Nessa tidak menyangka akan terseret ke masa lalu. Dimana kerajaan-kerajaan berdiri dengan raja yang memiliki istri lebih dari satu.
Di kehidupan ini, Nessa justru menjadi seorang selir di dalam istana yang penuh intrik.
"Aku tidak pernah menjadi yang kedua ataupun kesekian kalinya. Aku akan menaiki tahta dan menjadi satu-satunya di istana ini!"
Yuk ikuti perjalanan Nessa menjadi ratu, serta terkuaknya asal usul sang mommy.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nilam Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keberanian
"Nona...." Ning ingin mengatakan sesuatu agar nona mengerti, tapi tampaknya semua sia-sia.
"Antar selir Li kembali Ning, dan juga raja. Karena aku ingin istirahat." Jelas Xiu yang tidak melihat tatapan mata yang menghunus pada nya saat ini.
Ning meneguk ludah nya beberapa kali dan berdoa agar nona nya tidak mendapatkan masalah, meksipun peluangnya kecil untuk itu.
"Apa kau tidak tau cara menghargai orang yang menjenguk mu? Atau begini ajaran kediaman mu sebelumnya?" Xiu membuka matanya yang baru saja terpejam.
"Raja.... Aku mengerti bagaimana cara menghargai orang lain. Apalagi dia memasuki kediaman ku. Bahkan siapapun yang punya mata, bisa melihatnya. Aku menyajikan teh hijau untuk selir Li, bukan begitu selir Li?" Jawab Xiu.
"Raja, itu....."
"Itu benar, raja bisa melihatnya. Dan ya, aku juga sudah memeriksa minuman itu sebelum disajikan. Raja juga bisa melihatnya, aku tidak melakukan hal yang tidak sopan disini. Ada lagi raja? Karena seperti yang kita ketahui... Raja memiliki waktu yang sangat penting, sia-sia dihabiskan dengan hal yang tidak penting. Raja mencari selir Li, sekarang sudah ketemu. Atau aku yang harus pergi dari sini? Mungkin raja dan selir Li ingin menghabiskan waktu disini?" Xiu bersiap bangkit dari tempat tidurnya.
"Aku tidak tertarik menghabiskan waktu disini, di kediaman mu. Bahkan satu ruangan dengan mu!" Jawab Ming Tian dengan tajam.
"Kalau begitu pergilah. Aku juga tidak mengharapkan apapun dari raja, sekarang." Semua orang di sana hanya bisa diam dengan tak percaya mendengar jawaban selir Xiu yang begitu berani pada raja.
"Selir Xiu, kau tidak sopan bicara pada raja." Ucap selir Li dengan pelan dan ekspresi nya yang membuat Xiu muak itu.
"Tidak sopan dari mana nya? Aku bicara yang sebenarnya. Waktu raja itu sangat berharga, dan raja hanya ingin mencari mu selir Li. Bukankah lebih baik agar persoalan kalian segera dimulai? Apa ada yang salah dari kata-kata ku?"
"Tidak perlu bicara lagi selir Li. Tidak ada gunanya, ayo kita pergi dari sini. Aku sangat sesak berada disini."
"Baik raja." Selir Li bangkit dari tempat duduknya dan berdiri di samping raja.
"Semoga cepat sembuh selir Xiu."
"Ayo! Dan sebaiknya kau tidak perlu kesini lagi. Bersikaplah seperti selir lainnya yang tidak berkunjung ke sini." Tapi ucapan Ming Tian sama sekali tidak membuat Xiu bereaksi sedih.
"Itu benar selir Li. Karena aku tidak akan sakit lagi. Dah!" Xiu tidak peduli dengan tatapan Ming Tian yang tidak hilang ketajaman nya. Dia justru melambaikan tangan pada keduanya dengan senyum kecil.
"Ning tutup pintu nya! Katakan pada pengawal agar tidak menerima tamu saat ini! Siapapun!" Jelas Xiu yang mengantuk.
"Baik nona." Pintu kediaman Xiu langsung tertutup, dan Ming Tian mendengar hal itu karena dia masih berada di sana. Tangannya terkepal mendengar kata-kata itu yang mengusir dan bersikap kurang ajar padanya.
