~ hadirmu membuka luka lama yang susah payah kulupakan. _azzalea jhonson.
~ berlarilah sejauh yang kau mau namun, ingat tidak ada tempatmu kembali selain kepelukanku. _Deanirta wiliam.
Bagaimana jadinya jika kenyamananmu terusik karena kehadiran seseorang dari masa lalu. Menghindar atau menyambut? Yuk ikuti kisah selengkapnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nilan sastia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 12
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
"kita bertemu lagi, bina sayang!. Apa kabar!?" azalea masuk kedalam ruangan yang lumayan pengap. Ia menarik kursi ketengah tengah ruangan dan mendudukinya. Matanya fokus kearah wanita yang sedang duduk lemas di atas kasur lantai yang sangat tipis.
"mau apa lagi kamu? Hah!? Belum puas?" sabrina menatap tajam azalea namun, wanita itu hanya terkekeh. ada rasa puas dihatinya melihat kondisi sabrina yang seperti sekarang.
"aku, kangen padamu bina" azalea bangkit dan mendekati sabrina, sontak membuat sabrina mundur hingga punggungnya mentok di tembok.
"bunuh saja aku langsung azalea!!!!" teriak sabrina matanya sudah memerah menahan tangisnya.
"itu terlalu cepat bina sayang. Apa kamu tahu karena kelakuanmu itu membuatku gila, bina. Dan sekarang nikmatilah dampak dari perbuatanmu. Ingat sabrina sayang,, hukum tabur tuai itu nyata adanya" jeda azalea ia mengelus pipi sabrina dengan ujung telunjuknya.
"kamu terlalu kejam sabrina!!!" teriak azalea menggema diseluruh ruangan ia menarik paksa dagu sabrina sehingga membuat wanita itu mendongak.
"disaat kamu tertawa puas diluaran sana. Aku.." azalea menunjuk dirinya sendiri.
"aku harus berjuang dirumah sakit jiwa karenamu!!" azalea kembali berteriak, bahkan wajahnya sudah memerah.
"aku gila sabrina!!! Aku gilaa" gelak tawa azalea kembali menggema membuat buluk kuduk sabrina meremang. Ia tidak menyangka jika perbuatannya dimasa lalu akan kembali kepadanya berkali kali lipat.
"aku trauma, aku kotor, kamu berhasil merusak mentalku si4lan!!" azalea menghempaskan wajah sabrina kesamping. Sakit? Itulah yang sabrina rasakan ia kaget mendengar penuturan azalea. ia tidak menyangka bahwa rasa irinya di masa lalu berhasil menumbuhkan seorang iblis seperti yanga da di depannya sekarang.
"dan kamu harus merasakan apa yang aku rasakan!!" azalea mengeluarkan pisau lipat kecilnya dari dalam saku yang selalu ia bawa bawa.
"tidak aza,, tidak" sabrina menggelengkan kepalanya, luka ditelapak kakinya saja belum kering dan sekarang azalea mau menorehkannya lagi.
"aku sangat suka ekspresimu itu bina, aku sangat menikmati ini. Tenang saja, asal kamu tahu aku bertekad untuk menjadi dokter salah satunya.... Ya ini bina, ngerti dong masa enggak" tawa renyah keluar dari bibir azalea disertai dengan teriakan kesakitan sabrina. Azalea memulai mengukir di lengan wanita itu. Pelan tapi pasti darah sedikit demi sedikit mulai menetes. Teriakan sabrina seakan irama lagu ditelinga azalea.
"sabarlah ini tidak akan lama, bunganya belum kebentuk" azalea terus menggoreskan pisau kecil itu di atas kulit putih mulus milik sabrina.
Tangisan pilu sabrina tidak azalea hiraukan baginya mengukir di atas tubuh sabrina sangat menyenangkan. Bahkan ia melupakan jika otaknya sedang tidak baik baik saja.
"ohwww... Pingsan rupanya" azalea menyudahi kegiatannya setelah melihat sabrina kehilangan kesadarannya.
"bang tolong urus" ucap azalea saat ia membuka pintu ruangan ia hendak pergi ke toilet untuk mencuci tangannya yang terkena darah segar sabrina.
"bang aza pulang!!" teriak azalea diambang pintu, pada bang rio yang sedang menangani luka dilengan sabrina.
"sudah mau pulang? Kok cepat?" tanya bang rio mendongak menatap gadis manis di depannya. Baginya azalea diam diam menghanyutkan, gadis itu seperti bunglon. Bagi orang yang tidak mengenalinya ia terlihat seperti peri suci yang lemah lembut. Namun, dimata mereka gadis itu adalah jelmaan monster yang haus darah.
