NovelToon NovelToon
Cintamu Membalut Lukaku

Cintamu Membalut Lukaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kelahiran kembali menjadi kuat / Romansa
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: achamout

Sejak kehilangan ayahnya, Aqila Safira Wijaya hidup dalam penderitaan di bawah tekanan ibu dan saudara tirinya. Luka hatinya semakin dalam saat kekasihnya, Daniel Ricardo Vano, mengkhianatinya.

Hingga suatu hari, Alvano Raffael Mahendra hadir membawa harapan baru. Atas permintaan ayahnya, Dimas Rasyid Mahendra, yang ingin menepati janji sahabatnya, Hendra Wijaya, Alvano menikahi Aqila. Pernikahan ini menjadi awal dari perjalanan yang penuh cobaan—dari bayang-bayang masa lalu Aqila hingga ancaman orang ketiga.

Namun, di tengah badai, Alvano menjadi pelindung yang membalut luka Aqila dengan cinta. Akankah cinta mereka cukup kuat untuk menghadapi semua ujian?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon achamout, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14 Pindahan

Hari sudah pagi, namun kedua sejoli itu masih nyaman meringkuk di bawah selimut tebal. Tubuh mereka saling bersandar, pelukan erat di antara keduanya. Cahaya matahari pagi perlahan masuk melalui celah-celah jendela, memantul indah di wajah mereka.

Aqila mulai terbangun dari tidurnya. Matanya terbuka perlahan, kelopak matanya masih berat oleh sisa kantuk. Namun, ia tersentak ketika menyadari wajah Alvano begitu dekat, masih terlelap pulas sambil memeluknya erat.

Spontan, Aqila menutup mulutnya dengan tangan, hampir saja ia berteriak. Tapi, pikiran rasionalnya segera mengambil alih. Bukankah mereka sudah menikah? Ia menghela napas lega, mencoba menenangkan detak jantungnya yang tiba-tiba berdetak lebih cepat.

Matanya tertuju pada wajah Alvano yang tampak begitu tenang dalam tidur. Wajahnya begitu damai, dengan garis rahang tegas dan senyum tipis yang menghiasi bibirnya meskipun ia masih terpejam. Tanpa sadar, Aqila tersenyum hangat, menikmati pemandangan di depannya.

"Kamu ganteng kk," gumamnya pelan, hampir seperti bisikan.

Alvano yang tampak masih tidur tiba-tiba menyunggingkan senyum kecil, matanya tetap terpejam. "Dan kamu terlalu manis untuk memulai pagi dengan menggoda suamimu," ucapnya dengan nada menggoda namun suaranya terdengar serak khas orang yang baru bangun tidur.

Mendengar itu, Aqila langsung terlonjak kecil. Ia berusaha bangkit dari tempat tidur, tapi sebelum sempat menjauh, Alvano dengan cepat menariknya kembali ke dalam pelukan. Aqila terperangkap dalam dekapan hangat suaminya, wajahnya seketika memerah.

"K-Kk Vano..." gumam Aqila dengan gugup.

Alvano membuka matanya perlahan, menatap Aqila dengan senyum penuh cinta. "Gimana tidur kamu tadi malam? Nyenyak?" tanyanya lembut, suaranya masih sedikit berat karena baru bangun.

"Nyenyak, Kk," jawab Aqila lirih, matanya menunduk, tak berani bertemu tatap.

Tanpa aba-aba, Alvano mendekatkan wajahnya dan mencium pipi Aqila dengan lembut. Aqila tersentak, matanya membulat.

"K-Kk?" serunya terkejut.

Namun, Alvano hanya tersenyum santai sambil menatapnya. "Itu namanya morning kiss, Sayang. Suami mencium istrinya sebagai ucapan selamat pagi."

Wajah Aqila memerah seketika, rona malu jelas terlihat di pipinya. Ia mengalihkan pandangan, mencoba mengatasi kegugupannya. "K-Kk, aku mau ke kamar mandi dulu," ucapnya terburu-buru sebelum bangkit dari tempat tidur dan berjalan cepat menuju kamar mandi.

