Kanara Rusadi, wanita beranak satu yang menikah dengan laki-laki keji karena dijual oleh ibu tirinya. Kanara kabur dari rumah akibat mendapatkan kekerasan dari suaminya. Ia bersama putranya harus hidup serba berkekurangan.
Demi sang putra dan berbekal ijasah SMA, Kanara bertekad masuk di sebuah perusahaan besar milik laki-laki yang pernah dia tabrak mobil super duper mahalnya.
Pertemuan awal mereka meninggalkan kekesalan Brandon. Namun seiring berjalannya waktu, Brandon mengetahui bahwa Kanara sedang bersembunyi dari suaminya dan saat ini berada di dalam bahaya yang mengancam nyawanya.
Brandon yang diam-diam mulai ada rasa pada Kanara, berusaha menyelamatkan wanita itu dari ancaman sang suami yang berkuasa di dunia gelap. Tanpa ia sadari Kanara adalah wanita yang pernah pernah terjerat dengannya sepuluh tahun lalu dan bocah bernama Bian itu adalah putra kandungnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Meeting telah selesai. Brandon lanjut dengan pekerjaan yang lain. Bertemu klien, memantau kinerja perusahaan dan masih banyak lagi. Sore hari menjelang malam ia kembali ke kantor. Pria itu beristirahat di ruangannya. Ia bersandar di dinding kursi kerjanya sambil memijat pangkal hidungnya.
Brandon mengeluarkan sesuatu dari saku celananya kemudian. Sebuah catatan kecil yang diberikan oleh Kanara tadi. Pria itu terus membacanya dan sesekali tersenyum. Entah kenapa Brandon merasa terhibur dengan tulisan itu.
"Kau berani sekali."
Gumam pria itu terus menatap ke catatan kecil Kanara. Setelah puas, ia kembali memasukkan catatan kecil itu ke saku celananya dan bersiap pulang. Ia sudah lelah seharian ini. Brandon ingin pulang dan bermain dengan Zane, keponakan kecilnya yang lucu.
Kantor sudah sepi. Biasanya jam segini masih ada yang lembur, namun hari ini tidak. Tak terlihat satu pun karyawan di lantai sepuluh ini yang tersisa. Saat hendak berjalan ke lantai dasar, Brandon mendengar ada bunyi-bunyi dari arah pantry. Pria itu penasaran dan berjalan menuju pantry.
Dari pintu masuk pantry ia melihat seseorang tengah sibuk di depan mesin kopi. Jelas Brandon langsung mengenali wanita itu meski dilihat dari belakang. Entah kenapa bentuk tubuh wanita itu dia ingat sekali.
Nara Gracia. Nama wanita itu. Nara memiliki body yang sangat bagus untuk ukuran ibu satu anak. Brandon terus menatapi wanita sambil berdiri di dinding pintu. Kalau orang-orang yang tidak tahu wanita itu sudah punya anak, mereka pasti akan mengira dia masih gadis. Wajahnya pun tidak tampak seperti ibu-ibu beranak satu. Masih tampak muda.
Kira-kira wanita itu masih bersama suaminya atau tidak? Atau mereka sudah pisah? Cerai, bahkan mati? Brandon merasa dia sudah gila karena terlalu penasaran dengan kehidupan rumah tangga wanita itu.
Sementara itu Kanara terlonjak kaget, dia hampir melompat saat ia membalikkan tubuh dan tiba-tiba melihat ada sosok yang berdiri dengan tangan terlipat di depan dada sambil bersandar di dinding pintu.
Rasa kaget Kanara tampak jelas di pandangan Brandon. Sudut bibir Brandon terangkat.
"Kenapa belum pulang?" Brandon bertanya lalu melangkah masuk ke pantry, mendekat ke Kanara yang sejak tadi terus berkutat dengan mesin kopi.
Kanara tidak langsung menjawab, tapi tentu Brandon bisa menebak apa yang sedang dilakukan wanita itu sekarang.
"Kau sedang belajar menggunakan mesin kopi?" Brandon setengah menyindir. Ia semakin dekat, bahkan telah berdiri tepat di belakang Kanara.
Jujur saja, baru kali ini ia berdiri sedekat itu saat bicara dengan seorang wanita, selain adiknya. Biasanya pria itu selalu menjaga jarak. Tapi terhadap Kanara, dia juga bingung kenapa.
Kanara merinding karena lelaki itu berdiri terlalu dekat. Dalam pikirannya saat ini ada dua, Brandon akan memarahinya soal kopi yang dia ganti dengan air panas, dan dirinya yang akan di pecat karena tidak becus di hari pertamanya bekerja.
Kanara menoleh ke belakang dan lagi-lagi dia harus dibuat mendongak ke atas karena perbedaan tinggi mereka.
"Pa - pak Brandon," Kanara berusaha tersenyum meski senyumannya begitu kaku dan disertai dengan rasa gugup.
Apalagi pria itu terus menatapnya. Tatapan yang mengintimidasi itu membuat lututnya lemas.
"Catatanmu ini," Brandon mengeluarkan catatan kecil yang dia tulis untuk pria itu. Lutut Kanara makin lemas dibuatnya.