"Beraninya dia.... Lihat saja, apa yang akan kau terima karena sikap mu ini, selir Xiu." Melihat kepalan tangan itu membuat hati selir Li senang sekali. Ia tersenyum kecil sejenak, sebelum kembali menetralkan wajahnya.
"Raja, jangan dipikirkan... Selir Xiu sedang sakit."
"Jangan bicarakan tentang dia lagi!"
****************
Hawa panas dari luar juga memberikan dampak ke dalam. Hal itu langsung memberikan efek pada Ning yang seperti cacing kepanasan saat ini.
"Berhentilah mondar-mandir Ning, ada apa dengan mu?" Tanya Xiu yang terganggu dengan tingkah gadis itu.
"Nona, hamba sangat takut...." Jelas Ning. Xiu langsung mengganti posisinya dengan tubuh selonjoran dan satu tangannya sebagai penyangga menghadap Ning di depan nya.
"Takut? Takut apa?" Tanya Xiu.
"Bagaimana kalau raja akan menghukum nona?" Jelas sekali raut ketakutan Ning.
"Kenapa dia akan menghukum ku? Aku tidak melakukan apapun."
"Nona, apa nona sadar.... Kata-kata Nona menyinggung yang mulia." Jelas Ning yang langsung membuat Xiu tertawa.
"Menyinggung? Ning... Aku tidak menyinggung nya, aku hanya bicara yang sebenarnya. Lagipula, aku diam pun, dia akan merasa tersinggung juga. Jadi sama saja kan?" Ning memperhatikan wajah santai dan ketenangan nona nya itu.
"Nona... Hamba merasa nona jadi berubah... Atau itu hanya perasaan hamba saja?" Xiu menghentikan tawanya, dia tersadar bagaimana raga yang ditempatinya ini.
"Perubahan itu perlu dilakukan Ning. Apa kau mau kita selalu diinjak-injak disini? Tidak dihargai? Tidak dihormati? Tidak didengarkan? Tidak dipedulikan?" Ning langsung menggeleng cepat.
"Tidak nona, hamba tidak mau nona selalu disakiti." Jelas Ning.
"Karena itulah aku harus berubah mulai saat ini. Ada kalanya kita harus bersikap baik dan ada kalanya kita juga harus bersikap tegas. Jika itu salah, kenapa kita diam saja? Mereka akan semakin senang dengan itu. Kejahatan harus dilawan Ning, hanya dengan itu para penjahat akan mengerti. Kau paham?" Ning mengangguk ragu.
"Tapi Nona, mereka....."
"Mereka banyak dan memliki kuasa yang melindungi mereka. Dan aku tidak. Kau khawatir akan itu?" Ning mengangguk.
"Kau bersama ku, itu cukup. Jangan khawatir, kau dengarkan aku dari sekarang.... Lakukan yang aku katakan dan jangan lakukan yang aku larang. Kau mengerti? Kau percaya padaku kan Ning?"
"Iya Nona, hamba percaya nona. Hamba tidak ingin nona disakiti lagi."
"Bagus, aku senang mendengarnya. Sekarang jangan ganggu aku. Aku mau tidur." Jelas Xiu yang kembali bergelung dalam selimut.
************
Jika ketenangan menghiasi kediaman Xiu, maka situasi sebaliknya sedang terjadi di ruang pertemuan itu.
Para menteri, panglima dan penasehat sedang berkumpul saat ini membahas situasi yang terjadi di kerajaan. "Para nelayan mengalami kesulitan karena badai yang mulia. Itu membuat penghasilan mereka berkurang karena tidak ada ikan yang ditangkap." Jelas salah satu menteri.
"Jika ini terus berlanjut, maka....." Meksipun telinga nya sedang mendengar saat ini, tapi kepalanya sedang memikirkan hal lain.
'Beraninya dia menjawab ku. Dia mengusir ku! Beraninya dia! Xiu!!!' Suara meja yang dipukul membuat Mentri langsung menghentikan pembicaraan nya.
Bersambung.......