Terlalu sering memecat sekretaris dengan alasan kinerjanya kurang dan tidak profesional dalam bekerja, Bryan sampai 4 kali mengganti sekretaris. Entah sekretaris seperti apa yang di inginkan oleh Bryan.
Melihat putranya bersikap seperti itu, Shaka berinisiatif mengirimkan karyawan terbaiknya di perusahaan untuk di jadikan sekretaris putranya.
Siapa sangka wanita yang dikirim oleh Daddynya adalah teman satu sekolahnya.
Sambungan dari novel "Kontrak 365 Hari"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Sejak kapan perkataan Bryan bisa di percaya. Itu yang sedang di alami oleh Annelise saat ini. Katanya Bryan akan mengantarkannya pulang, kenyataannya malah di bawa pulang ke apartemen. Dengan cara memaksa sebagai jurus andalan, Bryan bisa memaksa Annelise masuk ke unit apartemennya. Meski Annelise sempat menentang, tetap saja dia kalah melawan Bryan. Alhasil wajah Annelise berubah masam.
Annelise menjatuhkan diri di sofa ruang tamu. Dia terlihat sangat kesal dan tampak menahan emosi pada Bryan. Bisa-bisa Annelise akan cepat beruban kalau terus-terusan menahan kekesalan pada Bosnya itu.
Bryan bergabung dengan duduk di seberang Annelise setelah mengunci pintu apartemen. Entah apa yang ada di pikiran Bryan sampai kecanduan membawa Annelise tinggal di apartemennya. Padahal dulu Bryan paling anti berduaan dengan wanita dalam satu ruangan, sekarang malah berani mengajak Annelise tidur di ranjangnya. Dan Annelise adalah satu-satunya wanita yang pernah Bryan ajak ke apartemennya, tentunya selain Jihan dan Flora karna mereka keluarga Bryan.
"Pak Bryan sadar nggak sih.? Apa yang kita lakukan itu salah.!" Tegas Annelise ketus.
"Lalu.?" Sebelah alis Bryan terangkat. Bryan memasang wajah datar tanpa dosa. Sebenarnya Bryan bisa menangkap maksud perkataan Annelise, secara tidak langsung meminta Bryan mengakhiri kontrak yang sudah di sepakati. Tapi Bryan tidak akan mengakhiri kontrak itu sebelum waktunya berakhir. Bryan tidak mau rugi karna sudah mengeluarkan banyak uang untuk Annelise. Sedangkan Bryan merasa belum mendapatkan apa yang menjadi tujuannya.
"Ck.! Percuma saja bicara sama orang waras.!" Sindir Annelise ketus.
Bryan sama sekali tidak terusik dengan sindiran Annelise dan memilih beranjak dari duduknya untuk pergi ke kamar. Tapi sebelum pergi ke kamarnya, Bryan memberitahu sesuatu yang membuat Annelise tidak bisa berkata-kata.
"Kamu bisa mandi di kamar tamu. Baju ganti dan pakaian da lamnya ada di lemari. Semuanya barang baru." Ujarnya kemudian pergi dari ruang tamu. Annelise belum sempat menanggapi ucapan Bryan karna butuh waktu lama untuk mencerna ucapannya.
"Apa dia bilang.? Sudah ada baju dan pakaian da lamnya. Dia sengaja beli untukku.?" Annelise lagi-lagi melongo setelah menyadari Bryan sengaja menyiapkan baju untuknya, padahal saat pertama kali Annelise menginap, Bryan tidak menawarinya bajunya ganti. Artinya baju-baju itu memang baru di siapkan oleh Bryan.
"Apa yang dia rencanakan." Lirih Annelise frustasi. Dia mengacak-acak rambutnya sendiri dan beranjak ke kamar tamu.
Begitu masuk ke kamar tamu, Annelise langsung menuju ke lemari pakaian. Bola matanya seperti hampir keluar dari tempatnya setelah membuka lemari lebar-lebar dan mendapati begitu banyak baju wanita berbagai model, warna, bahkan lengkap dengan pakaian da lamnya yang berjejer rapi.
"Dia koleksi baju wanita apa bagaimana.?" Annelise bergidik ngeri. Dia pikir baju yang di maksud Bryan hanya satu pasang untuk di pakai hari ini saja, tapi ternyata ada belasan baju di dalam lemari.
"Jangan-jangan dia sering membawa wanita kesini." Pikir Annelise. Anggapan dia pada Bryan jadi semakin buruk saja. Dia berfikir kalau Bryan sering bergonta-ganti wanita di apartemen dan di sediakan baju ganti untuk mereka yang bermalam disini.
"Kelihatannya saja nggak tertarik sama wanita, tapi aslinya sama saja seperti pria di luar sana. Dasar pria mesum.!" Cibir Annelise sebal.
...******...
