam kegiatan sosial dan spiritual. Tujuan mereka sederhana: untuk membuat orang merasa lebih terhubung dengan diri mereka sendiri, dan untuk mengingatkan mereka bahwa kedamaian bisa ditemukan dalam hal-hal kecil yang sering kali terlupakan dalam kehidupan sehari-hari.
---
Festival Kedamaian akhirnya berlangsung dengan meriah. Berbagai stan dan area diskusi terbuka diadakan di taman kota yang luas, di mana orang-orang dari berbagai kalangan berkumpul. Ada ceramah tentang mindfulness, yoga di bawah pohon rindang, sesi berbagi cerita, serta live music yang menenangkan. Rania dan Bintang merasa bangga bisa menyelenggarakan acara sebesar ini, tetapi yang lebih penting, mereka merasa bahwa acara ini memberi dampak positif kepada banyak orang.
Di salah satu sesi, seorang pria paruh baya yang baru saja pensiun berbicara tentang perjalanan hidupnya, bagaimana ia pernah merasa terjebak dalam rutinitas pekerjaan yang membuatnya stres, namun akhirnya menemukan kedamaian setelah belajar untuk lebih hadir dalam setiap momen. "Saya dulu merasa hidup saya hanya berputar di sekitar pekerjaan, sampai akhirnya saya menyadari bahwa hidup itu bukan tentang seberapa banyak yang kita capai, tapi tentang bagaimana kita menikmati setiap detiknya," katanya dengan penuh kebijaksanaan.
Di sudut lain, seorang ibu muda berbagi ceritanya tentang perjuangannya dalam menghadapi tantangan hidup sebagai orang tua tunggal. "Kadang, saya merasa sangat lelah, dan berpikir tidak ada jalan keluar. Tetapi setiap kali saya duduk bersama anak-anak saya, melihat senyum mereka, saya tahu bahwa kebahagiaan itu ada di sini, di dalam hati."
Setiap cerita yang dibagikan membawa kehangatan tersendiri. Para pengunjung tampak terharu, beberapa ada yang meneteskan air mata, sementara yang lainnya duduk diam, merenung. Ada perasaan yang berbeda di sana—sebuah kedamaian yang langka di dunia yang serba cepat dan penuh tekanan ini.
Setelah acara selesai, banyak orang datang kepada Rania dan Bintang untuk mengucapkan terima kasih. "Kafe kalian telah memberi saya lebih dari sekadar tempat untuk minum kopi. Ini memberi saya ruang untuk menemukan kedamaian dalam diri saya sendiri," ujar seorang wanita paruh baya, menyentuh hati keduanya.
Rania merasa sangat bahagia mendengar ucapan itu. "Terima kasih banyak, kami senang bisa berbagi momen ini dengan kalian semua."
Bintang juga ikut tersenyum lebar. "Kita mungkin nggak bisa mengubah dunia dalam sehari, tapi kalau kita bisa memberikan sedikit kedamaian, itu sudah lebih dari cukup."
---
Setelah festival itu, Rania mulai merasakan perubahan besar dalam dirinya. Ia merasa lebih damai, lebih siap menghadapi apapun yang datang di masa depan. Ia menyadari bahwa hidupnya tidak harus selalu tentang mencari tujuan besar atau kesuksesan yang gemerlap. Yang penting adalah bagaimana ia menjalani setiap momen dengan penuh rasa syukur dan menjalani hidup yang lebih seimbang.
Dengan festival yang sukses, Rania merasa bahwa kafe mereka bisa menjadi pusat bagi orang-orang yang ingin berbagi kisah, belajar bersama, dan menemukan kedamaian. Ini bukan lagi hanya soal bisnis; ini adalah tentang menciptakan tempat yang membawa dampak positif bagi banyak orang.
---
Namun, di balik semua kebahagiaan dan pencapaian ini, Rania menyadari bahwa hidup terus berubah. Mungkin ada tantangan baru yang datang, mungkin juga ada peluang yang lebih besar. Tapi satu hal yang pasti, ia akan selalu memegang teguh prinsip yang telah ia pelajari: bahwa kedamaian sejati berasal dari dalam diri sendiri, dan bahwa perjalanan hidup ini adalah kesempatan untuk terus tumbuh, belajar, dan berbagi dengan orang lain.
---
To be continued...