"ia, bang. Di sini gak seru! Jagain dia ya bang, nanti aku kesini lagi jika kangen" bang rio hanya menganggukkan kepala. Ia mengerti arti kangen itu apa, untuk ukuran orang normal itu sangat dinantikan namun, beda hal, beda cerita jika kangen azalea terhadap sabrina. Awalnya bang rio sangan menghawatirkan sabrina yang sudah seperti kucing yang tidak berdaya namun, dari yang ia ketahui belakangan ini yang sabrina rasakan saat ini adalah karmanya. Ia percaya jika karma itu tidak pernah salah alamat selalu tepat sasaran seperti sabrina saat ini.
Azalea mengemudikan mobilnya meninggalkan bangunan terbengkalai itu. Tanpa ia sadari sejak tadi ada seseorang yang selalu mengikutinya.
"sabrina" geram leon memegang erat setir mobilnya. Dari awal ia sudah mengikuti azalea dan mendengar semua ucapan wanitanya. Awalnya ia ingin turun tangan langsung namun, ia urung ketika melihat kebengisan wanitanya.
"lo, harus membayar mahal atas apa yang pernah lo lakuin pada milikku" mata tajam leon terus menatap kedepan seakan mampu menembus jalanan. Ia terus membuntuti mobil azalea hingga mobil wanita itu masuk kedalam pagar rumahnya.
Mendengar semua ucapan azalea yang sangat menyakitkan itu. Sudah seperti belati yang terus menikam jantungnya. Sakit itulah kenyataannya, ia tidak menyangka jika sabrina yang selalu menjadi sosok pembela bagi azalea rupanya adalah seekor ular yang sangat berbisa.
Leon merutuki dirinya mengapa ia bisa melewatkan ini semua. Kemana saja dirinya mengapa hal sepenting itu bisa terlewatkan olehnya. Pantas saja azalea pergi meninggalkannya karena dirinya belum cukup mengenal kehidupan wanitanya. Jika saja ia benar benar mengetahui kehidupan azalea hal seperti ini sudah pasti ia bereskan.
Setelah beberapa menit berlalu leon terus menatap ke arah kamar azalea berada. Ia memutuskan untuk pulang ke apartemennya. Ia memiliki rumah namun, lebih sering ia menghabiskan waktunya di apartemen miliknya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"dari mana sayang?" tanya ariana begitu azalea melintasi ruang keluarga. Disana ada ariana dan davit yang sedang berbincang bincang ringan.
"dari luar ibu, menemui teman lama" jawab azalea ia duduk disamping ibunya. Kan benar ia tidak berbohong sabrina itu teman lamanya, tepatnya sahabat.
"oh, sudah makan?" tanya ariana lembut.
"belum, bu." azalea meraih remot tv ia mengganti chanel ia mencari acara yang menarik dimatanya. Ibunya selalu saja menonton acara gosip dan azalea tidak menyukai itu. Sama halnya dengan ayah davit namun, mau bagaimana lagi ia pasrah saja.
"ayo, makan dulu ibu temani" ucap ariana meraih remot tv dari tangan putrinya dan menariknya agar ikut berdiri.
"tapi aza gak laper, ibu." rengek azalea memang ia sedang tidak mood dan nafsu makannya juga hilang selepas dari rumah terbengkalai itu.
"gak ada tapi tapian aza. Ayok jalan!!" azalea pasrah mengikuti tarikan ibunya menuju ruang makan. Ayah davit hanya menggelengkan kepalanya melihat kedua wanita yang sangat disayanginya itu. Ayah davit meraih remot tv dan mengganti chanelnya dengan acara bisnis.
"mau ayam?" tanya ariana azalea hanya menggeleng pelan ia tidak mau makan makanan berat sekarang. Apalagi ini malam hari, bisa bisa hancur dietnya.
"diet? Oh, no sayang. Jangan diet okey, ibu gak mau kamu sakit sayang, ayok makan dulu" ariana meletakan piring beserta lauk pauk di depan azalea membuat wanita itu melongo.
'gila, makanannya banyak banget.' batin azalea menjerit melihat makanan yang tertata banyak di depannya. Dan ibunya pun duduk disamping gadis itu jadinya azalea tidak bisa lolos.
"bu...
"makan aza...." mendengar suara ibunya yang penuh penekanan mau tak mau azalea segera makan.