Bryan keluar dari kamar. Penampilan pria bertubuh jangkung itu terlihat segar dengan memakai kaos polos bermerk dan celana pendek. Pria itu pergi ke dapur untuk mengambil minuman kaleng dan membawanya ke ruang keluarga. Dia lantas duduk di sofa ruang keluarga dan meneguk minuman kaleng sambil melirik ke arah kamar tamu.
Mata tajam Bryan menatap arloji mewah di tangannya, sudah hampir pukul 6 sore. Bryan kembali melirik pintu kamar yang di tempati Annelise. Pria itu berdecak pelan dan meletakkan minuman kaleng di atas meja hingga menimbulkan bunyi kaleng yang beradu dengan meja kaca.
"Dia mandi apa tidur.!" Gumamnya seraya beranjak dari duduknya. Bryan berjalan mendekati pintu kamar tamu. Pria itu mengayunkan tangannya, menggedor pintu sedikit kencang.
"Keluar Annelise.!!" Teriak Bryan tidak sabaran.
Di dalam kamar, Annelise menggeram kesal. Wanita yang sedang berbaring santai itu buru-buru turu dari ranjang dan membuka pintu kamar. Annelise memperlihatkan wajah paling masam di depan Bryan.
"Kenapa.?!" Tanya Annelise ketus. Dia pura-pura bodoh di depan Bryan, padahal sudah tau isi kepala pria itu.
"Aku mengajakmu kesini bukan untuk mengurung diri dan santai sendirian.! Ikut aku.!" Bryan menarik tangan Annelise tanpa permisi, membuat Annelise sedikit terhuyung ketika harus mengimbangi langkah lebar Bryan.
Bryan membawa Annelise ke ruang keluarga. "Duduk.!" Titahnya memaksa. Annelise menjatuhkan dirinya dengan kasar saking sebalnya pada Bryan.
"Kita seperti orang kurang kerjaan.!" Gerutu Annelise.
Bryan yang sedang memegang remote TV, melirik Annelise dengan senyum miring.
"Kamu ingin kita punya kegiatan.?" Tanyanya.
Annelise mengerutkan keningnya melihat tatapan mata Bryan yang mencurigakan.
"Aku tiba-tiba ingin pulang." Ucap Annelise seraya bergidik ngeri.
Bryan mengulum senyum tipis dan ikut duduk di sebelah Annelise setelah menyalakan TV. Annelise memperhatikan layar besar di depannya, dia penasaran dengan apa yang akan di lakukan Bryan.
Annelise memicingkan matanya ketika Bryan membuka aplikasi film. Mendadak perasaannya jadi tidak enak dan menaruh curiga pada Bryan.
"Jangan pilih film de wasa.!" Annelise langsung memberi ultimatum dengan tatapan tajam.
"Maksudmu, kamu ingin kita menonton film anak-anak.?." Sahut Bryan balik bertanya.
Bibir Annelise mencebik, bukan film anak-anak juga yang dia maksud. Arti kata de wasa yang dimaksud Annelise adalah adegan panas. Dia khawatir Bryan akan memaksanya mempraktekkan adegan dalam film. Mengingat sikap pemaksa Bryan, Annelise berusaha untuk waspada dan menghindari sesuatu yang bisa menjerumuskan ke arah sana.
"Itu lebih baik.!" Balas Annelise pada akhirnya. Namun Bryan sama sekali tidak menghiraukan larangan Annelise, pria itu justru memilih film dengan label 21+.
"Pak Bryan kalau gila jangan ngajak-ngajak, aku nggak mau mesum.!" Sewot Annelise lantaran Bryan mengabaikan larangannya.
"Kita bukan anak kecil lagi, apa salahnya mencoba hal baru." Balas Bryan. Netranya fokus menatap layar TV, menyaksikan film yang baru saja di putar.
"Mencoba hal baru memang bagus, tapi bukan hal baru yang mengandung unsur negatif dan mesum.!" Cerocos Annelise. Mulutnya seperti gatal kalau tidak menyahuti perkataan Bryan.
"Nanti aku bikin positif." Sahut Bryan dengan entengnya.
Plakk.!
Satu pukulan mendarat di lengan Bryan karna sudah bicara sembarangan. Bryan benar-benar menguji kesabaran Annelise.
Bryan hanya melirik dengan ekspresi datar setelah mendapat pukulan dari Annelise. Pukulan itu tidak berasa sama sekali di lengannya yang dipenuhi otot.
"Yakin nggak mau aku bikin positif.?" Tanya Bryan sekali lagi. Dia mencondongkan wajahnya di depan wajah Annelise. Seketika Annelise memberingsut mundur sambil melotot tajam.
"Sekalipun pria di dunia ini hanya tinggal Pak Bryan, aku nggak akan mau.!" Tegas Annelise.
Perkataan Annelise membuat Bryan merasa terhina. Dia lantas mendorong tubuh Annelise hingga berbaring di sofa dan mengung kungnya.
"Coba katakan sekali lagi.!" Titah Bryan geram.
Annelise berusaha memberontak, tapi Bryan memegang erat kedua pergelangan tangannya.
/Ok/hehe maaf thor