NovelToon NovelToon
Bertahan Sakit Berpisah Sulit

Bertahan Sakit Berpisah Sulit

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:42.2k
Nilai: 5
Nama Author: Lily Dekranasda

Sinopsis:

Melia Aluna Anderson, seorang manajer desain yang tangguh dan mandiri, kecewa berat ketika pacarnya, Arvin Avano, mulai mengabaikannya demi sekretaris barunya, Keyla.

Hubungan yang telah dibina selama lima tahun hancur di ulang tahun Melia, saat Arvin justru merayakan ulang tahun Keyla dan memberinya hadiah yang pernah Melia impikan.

Sakit hati, Melia memutuskan untuk mengakhiri segalanya dan menerima perjodohan dengan Gabriel Azkana Smith, CEO sukses sekaligus teman masa kecilnya yang mencintainya sejak dulu.

Tanpa pamit, Melia pergi ke kota kelahirannya dan menikahi Gabriel, yang berjanji membahagiakannya.

Sementara itu, Arvin baru menyadari kesalahannya ketika semuanya telah terlambat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Semakin Nyata

Malam itu, kota N dihiasi cahaya lampu-lampu jalan yang berpendar indah. Namun, keindahan itu tidak sejalan dengan apa yang dirasakan Melia. Ia memutuskan untuk lembur di kantornya, mencoba mengalihkan pikiran dari semua masalah yang menghantui hatinya akhir-akhir ini.

Jam menunjukkan pukul delapan malam. Ruangan kantor sudah sepi, hanya ada bunyi pendingin ruangan yang samar-samar terdengar. Melia merapikan berkas-berkas yang sudah selesai ia kerjakan, mencoba meyakinkan dirinya bahwa bekerja bisa membuatnya lupa pada Arvin, pada Keyla, dan pada kekecewaan yang terus membesar.

Namun, saat ia keluar dari kantor untuk menuju parkiran, pandangan Melia terpaku pada sebuah restoran mewah di seberang jalan. Melalui kaca jendela restoran, ia melihat sosok yang sangat familiar: Arvin. Hati Melia mencelos saat menyadari siapa yang duduk di hadapan Arvin.

Keyla.

Keduanya terlihat begitu akrab. Arvin duduk berhadapan dengan Keyla, dan keduanya tertawa kecil seperti sedang berbagi lelucon. Pandangan Arvin begitu lembut, pandangan yang dulu selalu ia berikan pada Melia.

Dada Melia terasa sesak, seolah oksigen di sekelilingnya tiba-tiba menghilang. Tangannya gemetar, dan ia merasa lututnya hampir tak sanggup menopang tubuhnya.

"Jadi ini alasan lembur kamu, Arvin?" gumam Melia dengan suara nyaris tak terdengar.

Melia berdiri di seberang jalan, menyaksikan adegan itu bagaikan duri yang menusuk hatinya berkali-kali. Dalam kepalanya, muncul serangkaian pertanyaan: Apa hubungan mereka sebenarnya? Kenapa harus makan malam bersama di tempat semewah ini? Kenapa tertawa seakrab itu?

Tanpa sadar, air mata menggenang di pelupuk mata Melia. Ia merasa seperti orang asing di dalam hubungannya sendiri, hubungan yang sudah ia perjuangkan selama lima tahun lamanya. Melia menarik napas dalam, mencoba menenangkan dirinya. Namun, amarah, kecewa, dan kesedihan bercampur menjadi satu.

Dengan langkah cepat, Melia menyeberang jalan menuju restoran tersebut. Ia tidak tahu apa yang akan ia lakukan, tapi hatinya terlalu terluka untuk membiarkan ini berlalu begitu saja.

---

Di dalam restoran.

Arvin sedang memotong steaknya sambil sesekali tertawa kecil mendengar candaan Keyla. Keyla tampil sempurna malam itu—gaun berwarna pastel yang anggun, rambut terurai rapi, dan senyumnya yang seolah tak pernah pudar.

"Pak Arvin," ujar Keyla dengan suara lembut. "Saya benar-benar berterima kasih karena sudah mau menemani saya makan malam. Di kota ini, saya belum punya teman... apalagi keluarga."

Arvin tersenyum tipis. "Sudah saya bilang, Keyla. Kamu bukan sekadar sekretaris. Kita ini satu tim, dan sebagai atasan, saya harus memastikan kamu merasa nyaman di sini."

