Anyelir adalah salah satu nama apartemen mewah yang terletak di sudut kota metropolitan. Suatu hari terjadi pembunuhan pada seorang wanita muda yang tinggal di apartemen anyelir 01. Pembunuhnya hanya meninggalkan setangkai bunga anyelir putih di atas tubuh bersimbah darah itu.
Lisa Amelia Sitarus harus pergi kesana untuk menyelidiki tragedi yang terjadi karena sudah terlanjur terikat kontrak dengan wanita misterius yang ia ditemui di alun-alun kota. Tapi, pada kenyataan nya ia harus terjebak dalam permainan kematian yang diciptakan oleh sang dalang. Ia juga berkerjasama dengan pewaris kerajaan bisnis The farrow grup, Rafan syahdan Farrow.
Apa yang terjadi di apartemen tersebut? Dan permainan apakah yang harus mereka selesaikan? Yuk, ikutin kisahnya disini.
*
Cerita ini murni ide dari author mohon jangan melakukan plagiat. Yuk! sama-sama menghargai dalam berkarya.
follow juga ig aku : @aca_0325
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Hugo melewati pintu begitu saja, sekarang dia berdiri di teras depan, matanya menatap lurus pada Lisa yang berdiri diam ditengah halaman.
"Lisa, ayo masuk!"panggil Hugo dari tempatnya berdiri.
"Sebentar,"sahut Lisa tanpa menoleh, ia masih memperhatikan tembok yang menjulang tinggi. Dalam hati ia bertanya siapa yang begitu kurang kerjaan sehingga membangun rumah yang dikelilingi tembok tinggi. Tapi, memang bisa saja pemilik nya sengaja membangun tembok untuk mengurung manusia yang dia culik. Tapi, untuk apa dia menculik dan membunuh orang?
Tidak ada yang bisa jadikan petunjuk, Lisa segera menghampiri Hugo yang menunggunya.
Keduanya masuk kembali, kemudian menutup pintu seperti semula.
"Pasti ada jalan keluar kan,Sa?"Tanya Hugo yang berjalan lebih dulu menaiki tangga.
"Maksudku, kita bisa masuk ke rumah ini, pasti ada jalan. Tembok itu mungkin hanya dijadikan sebagai pengalihan,"ucap Hugo
"Tapi -"Hugo membuka pintu lalu memberi isyarat pada Lisa agar masuk terlebih dahulu,"kenapa kita dibawa kesini?" Tanyanya ikut masuk lalu menutup pintu.
Tiara sudah menempati ranjang, meringkuk disana sambil memeluk kedua tangannya, gadis itu mungkin sudah tertidur. Sementara Rafan duduk di lantai sambil bersandar ke dinding. Pria itu mengalihkan atensinya dari lantai pada Hugo dan Lisa yang baru masuk.
"Aku benar-benar tidak mengerti. Orang yang sudah membawa kita kesini bahkan tidak menjelaskan apapun,"ucap Hugo duduk di sebelah Rafan, ia masih belum mengerti dan belum paham apa yang terjadi. Kenapa dia berakhir disini bersama penghuni Anyelir yang lainnya.
Lisa duduk di depan kedua pria itu. Lisa ragu, haruskah ia memberitahu mereka tentang orang bertopeng yang menjadi dalang bloody game, orang yang sudah membawa mereka kesini, orang aneh dengan permainan gilanya. Tapi, bagaimana jika ternyata orang itu adalah salah satu dari mereka?
"Ada yang hendak kamu katakan?"Rafan menatap penuh selidik pada Lisa yang tampak gelisah.
"Bloody game,"ujar Lisa, dibasahi bibirnya yang kering lantas kembali bersuara," Menurutmu jika permainan itu dibuat seperti game online, apakah kita harus membunuh semua orang untuk bisa menang?"
"Setahuku dalam sebuah permainan untuk menang kita harus mengalahkan musuh, sebagian memang harus dibunuh tetapi ada juga yang hanya di kalahkan saja."kata Hugo si ahli game. Sudah berkecimpung dalam dunia game sejak remaja tentu dia sudah sangat memahami semua permainan. Bahkan dengan kehebatan nya dalam bermain game Hugo bisa menghasilkan banyak pundi-pundi uang dari hobinya itu.
