Tak ada yang bisa menebak akhir dari sebuah perjalanan Cinta, bahkan kadang buta akan Serigala berbulu Domba.
Tak pernah menyangka akan akhir yang begitu tragis, sebuah pengkhianatan dari orang yang dicintai, bahkan bertahun-tahun menjalin ikatan, namun nyatanya hanya sebuah tipuan.
Apalagi kalau bukan demi harta dan tahta, itulah yang menjadi tujuan utama, tidak perduli akan kasih dan sayang yang di utarakan, dan Luka akan tetap Sakit pada Akhirnya.
Jangan bilang Tuhan tidak pernah adil pada kehidupan, pada kenyataannya DIA membuat apa yang di Tanam akan di Tuai, Sakit yang dirasakan tak akan sia-sia, luka yang tertoreh pasti akan ada obatnya, terkadang rasa sakit membuat kita menjadi Luar biasa.
Begitulah keajaiban kehidupan, akan tertulis dalam Novel you're AMAZING, perjalanan seorang wanita dengan semua lukanya, mampu bangkit dan berdiri kembali bersama dengan Laki-laki yang luar Biasa.
Salam sehat, semangat dan jangan lupa bahagia...Sinho.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mulai Bekerja
Sifa menoleh, begitu juga dengan Nick yang sudah tersenyum menyambut seseorang yang tak lain adalah Than.
"Syukurlah kau segera datang, tugasku sudah selesai dan aku akan kembali ke Rumah Sakit, ada jadwal operasi yang diajukan" ucap Nick.
"Hem, thanks" ucap Than singkat.
Nick beranjak, lalu melangkah meninggalkan Than yang kini sudah duduk di kursinya.
"Perhatikan kakimu saat menginjak Gas, jangan berlebihan" ucapnya kemudian.
"Jangan khawatir!" Teriak Nick yang hanya tertawa, lalu melambaikan tangan sebelum hilang dari pandangan.
Sementara Sifa hanya terdiam, dalam hati tersenyum, dibalik sifat dingin seorang Than, cara memberikan perhatian cukup unik baginya.
"Semua persyaratan sudah kamu serahkan?" Tanya Than.
"Sudah Tuan"
"Bagus, mulai besok bekerjalah di ruangan ini, bersamaku, mejamu ada disana, dan berikan informasi apapun soal perusahaan TRULA GROUP"
"Apa?, jadi saya bekerja disini sebagai apa?"
"Bukan sebagai apa-apa, ikuti saja perintah ku"
"Tapi Tuan, saya_"
"Jangan banyak protes, setiap bulan kau akan mendapatkan gaji, sama seperti gaji mu saat bekerja di perusahaan sebelumnya"
"A apa?" Tentu saja Sifa sangat terkejut, dia bukan sebagai apa-apa katanya, tapi gaji tinggi seperti di perusahaan sebelumnya, ini gila.
Than tidak menjawab, hanya menatapnya dan tentu membuat Sifa seketika salah tingkah dan menunduk sambil mengangguk.
"Persiapkan dirimu malam nanti"
"Apa?, bekerja di sini maksudnya?" Tanya Sifa yang terheran-heran.
"Ck, bukan, perusahaan tutup jam empat sore, mau apa kamu kerja disini"
"Iya saya tau, anda sendiri yang baru saja bilang kalau_"
"Bertemu dengan keluargaku, aku akan menjemputmu jam delapan malam, dan ingat satu tugasmu"
"Apa_?!" Kembali Sifa terkejut.
"Tu tuan ini_"
"Buat keluargaku tidak senang dengan mu, titik" sahut Than kembali, tanpa memberi kesempatan Sifa melengkapi kalimatnya saat ingin bicara.
Sifa makin melongo dengan kata terakhir yang di lontarkan oleh Than, tepatnya bukan hanya kata, tapi sebuah perintah yang membuat Sifa terkejut.
Sementara Sifa berusaha mencerna dengan baik apa yang sudah didengarkan, Than sibuk membuka kembali laptop dan konsentrasi dengan pekerjaan.
"Maaf Tuan Than, lalu sekarang saya harus apa?" Tanya Sifa.
"Geser ke mejamu, disana" Than menjawab sambil tangannya menunjukkan tempat yang dimaksud.
Sifa pun mengerti, lalu duduk di kursi kerjanya dan disana ada catatan khusus, dan dirinya harus mengerjakan tugas penting yang tak lain adalah menuliskan semua hal yang menjadi kekurangan dan juga kecurangan TRULA GROUP.
Sifa tersenyum sinis, tentu saja di sambut dengan gembira dan jari jemarinya mulai mengerjakan satu persatu semua informasi dan bukti yang dia punya, bukan hal yang sulit tentunya, karena Sifa tau benar apa saja yang bisa menghancurkan TRULA GROUP dengan cepat.
Bekerja tanpa kenal lelah, bahkan sedikit sekali perbincangan, intinya keduanya lebih banyak diam, hingga waktu menunjukkan terik matahari sudah berada di puncak kepala.
"Kemana saya harus mengirim semua informasi ini Tuan?" Tanya Sifa.
"Kirim ke email pribadi ku" Than memberikan alamat email pribadinya dan Sifa segera mengirim semua yang data yang sudah dikumpulkan beberapa jam tadi.
Sifa menoleh ke Than sejenak, memastikan jika sang Tuanya kini sudah menerima kiriman data pentingnya.