Alvano hanya terkekeh melihat tingkah istrinya yang malu-malu. Senyum jahilnya muncul, menunjukkan betapa ia menikmati reaksi Aqila. "Istriku memang pemalu, tapi aku suka" gumamnya sendiri sambil berbaring kembali, menikmati sisa pagi yang hangat.

Dimeja makan, Ratna dan dimas saling lempar pandang saat melihat anak dan menantunya dengan wajah segar menyantap lahap makanan mereka.

"gimana tidur kalian tadi malam? apakah nyenyak? " ucap Ratna menatap Alvano dan Aqila secara bergantian.

"nyenyak ma.. " seru Alvano dengan menyuap nasi ke mulutnya.

"nyenyak tante.. " ucap Aqila malu-malu. Ratna cemberut mendengar ucapan Aqila barusan.

"Aqila sayang.., apa kamu lupa kalau sekarang aku sudah jadi mama mu juga" ucap Ratna membuat-buat wajah kesal.

Alvano terkekeh melihat ekspresi mamanya, "M-maaf tante.. eh maksud aku mama, aku belum terbiasa" ucap Aqila gugup.

"Maklumin aja Ma, Aqila kan baru sehari jadi menantu di rumah ini, ya pasti dia gugup" timpal Dimas.

Ratna tersenyum kecil, " iya pa, mama maklumin kok, tapi ngomong-ngomong kalian berdua mau Honeymoon kemana nih? mama udah nggak sabar pengen cepat-cepat gendong cucu" ucap Ratna antusias. hal itu membuat Aqila yang sedang mengunyah makanannya tersedak seketika. "Uhuk! uhuk..! "

"Aqila, kamu hati hati dong makannya" tegur Alvano lembut. ia segera menuangkan air dan memberikan minum pada Aqila.

Dengan cepat Aqila meminum Air yang diberikan Alvano. "M-maaf kk, aku nggak hati hati" ucapnya kikuk.

"iya nggak papa" Alvano menatap Aqila sekilas dan tersenyum hangat. "kalau soal honeymoon aku belum kepikiran sih ma, aku pikir mau ngurus pindahan aku dulu sama Aqila" Alvano menatap mamanya dengan tatapan serius.

"Kapan? " tanya Dimas sedikit terkejut dengan Ucapan putranya barusan.

"Rencananya sih hari ini pa, aku mau beres-beres barang aku sama Aqila"

"Ha? secepat itu Van? Kamu nggak mau nyoba tinggal disini dulu bareng Aqila? " raut wajah Ratna seketika terlihat sendu.

"Betul itu Van, kamu nggak mau tinggal dirumah ini dulu sama Aqila? kalian kan baru selesai nikah kemarin, masa pindahannya cepat sekali" ucap Dimas menimpali.

"Iya pa, ma. aku tau ini mendadak, tapi kan kalau aku tinggal dirumah aku yang di jalan blok 45 itu kan jadi dekat aku kerja ke kantornya pa, lagian kampus juga dekat dari sana. aku sebentar lagi juga masuk kerja dan ngajar juga pa, ma. Nggak mungkin aku cuti lama-lama" Alvano menghela nafas berat.

"Tapi mama sedih tau, kamu sama Aqila pindahannya cepat sekali. rumah ini jadi sepi kalau nggak ada kalian berdua" Ratna terlihat sedih.

"Mama tenang aja, aku sama Aqila bakalan sering-sering main kesini kok. kan kita cuman beda Gang, nggak beda kota ma" Alvano tersenyum hangat pada mama dan papanya. mencoba menenangkan mereka.

Dengan wajah lesu Ratna mengangguk, Dimas hanya bisa diam dengan keputusan putranya itu, bagaimana pun Alvano sudah memutuskan, mau tidak mau, mereka harus menyetujuinya.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸

"Kk Vano, emang harus ya kita pindahan kerumah barunya sekarang? " tanya Aqila sibuk mengemas barang-barangnya dan memasukannya kedalam koper.