"Kau ingin aku membayangkan air hangat menjadi kopi? Huh! Kau adalah wanita pertama berani bilang begitu padaku," Kanara menggigit bibirnya lirih. Semua ekspresi wanita itu tak luput dari pandangan Brandon.
Pria itu tanpa sadar menikmati melihat Kanara yang gugup dan takut-takut padanya.
"Catatan kecilmu ini membuatku ..."
Pria itu menggantung ucapannya. Kanara menundukkan kepala, siap dengan segala konsekuensi yang akan dia terima nanti. Di pecat memang sayang sekali. Tapi mau bagaimana lagi, menggunakan mesin kopi saja dia tidak tahu, mungkin dia akan di perintahkan menggunakan mesin lain juga seperti mesin fotokopi yang belum dia ketahui sama sekali. Bekerja dikantor memang butuh keahlian, kalau dia tidak ahli, atasan memang pantas memecatnya.
"Membuatku ingin mengajarimu cara menggunakan mesin kopi."
Heh?
Mata Kanara berkedip-kedip.
Ia tidak di pecat? Wajahnya mendongak lagi ke Brandon. Apakah perkataan pria ini hanyalah sebuah kalimat yang disengaja untuk menyindir sebelum memecatnya? Mana ada bos, apalagi yang memiliki posisi utama di kantor ini turun tangan sendiri mengajarinya. Tidak mungkin bukan. Sesaat kemudian Kanara membungkuk meminta maaf.
"Maaf, saya sudah lancang sama bapak pagi tadi."
"Jangan panggil aku bapak, terlalu ketuaan. Aku bahkan belum menikah dan punya anak."
"Bo-bos," Kanara secepat mungkin mengganti panggilannya menjadi bos dan Brandon tidak berkomentar apa-apa lagi. Padahal banyak orang yang memanggil pak dan dia cuek saja karena dia tahu itu adalah panggilan hormat untuknya. Tapi untuk wanita ini, rasanya aneh saja dia mendengar kata bapak keluar dari mulutnya. Dia tidak suka. Dipanggil bos pun masih rada-rada aneh tapi lebih baik daripada dipanggil pak.
"Lihat baik-baik." Brandon maju ke depan Kanara lalu mulai berkutat di depan mesin kopi. Kanara dibuat bingung lagi.
Lelaki ini sungguh-sungguh ingin mengajarinya?
"Kau ingin belajar atau tidak?" kepalanya diketuk pelan.
"Eh? I-iya!"
"Ingin belajar tapi bengong. Mendekat ke sini."
Kanara mendekat, namun saking heran dan kebingungannya dia, kepalanya malah menubruk tubuh Brandon. Wanita itu refleks menjauh. Ya ampun, ceroboh sekali.
"Ma-maaf," ucapnya malu.
"Kau itu ibu beranak satu, kenapa masih seperti gadis perawan yang suka ceroboh?"
Wajah Kanara memerah. Dia dibilang seperti gadis perawan? Hah, yang benar saja. Pertama kali dia sudah dimasuki oleh pria asing yang memperkosanya sepuluh tahun lalu. Dalam ingatannya laki-laki itu berwajah tampan, lihat saja wajah Bian. Tapi Kanara lupa seperti apa wajahnya. Mungkin karena malam itu dirinya terlalu syok sehingga ia langsung kabur begitu saja.
Kemudian, dirinya dinikahi oleh Damian yang kejam. Tak terhitung sudah berapa kali Damian mengobok-obok dirinya. Yang pasti dirinya memang bukan perawan lagi.
"Mau belajar atau tidak?"
Tubuh Kanara bergeming lalu ia kembali mendekat ke Brandon.
"Seperti ini caranya." nada pria itu masih datar tapi sudah tidak mengintimidasi seperti tadi.
Ia mengajari Kanara dengan bahasa yang mudah di mengerti. Padahal hampir sejam wanita itu berkutat di mesin tersebut dan belum benar-benar paham cara penggunaannya. Pantas saja laki-laki ini sudah jadi pemimpin perusahaan di usia yang terbilang cukup muda.
"Sudah paham sekarang?" begitu Brandon menolehkan kepala ke arahnya, Kanara cepat-cepat menatap ke arah lain. Ia hanya terbawa suasana karena pria itu pintar mengajar, bukan karena ingin melihat wajah super tampannya dari dekat.
Kanara malu. Pasti laki-laki itu sedang berpikir dia adalah sosok perempuan yang gampang terpesona dengan wajah-wajah tampan.
"Sudah paham belum" ulang Brandon.
Kanara mengangguk pelan.
"Kalah begitu cobalah."
"Sekarang?"
Brandon tertawa setengah mendengus.
"Kau ingin menunggu sampai besok?" ia menatap Kanara lurus-lurus.
Kanara pun langsung melakukan apa yang pria itu bilang.
aku suka
anak buah Brandon telp dan mengatakan semua,
Brandon tau kalo Bian anaknya tapi Kanara masih mengelak_____
#mungkin
lanjut thorrr
si Brandon Mlah ga pake gengsi, lngsung ungkapin lgi😭 gw smakin yakin disaat mereka udah saling buka hati, rintangan terbesar mereka berdua untuk bersatu ya si Damian, Damian ga bakal lepasin kanara utk Brandon