(Alur luar negeri ya)
Seorang veteran perang ditugaskan melindungi pengusaha sukses di Milan, Italia. Dia pun langsung terlibat konflik dengan sekelompok mafia yang mengincar keluarga pengusaha tersebut.
Jangan lupa subsribe dan berikan ulasan bintang lima😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24. Kembali seperti semula
"Kau berani mencibirku ya!" Luc menatap kesal pada bodyguard-nya itu.
Arion menggaruk salah satu ujung alisnya sambil terkekeh, "kau sudah kembali setelan pabrik ternyata," gurau Arion, bahkan ia tidak menggunakan bahasa formal, entah lupa atau memang sengaja.
"Hei! Berani sekali kau berkata seperti itu padaku!" Luc terlihat marah, tapi tidak berselang lama ia tertawa sambil meninju dada bidang Arion.
"Aww! Shiit!" Luc memekik sambil mengibaskan tangan kanannya yang baru saja meninju dada bidang pria tersebut. "Rompi sialan! Kenapa kau selalu memakainya, untung saja tanganku tidak patah!" Luc mengoceh sambil meniup punggung tangannya yang memerah.
"Demi keamanan, Nona. Lagi pula aku tidak menyuruh Anda memukulku," ucap Arion tanpa merasa bersalah, karena memang bukan salahnya 'kan?
Luc menyodorkan tangannya yang sakit pada Arion.
"Apa?" Arion menatap tangan putih nan lembut itu dengan pandangan bingung.
"Tiup! Ini sangat sakit, dan kau harus bertanggung jawab!" Luc menjawab pertanyaan Arion dengan nada kesal sambil memalingkan wajah, seolah tidak mau menatap Arion. Padahal yang sesungguhnya terjadi adalah ia sedang menyembunyikan rona kedua pipinya.
Ck!
Arion berdecak kesal kemudian meraih tangan Luc dengan malas, dan meniup punggung tangan mulus itu beberapa kali, "sudah!" ucap Arion menurunkan tangan Luc dengan kasar.
"Oh, Sial! Kenapa kau begitu kasar!" umpat Luc pada Arion yang kini memasuki ruangan ICU. Luc hanya menatap dari luar, ia bisa melihat betapa hancurnya Arion saat melihat putrinya terbaring di atas tempat tidur rumah sakit dalam keadaan kritis dengan berbagai alat medis yang membantu Vittoria bertahan hidup.
Arion mengusap air matanya kemudian mengecup kening putrinya dengan penuh kehangatan, "maafkan Daddy, Vitt. Daddy tidak becus menjagamu. Daddy adalah ayah terburuk di dunia," ucap Arion berusaha untuk tetap tegar dan berlapang dada meski sangat sulit.
"Daddy tidak tahu kalau ibumu adalah seorang monster. Tapi, sebentar lagi dia akan mendapatkan hukuman yang setimpal, Daddy pastikan itu!" lanjut Arion seraya memegang salah satu jari telunjuk putrinya yang terasa dingin. Karena waktu berkunjung di ruang ICU sangat terbatas, karena pasien harus istirahat total, Arion cepat-cepat keluar dari ruangan tersebut, tapi sebelumnya ia mengecup kembali pipi dan kening putrinya.
"Nona, aku harus mengantarkan Anda pulang," ucap Arion pada Luc yang terlihat sedang menelepon seseorang.
"Aku tunggu kabar baiknya, aku sudahi dulu teleponnya," ucap Luc pelan pada seseorang di ujung telepon sana, lalu memasukkan ponselnya ke dalam tas, dan menatap Arion dengan tatapan yang tidak terbaca.
"Ada apa?" tanya Arion saat nona mudanya menatapnya tak berkedip.
"Kenapa kau menyembunyikan kesedihanmu?" tanya Luc dengan nada serius. Padahal tadi sangat jelas kalau bodyguard-nya ini menangis sedih dan merasa hancur saat berada di ruangan ICU, tapi sekarang lihatlah Arion kembali memasang wajah datar tanpa ekspresi, seolah tidak terjadi apa-apa pada dirinya.
Arion seperti mempuyai kepribadian ganda, pikir Luc.
"Anda harus segera pulang ke rumah utama karena hari semakin malam!" ucap Arion tegas, seraya berjalan mendahului menuju lobby rumah sakit.
"Hei, tunggu! Ish, dasar menyebalkan!" Luc mengejar Arion yang sudah berdiri di depan lift. "Aku bisa pulang sendiri, kau di sini saja temani putrimu!" titah Luc namun tidak didengarkan Arion.
"Apakah kau tuli!" geram Luc menatap tajam Arion yang kembali datar dan dingin padanya.
"Anda tidak bisa memberikan perintah kepadaku!"
"Persetan!" balas Luc dengan nada benci.
Mereka berdua kembali bersikap seperti semula. Luc yang angkuh, dan egois, sedangkan Arion dingin, datar, dan tegas. Keduanya seperti minyak dan air, saling bertolak belakang dan sulit untuk akur.
***
Jangan lupa, like, komentar, dan berikan Vote-nya.