Alvano yang dari tadi juga sibuk mengemas barang-barangnya menoleh seketika, ia tersenyum menatap Aqila. Alvano berjalan dari lemari pakaiannya dan duduk di dekat Aqila yang tengah memasukkan bajunya ke dalam koper.

"Kenapa hmm? kamu masih capek ya? " ucap Alvano penuh perhatian.

"Bukan kk, tapi aku kasian juga lihat tante.. eh maksud aku Mama sama Papa, kasian mereka kk, dirumah sebesar ini mereka harus tinggal berdua lagi" Raut wajah Aqila terlihat sedih, bagaimanapun ia juga merasa sudah nyaman tinggal dirumah ini.

Alvano tersenyum hangat, ia menatap Aqila lembut. "Aqila, aku sebenarnya juga sedih ninggalin rumah ini. Tapi kan kita juga sudah punya rumah sendiri yang aku siapkan untuk tempat kita tinggal. Kalau kita tinggal di sini, nanti rumah itu nggak ada yang ngurus. Lagi pula, rumahnya juga dekat sama kantor dan kampus. Aku nggak perlu jauh-jauh lagi untuk kerja. Kita kan juga bisa sering-sering main ke sini nengokin mama sama papa.”

Aqila mengangguk pelan, meski rasa sedih masih tersisa di hatinya. "Iya, Kk. Oh iya, barang-barang kakak sudah siap dipacking, belum? Kalau belum, biar aku bantu. Lagi pula barangku sedikit, jadi aku cepat selesai berkemas."

Alvano tersenyum kecil sambil mengangguk. "Sudah hampir selesai, kok. Tapi kalau kamu mau bantu, aku nggak akan nolak," ujarnya sambil mencubit gemas pipi Aqila.

Aqila tersenyum tipis, lalu beranjak membantu Alvano.

Aqila berdiri di ruang tamu dengan koper kecil di tangannya. Wajahnya menunduk, matanya berkaca-kaca. Di sampingnya, Alvano berdiri tegak sambil menggenggam tangan istrinya, mencoba memberikan kekuatan. Di hadapan mereka, Ratna dan Dimas berdiri, menatap anak dan menantu mereka dengan senyum yang berat.

"Vano, kamu harus jaga Aqila baik-baik. Dia itu istrimu sekarang, tanggung jawab kamu penuh. Jangan sampai dia merasa sendiri," ucap Ratna dengan suara lembut namun tegas. Ia melangkah mendekat, lalu memeluk Alvano erat.

"Iya, Ma. Aku janji akan jaga Aqila dengan baik," jawab Alvano sambil membalas pelukan ibunya.

Ratna kemudian beralih ke Aqila. Tangannya menggenggam lengan menantunya dengan lembut. "Aqila, kalau ada apa-apa, jangan ragu untuk cerita ke Mama. Kamu sekarang anak Mama juga."

Aqila mengangguk, matanya mulai berkaca-kaca. "Iya, Ma. Terima kasih untuk semuanya."

Dimas maju, menepuk bahu Alvano dengan tegas. "Van, ingat, jadi suami itu nggak mudah. Kamu harus sabar, bijaksana, dan selalu utamakan kebahagiaan istrimu. Papa percaya kamu bisa."

"Iya, Pa. Terima kasih atas semua nasihatnya," jawab Alvano mantap.

Kemudian Dimas menoleh ke Aqila, senyumnya menghangat. "Dan kamu, Aqila, kalau Vano ini terlalu keras kepala, kasih tahu Papa. Biar Papa yang urus dia."

Aqila tersenyum kecil, meski masih malu-malu. "Iya, Pa. Aqila akan ingat itu."

Setelah momen penuh haru itu, Ratna menghela napas panjang, lalu tiba-tiba tersenyum jahil. "Eh, Vano, Aqila, jangan lama-lama, ya. Mama sama Papa kan pengin cepat gendong cucu. Rumah ini sepi kalau cuma kami berdua!"

