Follow ig 👉 @sifa.syafii
Fb 👉 Sifa Syafii
Seorang gadis berusia 18 tahun bernama Intan, dipaksa Bapaknya menikah dengan Ricko, laki-laki berusia 28 tahun, anak sahabatnya.
Awalnya Intan menolak karena ia masih sekolah dan belum tahu siapa calon suaminya, tapi ia tidak bisa menolak keinginan Bapaknya yang tidak bisa dibantah.
Begitu juga dengan Ricko. Awalnya ia menolak pernikahan itu karena ia sudah memiliki kekasih, dan ia juga tidak tahu siapa calon istrinya. Namun, ia tidak bisa menolak permintaan Papanya yang sudah sakit sangat parah.
Hinggga akhirnya Ricko dan Intan pun menikah. Penasaran dengan kisah mereka? Yuk langsung simak ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11
Intan pun terpaksa tidur satu ranjang lagi dengan Ricko. Ia menaruh guling di tengah-tengah di antara mereka. Ia tidur miring membelakangi Ricko.
Tengah malam Ricko merasa kebelet ingin buang air kecil. Karena tidak melihat ada kamar mandi di dalam kamar Intan, ia pun membangunkan Intan.
"Ntan ... Intan ...," panggil Ricko sambil menggoyang-goyang tubuh Intan.
"Hmm ...," gumam Intan masih dengan memejamkan matanya.
"Di mana kamar mandinya?" tanya Ricko.
"Di belakang sampingnya dapur," jawab Intan lirih.
Ricko pun turun dari ranjang dan keluar dari kamar menuju kamar mandi sesuai petunjuk Intan.
Setelah dari kamar mandi, Ricko kembali ke kamar Intan dan melihat posisi tidur Intan sudah berubah menjadi telentang. Ia pun melihat gundukan dada Intan yang tidak terlalu besar. Ingin ia merabanya karena penasaran, tapi ia ingat sudah membuat perjanjian untuk tidak menyentuhnya. Jadi, ia mengurungkan niatnya lalu kembali tidur di samping Intan.
*
Pagi hari ketika Ricko bangun, Intan sudah tidak ada di sampingnya. Ia pun melihat jam di ponselnya ternyata sudah pukul tujuh pagi. Ia pun memakai kaosnya dan bergegas keluar dari kamar Intan.
"Di mana Intan, Bu?" tanya Ricko pada Bu Romlah yang sedang menyapu di ruang tengah.
"Sudah berangkat ke sekolah jam enam tadi, Rick. Kalau kamu mau sarapan, langsung ke meja makan saja, ya ...," balas Bu Romlah.
"I-iya, Bu. Ricko mandi dulu saja," balas Ricko lalu masuk ke kamar Intan lagi mencari handuk Intan. Setelah itu ia keluar dan menuju kamar mandi.
*
Setelah mandi Ricko duduk di meja makan dan makan sarapan yang tersedia di meja makan. Ia mengambil lele goreng dan sayur rebus serta bumbu pecel.
"Mm … enak banget dari pada masakan Bik Ira," gumam Ricko setelah menyuap sarapannya.
Sementara itu di luar rumah, tetangga Bu Romlah pada penasaran dengan mobil yang terparkir di depan rumah Bu Romlah. Ketika Bu Romlah menyapu teras rumah, tetangganya menghampirinya.
"Ini mobil siapa, Mbak?" tanya Bu Tina.
"Ricko, anaknya Pak Bambang," jawab Bu Romlah sambil terus menyapu.
"Bukannya Pak Bambang sakit dan sudah lama nggak menginap di sini, Mbak?" tanya Bu Tina lagi. Ia memang tahu kalau Pak Bambang dulu sering menginap di rumah Pak Ramli. Ia juga sering bertegur sapa dengan Pak Bambang apabila bertemu di depan rumah Pak Ramli.
"Terus kenapa, Mbak? Memangnya nggak boleh kalau anaknya juga menginap di sini? Kita itu sudah seperti keluarga dengan Pak Bambang," balas Bu Romlah.
"Ya … nggak apa-apa sih. Ya udah, aku pulang dulu mau jemur cucian," pamit Bu Tina lalu pergi.
'Jangan sampai tetangga tahu kalau Intan sudah menikah. Bisa-bisa mereka mengira Intan hamil di luar nikah karena menikah di saat ia masih sekolah,' batin Bu Romlah.
Setelah menyapu, Bu Romlah masuk ke dalam rumah dan mendapati Ricko sedang sarapan di dapur.
"Mau minum apa? Kopi apa teh, Rick?" tanya Bu Romlah pada Ricko.
"Nggak usah repot-repot, Bu. Air putih ini saja udah cukup," jawab Ricko sungkan dengan tersenyum.
"Nggak usah sungkan. Kamu sudah jadi bagian dari keluarga ini sekarang. Kamu sudah Ibu anggap anak ibu sendiri. Ibu buatkan kopi, ya?" ujar Bu Romlah lalu memasak air.
"Iya, Bu. Terima kasih," balas Ricko.
"Oh, iya, Bu, Ricko minta nomor ponsel-nya Intan, ya?" tambah Ricko.
"Dari kemarin ke mana saja? Dua hari bersama masa' belum bertukar nomor ponsel?" goda Bu Romlah menyindir dengan mengulum senyum.
Ricko hanya membalas dengan tersenyum. Setelah mendapatkan nomor ponsel Intan, Ricko segera pamit untuk pergi bekerja.