Keyla tersipu malu. "Bapak memang baik sekali."

Tiba-tiba, suara langkah sepatu yang cepat menghampiri meja mereka membuat Arvin dan Keyla mendongak. Di depan meja itu berdiri Melia—dengan wajah yang memerah, matanya yang berkaca-kaca, dan ekspresi yang penuh luka.

"Melia?" Arvin terkejut. "Kamu ngapain di sini?"

Melia menatap Arvin dengan tajam, kemudian berganti menatap Keyla yang pura-pura kaget. "Seharusnya aku yang nanya, Arvin. Kamu ngapain di sini? Bukannya tadi kamu bilang lembur?"

Arvin terlihat canggung. "Ini... bukan seperti yang kamu pikirkan. Aku cuma makan malam sama Keyla. Ini urusan pekerjaan."

"Urusan pekerjaan?" Melia mengulang kalimat itu dengan nada sarkastis. "Di restoran mewah kayak gini? Pakai ketawa-ketawa seperti itu? Kalian kira aku bodoh?"

"Melia, tolong jangan bikin ribut di sini. Kita bisa bicara di luar," ujar Arvin, suaranya sedikit menekan.

"Tidak, Arvin. Aku nggak akan pergi sebelum kamu menjelaskan ini semua!" Melia tidak peduli jika orang-orang di restoran mulai memperhatikannya.

Keyla tiba-tiba angkat bicara dengan nada lembut dan tampak polos. "Maaf, Mbak Melia. Saya nggak ada maksud apa-apa. Ini semua cuma kebetulan. Saya yang minta Pak Arvin menemani saya karena saya benar-benar sendirian di kota ini. Mbak jangan salah paham."

Melia menatap Keyla dengan tajam. Wajahnya terlihat 'manis', tapi Melia tahu betul ada sesuatu yang tidak beres di balik itu semua.

"Sendirian?" Melia mendengus. "Banyak ojek online, banyak taksi, banyak orang lain yang bisa nemenin kamu. Kenapa harus Arvin? Kenapa harus pacar aku?"

Arvin berdiri, mencoba menenangkan Melia dengan menyentuh lengannya. "Melia, cukup. Kamu berlebihan. Keyla memang butuh bantuan, dan aku cuma berusaha jadi atasan yang baik. Kamu terlalu curiga sama aku."

Melia menepis tangan Arvin. Suaranya bergetar, tapi jelas penuh emosi. "Berlebihan? Kamu pikir aku nggak punya perasaan, Arvin? Lima tahun kita bareng, dan sekarang kamu malah begini? Aku sakit hati lihat kamu kayak gini sama orang lain, sedangkan aku... bahkan ketika aku sakit, kamu nggak peduli!"

"Mel, jangan dramatis." Arvin menghela napas kasar, suaranya mulai terdengar frustrasi. "Keyla cuma rekan kerja. Kamu harus percaya sama aku."

"Percaya?" Melia tertawa sinis. "Percaya sama orang yang selalu bohong? Kamu pikir aku nggak lihat gimana cara kamu mandang Keyla? Kamu pikir aku nggak tahu kalau semua ini lebih dari sekadar pekerjaan?"

Keyla memasang wajah sedih. "Mbak Melia, maaf kalau kehadiran saya bikin Mbak salah paham..."

"Berhenti, Keyla," potong Melia tajam. "Aku tahu tipe orang kayak kamu. Di depan manis, di belakang menusuk."

Arvin marah mendengar itu. "Melia, jangan kasar sama Keyla! Dia nggak salah apa-apa."

Kata-kata Arvin itu bagaikan pisau yang menusuk dada Melia lebih dalam. Air mata yang ia tahan sejak tadi akhirnya jatuh. Arvin, yang dulu selalu membelanya, kini lebih memilih membela perempuan lain.

"Baik, Arvin," ujar Melia pelan, suaranya gemetar. "Kalau kamu bilang aku berlebihan, aku akan berhenti jadi orang yang 'berlebihan' di hidup kamu."

Melia berbalik dan berjalan pergi dengan cepat, meninggalkan Arvin yang hanya bisa memandang punggungnya. Keyla memasang wajah penuh rasa bersalah, tapi di dalam hatinya, ia puas melihat Melia pergi.