Than menoleh, lalu mengangguk dan beranjak dari kursinya, Sifa terkejut, mungkin Than akan menuju ke tempatnya dan mungkin melayangkan protes atau apapun, Sifa bersiap, namun_
"Aku pergi dan tak akan kembali lagi, kita bertemu jam delapan malam"
"Iya Tuan" Sifa langsung bernafas lega, terus terang bekerja dengan sosok Than serasa berada di sebuah neraka yang setiap saat apinya bisa melalap habis dirinya.
"Ya Tuhan, Syukurlah, tidak ada masalah, benar-benar laki-laki yang menakutkan, beruntung aku ditugaskan untuk membuat keluarganya tidak suka, bayangkan kalau sebaliknya, bisa mati berdiri harus berdampingan dengan orang seperti itu selama hidup ku" ucap lirih Sifa sambil membereskan pekerjaannya dan bersiap untuk rehat sejenak menikmati waktu istirahat satu jam kedepan.
Saat kakinya akan melangkah masuk di sebuah kantin, Sifa dikejutkan dengan sosok Thomas yang menghadang.
"Ada apa?" Tanya Sifa.
"Tempat nona bukan disini, anda diperkenalkan sebagai kekasih tuan Than di perusahaan ini"
"Lalu, aku harus ada di mana?"
"Tetap diruangan, dan makan siang akan datang"
"Apa?, tidak mau, makan saja kenapa harus didalam ruangan, menyebalkan" Sifa tak terima dan ingin melangkah, namun kembali Thomas menghadang.
"Tolong kerjasamanya Nona Sifa, ini perintah Tuan Than"
"Oh ya ampun, Tuan mu itu benar-benar kurang kerjaan ya, aku memang kekasihnya, tapi bukan berarti semua apa kata dia"
"Baik, saya akan telpon dan meminta pendapat Tuan Than, tunggu Nona Sifa"
Tak lama Thomas akhirnya terhubung, dan kini wajah Than jelas ada di camera ponselnya.
"Kembali ke ruangan mu dan jangan macam-macam!" Perintahnya sangat jelas dan membuat Sifa tak terima.
"Memangnya kenapa, aku ingin makan seperti yang lainnya, apa itu salah?"
"Kembali ke ruangan!" Perintah Than tegas dengan sorot mata tajam dan serius.
Sifa menarik nafas dalam dan segera berbalik, setelah melemparkan ponsel ke pemiliknya, beruntung Thomas dengan sigap menangkapnya, jika tidak, dijamin ponsel itu akan jatuh dan porak poranda.
"Dasar, sama-sama kerasa kepala" gumam Thomas yang masih mengusap dada lalu memegang erat ponselnya yang hampir saja celaka.
Benar sekali, baru saja Sifa ingin membanting pintu, dirinya dikejutkan dengan menu makanan menggiurkan yang sudah tertata rapi diatas meja, perlahan menutup pintu dan duduk mendekati hidangan santap siang untuknya.
"Wow, ini luar biasa, kalau tau seperti ini, okelah, aku tidak protes lagi" Sifa tersenyum dan segera menyantap makanan lezat yang sudah menggodanya.
Waktu terus berjalan hingga kemudian, Thomas mengetuk pintu dan masuk, memberikan kabar jika jam sudah menunjukkan waktunya untuk pulang.
Sifa mengucapkan terimakasih, lalu membereskan pekerjaannya dan segera berdiri untuk pergi.
"Astaghfirullah, kenapa Tuan Thomas ada disini?" Tanya Sifa kaget saat tau rupanya Thomas masih ada di depan pintu.
"Ini Nona, dari Tuan Than, jangan lupa acara nanti malam katanya"
"Oh, okey, terimakasih" Sifa menerima kotak besar yang sudah bisa dia tebak apa isinya.
Thomas lalu berjalan di samping Sifa, dengan tujuan yang sama, keluar dari perusahaan MEGATHAN Company untuk pulang ke tempatnya masing-masing.
Dan jam delapan malam Sifa sudah bersiap, datanglah Than bersama dengan mobil mewahnya untuk menjemput.
Sifa membuka pintu Apartemen, melangkah maju dan Than terlihat diam memandang saat membalikan badan dan menatapnya.
"Ada apa?" Tanya Sifa takut kalau dirinya aneh atau mungkin ada yang salah dengan makeup nya.
"Tidak ada, ayo"
"Ck, dasar, menyebalkan"
"Jaga bicaramu, aku mendengar" ucap Than seketika membuat Sifa langsung menutup mulutnya, heran bagaimana mungkin Than bisa mendengar suara lirihnya yang dia sendiri saja hampir tak bisa mendengarnya.
Perjalanan yang tak butuh waktu lama, tepatnya hanya sepuluh menit sampai di tempat yang sangat private dan istimewa, Sifa berjalan sedikit takut karena dilihat banyaknya penjagaan dari pada bodyguard yang bertubuh tegap.
"Sebenarnya keluarga Tuan Than ini Mafia atau apa ya?" Batin Sifa sambil melirik kanan dan kiri, lalu langkahnya segera menyusul Than karena entah mengapa merasa ketakutan.
Apa yang terjadi selanjutnya?, berhasilkah misi Sifa kali ini?"
Jangan lupa waktunya kasih VOTE, VOTE, VOTE.
Bersambung.
kyknya hrs memunculkan pesaing biar mereka sadar akan perasaannya..