"Bloody game, apa permainan itu mirip dengan mobile legend?"Tanya Hugo.
Lisa melirik Rafan yang juga menatapnya, lewat mata mereka saling bertanya benarkah Hugo tidak tahu menahu tentang Bloody game? Apa Lisa salah sangka mengira semua orang yang tinggal di anyelir akan menerima surat berisi game tersebut.
Kenapa hanya aku dan Rafan yang diberitahu? Batin Lisa.
"Hei, kenapa kamu diam saja?"Hugo melambaikan tangan didepan wajah Lisa.
"Aku pikir kamu sudah tahu,"Lisa berdehem singkat," kamu sering membuat konten game jadi kupikir kamu tahu tentang game yang satu itu," Kata Lisa tersenyum canggung.
Hugo menggeleng.
Setelah itu tidak ada lagi yang bersuara, ketiganya tenggelam dalam pikiran masing-masing. Lisa menguap lebar, sudut matanya berair, ia sangat mengantuk.
"Tidurlah,"kata Rafan.
Lisa mencari tempat yang nyaman untuk berbaring. Pilihan nya jatuh di dekat jendela, ia merebahkan tubuhnya disana dan menggunakan lengan sebagai bantal. Karena terlalu lelah Lisa tertidur dengan cepat.
°°
Sinar matahari menembus masuk melalui celah-celah ventilasi dan keca jendela. Lisa yang merasa terganggu menggeliat pelan, matanya terbuka sedikit.
Untuk beberapa saat Lisa kembali memejamkan mata, ia masih sangat mengantuk. Namun, saat mengingat bahwa ia sedang tidak berada di rumah cepat-cepat bangun.
" Huh, meski sedang berada ditempat antah barantah kamu masih bisa tidur dengan nyenyak,"Tiara mendengus, ia berdiri di tengah pintu sambil bersedekap.
"Hugo dan Rafan mana?" Tanya Lisa sambil merapikan bajunya yang berantakan.
"Mereka sedang berkumpul sama yang lainnya di lantai dasar," Kata Tiara tidak senang
"Ada orang lain selain kita?"
"Ya, aneh sekali. Entah bagaimana cerita nya kecuali Farhan semua orang yang tinggal di Anyelir ada disini."
Lisa tertegun, benar dugaan nya ternyata. Semua penghuni Anyelir berakhir disini, untuk dibunuh satu persatu. Lisa merinding.
Kemudian Lisa mengikuti Tiara ke lantai satu. Semua orang yang pernah ia lihat di party month ada disana,
Pada sofa single yang tidak begitu jauh dari tangga duduk politikus Janied mahendra. Seperti biasa, pria paruh baya itu masih nampak arogan. Barangkali dia berpikir jabatannya masih sangat di segani disini. Lisa mencibir dalam hati, rupanya Janied masih belum menyadari apa yang terjadi.
Valdino Wastu wilasa berdiri menyendiri di dekat pintu utama. Produser tampan itu sedang berpikir, terlihat jelas dari kerutan rumit di dahinya.
Lalu di tengah-tengah ruangan duduk melingkar Rafan, Hugo, Prisha, Mizuki, Irene dan Reinard Caldwell. Terakhir yang membuat lisa tercengang adalah gadis muda yang tempo hari memainkan piano di party month, gadis itu juga ada disana dengan perban yang melingkar di dahinya.
"Astaga! Apakah kita semua sedang mengadakan pesta disini?" Yoda zachry yang baru saja keluar dari salah satu pintu ruangan yang berjejer di lantai satu ikut bergabung dalam lingkaran tersebut. Pria itu bertanya santai tanpa curiga sedikitpun.
Lisa memijit keningnya yang mendadak pusing. Belum lagi mencari jalan keluar dari sini, bekerja sama dengan orang-orang ini jelas tidak akan mudah. Terlebih lagi Janied yang berlagak sebagai bos.
...***...
Jangan lupa like, komen dan subscribe yaa