Aqila langsung menunduk, wajahnya merah padam. "Ma, jangan ngomong gitu..." gumamnya pelan.

Alvano, sebaliknya, tersenyum lebar. "Papa sama mama tenang aja, tinggal tunggu aja kabar baik dari kita berdua," ucapnya sambil melirik Aqila dengan tatapan penuh arti. Sedangkan Aqila semakin menunduk, pipinya semakin memerah.

Dimas dan Ratna tertawa melihat tingkah keduanya. "Kalian berdua janji ya, sering-sering main kesini, jangan lupain mama sama papa" ujar Ratna.

"Iya ma, pasti itu. aku janji kalau libur kerja, bakalan sering-sering main kesini"

"Yaudah kalau gitu, kami berdua pamit dulu ya Ma, Pa" ucap Alvano menyalami orang tuanya begitupun Aqila.

"iya kalian hati- hati"

"iya Ma"

Dengan langkah perlahan, Alvano menggenggam erat tangan Aqila dan menuntunnya menuju mobil. Sesekali, Aqila menoleh ke belakang, melihat Ratna dan Dimas yang berdiri di ambang pintu, melambaikan tangan sambil tersenyum.

Setelah keduanya berada di dalam mobil, Alvano langsung tancap gas meninggalkan perkarangan rumahnya.

Didalam perjalanan keduanya hanya diam, Alvano yang sedang menyetir sesekali melirik ke arah Aqila yang dari tadi menunduk.

"Kamu kenapa Aqila? masih sedih ninggalin Mama sama Papa? " tanya Alvano mencoba membuka obrolan.

Aqila menggeleng pelan. "bukan itu Kk,"

"Terus kenapa nunduk terus? ada apa? ayo cerita sama aku. kamu kalau ada masalah jangan dipendam sendiri Aqila. Aku kan sekarang sudah jadi suami Kamu. Jadi apapun yang menjadi beban di pikiran kamu, kamu harus berbagi semuanya sama aku" Alvano tersenyum hangat, tatapan teduhnya membuat Hati Aqila terasa ringan.

"Aku cuman kepikiran Mama sama kakak tiri aku kak Vano, mau bagaimana pun kan mereka tetap keluarga aku. Aku sedih, di hari bahagia aku mereka nggak ada untuk mendampingi aku, bahkan saat aku udah nikah pun mereka nggak tau" Aqila kembali menunduk, matanya berkaca-kaca. Mau bagaimana pun Miranda dan Areta adalah keluarganya. Walaupun mereka jahat, tapi Aqila tetap sayang. Karna bagaimana pun, sewaktu mamanya Aqila sudah tiada dahulu, Miranda lah yang mengurusnya.

Alvano tersentuh mendengar ucapan Aqila barusan, Aqila benar-benar anak yang baik, bahkan saat Mama dan kakak tiri yang sudah berbuat jahat padanya, ia masih merasa peduli dan selalu ingat.

Saat sedang menyetir, tangan Alvano satunya lagi terulur untuk menggenggam tangan Aqila. Ia mencoba memberikan kekuatan pada istrinya.

"Aqila, aku tau gimana perasaan kamu, kamu pasti selalu merasa sendirian. Karna kamu merasa nggak punya keluarga, kamu masih sayang sama kakak dan ibu kamu. Tapi kan sekarang ada aku Aqila, aku udah jadi suami kamu. Ada papa dan mama juga yang sayang sama kamu. kita keluarga.Kamu jangan sedih gitu, kita lewati semuanya sama-sama ya.."

Aqila mengangguk, Alvano benar-benar memberikan kekuatan pada dirinya " makasih kk Vano, udah selalu ada buat aku" Aqila mencoba tersenyum meskipun rasa sedih masih menggelayuti hatinya.

"iya.. sama sama sayang" lirih Alvano lembut. Aqila seketika merasa pipinya memanas mendengar panggilan manis dari Alvano barusan.

1
hesti_winarni25
semangat berkaya kak
Achamout: Terima kasih kakak😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!