---

Di luar restoran

Angin malam menyambut Melia yang berjalan cepat menuju mobilnya. Air matanya terus mengalir, dan dadanya terasa begitu sesak. Saat ia masuk ke dalam mobil, ia membiarkan dirinya menangis sejadi-jadinya. Tangisannya pecah dalam keheningan malam itu, dan untuk pertama kalinya, ia merasa begitu lelah—lelah karena berjuang sendirian dalam hubungan yang semakin ia rasa hanya ia yang memperjuangkannya.

---

Di sisi lain, di rumahnya di kota B, Gabriel duduk di ruang kerjanya sambil membaca laporan bisnis. Namun, pikirannya terus mengarah pada Melia. Entah kenapa, hatinya merasa resah memikirkan gadis itu.

Baskara mengetuk pintu dan masuk. “Riel, ada yang mau gue kasih tau.”

Gabriel menoleh. “Apa?”

“Temen gue di kota N tadi bilang... kayaknya masalah Melia makin besar. Gue nggak tahu detailnya, tapi dia liat Melia keluar dari restoran malam ini sambil nangis.”

Gabriel langsung meletakkan dokumen di tangannya. Jantungnya berdebar kencang. “Nangis?”

Baskara mengangguk. “Iya. Gue pikir, lo harus tau.”

Gabriel menatap kosong ke jendela di hadapannya. “Apa yang sebenarnya terjadi sama kamu, Melia?” gumamnya pelan.

---

Melia yang akhirnya melihat sendiri pengkhianatan Arvin dan Keyla, meski Arvin terus menyangkal. Sementara itu, Gabriel semakin khawatir dan penasaran dengan keadaan Melia. Perasaan luka dan kesepian Melia semakin mendalam, namun di sisi lain, takdir mulai mengarahkan langkah Gabriel untuk kembali hadir di hidupnya.

1
akukaya
bodoh kalo kau terima keyla sebagai pasangan kamu....
akukaya
laaaa.muslim murtad ka? serumah dgn pasangan belum halal? mati² aku ingatkan org Kafirun diorg ni.....laaaaaaaa ...
Dwi Setyaningrum
bentar ya thor ini agak bingung aku nya melia sama Gabriel kan sdh menikah nih apa kehdpan rmh tangganya melia sm Gabriel tidur sndr2 ya atau rmhnya sndr2 gt🤔
Dwi Setyaningrum
aku paling malas liat cewek kyk melia ngemis2 cinta kyk gini pdhl melia bkn cewek pengangguran Lo yg kerjaannya ga hanya minta sama pasangannya knp harus bertahan kalau bertahan tp sakit hati terus sayangilah dirimu sndr sblm km sayang sm org lain mel..
🌹🪴eiv🪴🌹
kok masih tunangan
lha yg ijab Kabul kemaren sapose
🌹🪴eiv🪴🌹
papa atau ayah ,, seng bener thor
🌹🪴eiv🪴🌹
ingkar janji berkali2,yg paling menyakitkan kamu sakit tapi dia malah nemenin sekretaris gila yg juga ngeluh sakit,kenapa penuh pertimbangan lagi
wes nak aku Yo tanpa ba bi bu pergi
🌹🪴eiv🪴🌹
bos kok goblok 🤣
Dewi Nuraeni
melia terlalu bodoh klo cuma status msh pacaran ngapain msh bertahan
Andi Samsiah
menyesal tiada arti, nikmati sendiri
Andi Samsiah
ada batas kesabaran mas
Andi Samsiah
melia fokus kedepan jgn pernah menoleh kebelakang lagi
Andi Samsiah
belum nijah aja sdh seoetti itu bgm kalau sdh nikah,lepaskan
Diah Ratna
tak guwak MB,barange Arvin.
mbarno Kon golek nggon Rep Nok hotel po Kayla.
sing jelas,putus.
u and me the end
Lily of The Valley: sabar kak 😭😭
total 1 replies
Anto D Cotto
lanjut thor
Anto D Cotto
menarik
Yuni Ngsih
waduuuh Thor ko dipotong ...👍👍👍💪💪💪
Yuni Ngsih
rasakan marvin itu adalah karma bagimu ...huh
Yuni Ngsih
maju terus melia didlm kehidupan itu sdh di beri pasangan masing "sdh ada hujan pasti ada pelangi ....ok
Yuni Ngsih
melia lepaskan laki" seperti si Arvin ....dunia tdk selebar daun kelor .....pasti kamu mampu ....💪💪💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!