Fujimoto Peat, aktris papan atas yang dimanja oleh dunia glamor berlibur ke pulau tropis. Di sana ia bertemu Takahashi Fort yang merupakan kebalikan sempurna dari dunianya.
Pertemuan mereka memicu percikan antara pertemuan dua dunia berbeda, keanggunan kota dan keindahan alam liar.
Fort awalnya menolak menjadi pemandu Peat. Tapi setelah melihat Peat yang angkuh, Fort merasa tertantang untuk ‘’mengajarinya pelajaran tentang kehidupan nyata.’’
Di sisi lain, ada satu pasangan lagi yang menjadi pewarna dalam cerita ini. Boss, pria kocak yang tidak tahu batasan dan Noeul, wanita yang terlihat pemarah tapi sebenarnya berhati lembut.
Noeul terbiasa menjadi pusat perhatian, dan sikap santai Boss yang tidak memedulikannya benar-benar membuatnya kesal. Setiap kali Noeul mencoba menunjukkan keberadaannya yang dominan, Boss dengan santai mematahkan egonya.
Hubungan mereka berjalan seperti roller coaster.
Empat orang dalam hubungan tarik ulur penuh humor dan romansa, yang jatuh duluan, kalah!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bpearlpul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 Kembali ke Rutinitas
Fort bangun lebih awal seperti biasanya, sudah berpakaian santai dengan kaos polos dan celana pendek, membawa kopi ke balkon yang menghadap taman. Ia bersandar di pagar sambil menikmati pemandangan, merasa sedikit aneh berada jauh dari laut.
Peat turun dengan pakaian tidur yang elegan, rambutnya masih acak-acakan. Melihat Fort sudah duduk tenang, ia mengerutkan dahi. ‘’Kenapa kau bangun sepagi ini? Tidak ada kapal yang perlu kau pandu di sini.’’
Fort meliriknya dan tersenyum lebar. ‘’Kebiasaan. Dan kau seharusnya lebih sering bangun pagi untuk menghirup udara segar.’’
Peat mendengus sambil mengambil secangkir kopi dari dapur. ‘’Aku bekerja sampai larut malam. Pagi bukan waktuku bersinar.’’
Fort menyeringai mengangkat cangkirnya. ‘’Aku tahu waktumu bersinar. Seperti malam itu di bar.’’
Peat mendengus, wajahnya memerah sedikit, lalu bergumam, ‘’Dasar bajingan.’’
......................
Suara lembut musik meditasi terdengar. Peat melakukan yoga dengan gerakan anggun, mengenakan pakaian olahraga yang menonjolkan lekukan tubuhnya. Di dapur, Fort sibuk menyiapkan sarapan sambil sesekali mencuri pandang. Sebuah senyum tipis muncul di wajahnya.
‘’Kenapa senyum-senyum sendiri, pemandu wisata?’’ tanya Peat tanpa mengalihkan fokusnya dari pose yoga.
Matanya tetap terpejam, tapi ia tahu Fort sedang memperhatikannya.
‘’Tidak apa-apa. Aku hanya menyadari kalau hidupku sekarang lebih indah. Pemandangan pagi ini luar biasa.’’
Peat membuka satu mata dan mendapati tatapan Fort yang terang-terangan memindai tubuhnya. ‘’Benar-benar bajingan.’’
Fort terkekeh, suaranya penuh godaan. ‘’Kalau klienku secantik ini, siapa yang bisa menahan diri?’’
......................
Setelah selesai yoga, Peat meraih handuk kecil untuk mengelap keringatnya, lalu menuju meja makan.
Fort sudah menyiapkan sarapan roti panggang dengan alpukat dan telur rebus, lengkap dengan jus jeruk segar.
‘’Jadi, apa rencanamu hari ini?’’
‘’Sibuk. Lebih baik kau berdiam diri di rumah atau membersihkan tempat ini, mungkin,’’ jawab Peat datar.
Fort tertawa kecil. ‘’Jangan khawatir, aku pemandu wisata yang juga ahli pekerjaan rumah tangga.’’
Setelah selesai, Fort mencuci piring, membersihkan ruang tamu, dan merapikan barang-barang di dapur.
‘’Kau sudah terlihat seperti pembantu sungguhan.’’
Fort menoleh dan melihat Krismon datang dengan ekspresi profesional seperti biasa, mengenakan jas rapi, dan memegang tablet.
‘’Kau lagi. Mau apa?’’
‘’Menjemput Peat ke lokasi syuting.’’
Fort mengernyit seperti baru ingat sesuatu.
‘’Apa kau lupa? Aku sudah syuting mulai hari ini. Jangan mengira aku akan tinggal di rumah terus-menerus,’’ kata Peat muncul menuruni tangga.
‘’Kau juga tidak perlu menungguku pulang atau menyiapkan makan malam. Aku mungkin akan kembali larut malam.’’
‘’Dengar. Jangan coba-coba melakukan hal-hal aneh selama kami pergi,’’ kata Krismon menunjuknya.
‘’Aku tidak pernah mencoba. Tapi langsung melakukannya,’’ kata Fort dengan senyum penuh arti.
Krismon menghela napas panjang dan melangkah keluar mengikuti Peat.
‘’Semoga hari syutingnya menyenangkan,’’ kata Fort memberi semangat.
......................
Perjalanan…
‘’Aku sudah memberi tahu semua aktor tentang adegan hari ini saat rapat kemarin. Mereka terlihat antusias. Bagaimana denganmu? Sudah siap?’’
Peat meletakkan naskah di pangkuannya dan menghela napas ringan. ‘’Aku selalu siap.’’
‘’Aku hanya memastikan karena video menyanyimu di pulau menjadi pembicaraan besar.’’
......................
Fort sedang bersandar di sofa dengan telepon di tangannya.
‘’Semua orang di pulau membicarakan kepulangan Kak Peat,’’ kata Boss dari seberang telepon, suaranya terdengar jelas meski sedikit berisik di latar belakang.
‘’Mereka semua kaget kenapa dia pergi tiba-tiba. Mereka bilang itu tidak adil! Padahal, mereka menunggu-nunggu Kak Peat menyanyi lagi di bar.’’
Fort tersenyum tipis, nada bicaranya santai. ‘’Aku tidak terkejut. Dia memang selalu membuat orang penasaran.’’
Boss mendengus. ‘’Tapi kau tahu apa yang lebih mengejutkan mereka? Fakta kalau kau ikut pergi bersamanya ke kota! Kak Lisa merahasiakan tentang kau yang dibeli sehingga pulau jadi gempar.’’
Fort tertawa pelan, senyumnya melebar. ‘’Kalau aku kembali, apakah mereka akan membunuhku karena pergi begitu saja?’’
‘’Sudah pasti! Dan aku bertaruh kalau itu terjadi, penduduk pulau akan berebut siapa yang pertama kali menusukmu,’’ kata Boss yakin.
Fort menaikkan alis. ‘’Kalau memang itu terjadi, aku akan menggunakanmu sebagai perisai, membiarkanmu mati duluan demi melindungi kakakmu.’’
Di seberang telepon, terdengar suara Boss mengumpat panjang. ‘’Dasar bajingan! Kau benar-benar tidak punya hati. Aku menghormatimu karena kau adalah kakakku.’’
Fort hanya tertawa puas. ‘’Aku hanya bercanda. Tapi kalau sampai benar-benar terjadi, aku tidak janji.’’
Boss mengomel lagi, tapi Fort menikmati setiap kata yang keluar dari mulut adiknya.