Di Sektor 5, kekuasaan, loyalitas, dan reputasi adalah segalanya. Setelah cedera menghentikan karier balapnya, Galang kembali ke kota asal hanya untuk mendapati jalanan dikuasai oleh 12 geng brutal, dipimpin oleh Blooded Scorpio yang kejam. Ketika sahabatnya, Tama, menjadi korban, Galang terpaksa kembali ke dunia balapan liar dan pertarungan tanpa ampun untuk mencari keadilan. Dengan keterampilan balap dan bela diri yang memukau, ia menantang setiap pemimpin geng, menjadi simbol harapan bagi banyak orang di tengah kekacauan. Namun, musuh terbesar, Draxa, pemimpin Blooded Scorpio, menunggu di puncak konflik yang dipenuhi pengkhianatan dan persatuan tak terduga, memaksa Galang menghadapi bukan hanya Draxa, tetapi juga dirinya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Banu Sahaja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Baja yang Tak Tergoyahkan
Langit Sektor 5 yang mendung menambah suasana mencekam di depan dojo kecil itu. Galang sedang duduk di tangga kayu, menatap jalanan kosong sambil mengencangkan rantai motor Honda CBR 1000RR Fireblade-nya. Suasana hening hanya diisi oleh suara logam yang beradu pelan saat ia memutar kunci pas.
Tama berdiri di dekat pintu dojo, tangan terlipat di dada. Ekspresi cemas terpampang jelas di wajahnya. “Aku dengar Capricorn Steel sudah tahu tentangmu,” katanya pelan.
Galang tidak menoleh. “Mereka pasti tahu. Semua orang tahu sekarang.”
“Ini berbeda, Galang,” lanjut Tama, melangkah mendekat. “Capricorn Steel itu bukan geng biasa. Mereka solid, terorganisir, dan... mereka tidak pernah kalah di lintasan baja.”
Galang berhenti bekerja sejenak, menarik napas panjang sebelum menatap Tama. “Setiap orang pasti kalah pada waktunya.”
Tama mendengus kecil. “Ya, tapi aku tidak yakin kalau waktunya mereka adalah sekarang.”
Sebelum percakapan itu berlanjut, suara mesin motor besar terdengar dari kejauhan. Suara itu tidak seperti mesin biasa—lebih berat, lebih dalam, dan terasa seperti gemuruh yang mendekat dari jauh. Tama menoleh dengan cepat, sementara Galang tetap diam di tempatnya.
Dari ujung jalan, lima motor besar muncul dalam formasi sempurna. Lampu depan mereka memotong kegelapan, menciptakan bayangan panjang di sepanjang jalanan. Ketika mereka berhenti di depan dojo, seorang pria bertubuh besar dengan jaket kulit merah turun dari motor di tengah barisan itu. Wajahnya keras, dihiasi bekas luka panjang di pipi kirinya. Ia melangkah maju dengan percaya diri, tatapannya langsung tertuju pada Galang.
“Galang,” katanya, suaranya berat tetapi jelas. “Akhirnya aku bertemu denganmu.”
Galang berdiri perlahan, menatap pria itu dengan tenang. “Siapa kau?”
“Namaku Arya,” jawab pria itu. “Aku pemimpin Capricorn Steel.”
Ancaman Baja
Arya melangkah lebih dekat, berdiri hanya beberapa meter dari Galang. Anggota Capricorn Steel lainnya tetap diam di belakang, tetapi kehadiran mereka cukup untuk menciptakan tekanan yang tak terlihat.
“Aku sudah mendengar banyak tentangmu,” kata Arya sambil melipat tangan di dadanya. “Kau telah mengalahkan beberapa geng terbaik di Sektor 5. Tapi itu semua hanya membuat kekacauan.”
“Kekacauan?” Galang mengangkat alis.
“Kau telah mengganggu keseimbangan,” jawab Arya, nadanya tegas. “Kami adalah mereka yang menjaga Sektor 5 tetap terkendali. Setiap geng punya tempatnya, setiap wilayah punya aturannya. Tapi sekarang, semua itu runtuh karena kau.”
Galang tetap diam, hanya menatap Arya dengan dingin.
Tama, yang mendengarkan dari dekat, tidak bisa menahan diri. “Jadi kalian datang ke sini hanya untuk menyalahkan Galang karena menang?”
Arya menoleh ke arah Tama dengan senyum tipis yang dingin. “Kami tidak datang untuk menyalahkan. Kami datang untuk memberikan peringatan.”
“Peringatan apa?” tanya Galang akhirnya.
“Bahwa kau telah melewati batas,” jawab Arya dengan nada penuh arti. “Dan jika kau ingin terus berjalan di jalan ini, kau harus membuktikan bahwa kau pantas berada di sini.”
Galang tidak mengalihkan pandangannya. “Apa yang kau inginkan?”
“Lintasan baja,” kata Arya, senyumnya melebar. “Kau dan aku. Satu balapan. Kalau kau menang, Capricorn Steel akan mundur dan tidak mengganggumu lagi. Tapi kalau kau kalah...” Ia berhenti, membiarkan kata-katanya menggantung di udara. “Kau tinggalkan dojo ini. Selamanya.”
Tama langsung maju, wajahnya penuh kemarahan. “Ini jelas jebakan!”
Arya tidak mengindahkan Tama, matanya tetap tertuju pada Galang. “Bagaimana, Galang? Kau terima?”
Galang tetap tenang. Setelah beberapa saat, ia mengangguk. “Aku terima.”
Senyum Arya melebar. “Bagus. Tengah malam nanti. Jangan terlambat.”
Lintasan Baja
Tengah malam, lintasan baja di kawasan industri tua menjadi panggung utama. Jalanan itu terkenal karena tingkat kesulitannya—bekas jalur pengangkutan baja yang penuh tanjakan curam, tikungan tajam, dan rel logam yang masih melintasi aspal. Itu bukan lintasan untuk mereka yang tidak siap.
Ketika Galang tiba di garis start, suasana sudah penuh dengan sorakan anggota Capricorn Steel. Mereka berdiri di sisi lintasan, menciptakan dinding manusia yang menambah tekanan di udara. Di tengah kerumunan, Arya berdiri dengan Ducati Multistrada V4 Pikes Peak-nya, motor besar yang tampak seperti monster siap menerkam.
“Ini lintasan kami,” kata Arya sambil memasang helmnya. “Kami yang menguasainya. Tidak ada yang pernah menang melawan Capricorn Steel di sini.”
Galang menaiki Honda CBR 1000RR Fireblade-nya, menyalakan mesin yang langsung mengeluarkan suara halus tetapi penuh tenaga. “Mungkin malam ini berubah.”
Arya tertawa kecil, suaranya terdengar melalui helmnya. “Kita lihat.”