~Berawal dari kesal jadi suka~
Senja Aurelia dan Fajar Mahardika, yang memiliki perbandingan mencolok dari sisi ekonomi. Senja hanyalah seorang anak panti, berbeda dengan Fajar yang terlahir di keluarga kaya. Keduanya juga memiliki kesamaan yaitu sama-sama pintar. Semua murid SMA Cempaka pun tau pasti siapa yang akan jadi juara 1. Siapa lagi kalo bukan Senja ya Fajar. Jika yang memperoleh juara 1 Senja, maka yang meraih juara 2 dapat dipastikan adalah Fajar. Begitu pula sebaliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon qinaiza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Perasaan Bersalah
Bel istirahat berbunyi dan siswa-siswi segera berhamburan keluar kelas. Apalagi kalau bukan untuk ke kantin, mengisi perut mereka yang sudah keroncongan. Dimana telah terkuras oleh otak karena mencerna beberapa mata pelajaran.
Berbeda dengan Senja, ia memilih untuk pergi ke perpus. Mencari beberapa tambahan untuk belajar menghadapi UN nantinya. Gadis itu memanglah rajin. Bahkan jauh-jauh hari sudah dipersiapkannya.
"Senja" panggil Fajar, melihat cewek berambut sebahu itu ingin meninggalkan kelas.
Senja hanya menoleh ke arah Fajar dan memberikan tatapan seolah bertanya, kenapa cowok itu memanggil namanya. Jujur, dia canggung akibat Fajar yang mengajaknya untuk berteman.
"Lo mau kemana?" tanya Fajar
Candra sendiri sudah menatap sahabat nya itu dengan tatapan heran, takjub. Bagaimana bisa, cowok itu yang biasanya jarang menyapa cewek bisa berlaku sedemikian. Fajar memang suka membantu, baik itu cowok ataupun cewek. Akan tetapi, perihal sapa menyapa, dia hanya melakukannya pada teman cowok.
Dia nggak berniat lebih dekat dengan seorang cewek. Apa sahabatnya ternyata benar menyukai Senja ? Entahlah, ia sendiripun tak tahu.
"Gue mau ke perpus, kenapa emangnya ?" tanya Senja yang kemudian membuat dirinya terkejut atas jawaban dari Fajar.
"Gue ikut" Candra pun dibuat terkejut untuk yang kedua kalinya.
"Ha ?" respon Senja
Tentu saja gadis itu masih mencerna perkataan Fajar barusan. Bagaimana mungkin cowok itu ikut dirinya ke perpustakaan, sedangkan ia sendiri saja masih merasa canggung. Oh ya, jangan lupakan bagaimana pandangan siswa-siswi yang lainnya melihat Senja dan Fajar bersama, berjalan beriringan.
Astaga, dia lupa tidak memikirkan itu kemarin. Dipikirannya saat itu hanya rasa senang karena ada yang mengajaknya berteman tanpa terpikirkan bagaimana nanti reaksi fans dari Fajar Mahendra.
"Gue harus gimana nih sekarang" batin Senja
"Senja, ayo !!" seru Fajar yang tiba-tiba saja sudah berada di sampingnya dengan tangan yang melambai ke mukanya.
"Jar, terus lo mau ninggalin gue gitu ?" Candra menyela Senja yang ingin berbicara.
"Ya kalo lo mau ikut, ayo-ayo aja."
"Tapi gue maunya ke kantin, laper."
"Yaudah sana"
"Gue sendirian aelah"
"Lo kan udah gede, masa gitu aja gak berani."
"Bukannya gak berani, cuma gak enak aja gitu gak ada yang nemenin."
"Sama aja Cantono. Mending lo minta temenin sama Karla aja sono."
"Nama gue Candra ya, seenak udel aja ganti-ganti nama gue. Ogah sama dia, duh saran lo parah banget."
Gimana enggak parah, Karla itu cewek yang bad attitude, not good looking. Dahlah, pokoknya Candra males sama yang begituan. Mana dandanannya kayak cabe-cabean lagi. Kan makin bikin gedek tuh. Kenapa coba, dia punya fans yang begituan. Kenapa bukan yang kayak fans nya Fajar, dah cantik, famous lagi. Kalo masalah attitude sih, ada juga kok fans Fajar yang kayak cabe, tapi sebagian aja.
Lah dia yang ngejar paling gercep ya si Karla itu. Kalo yang lainnya sih, Candra belum srek wkwkw. Alasannya, karena dia masih nunggu cinta pertamanya. Bisa dibilang, cinta monyet juga sih. Orang dia waktu itu masih bocil :v
"Mending lo anterin aja deh Candra ke kantin, kasian kan kalo dia sendirian." ucap Senja setelah terdiam hanya menyaksikan Fajar dan Candra yang sedang debat.
"Nah kan, Senja aja setuju. Masa lo sohib gue sendiri nggak kasian sama gue."
"Tapi gue emang lagi pengen ke perpus ini, lo tau gak sih." kata Fajar dengan meninggikan nada bicaranya pada kalimat terakhir.
Dan terjadilah adu debat, yang Senja sendiri pusing mendengarnya. Kalau begini kapan dia bisa pergi ke perpustakaan nya.
...🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺...
"Duh... gue kepikiran dia terus sih." gerutu Senja, yang lagi-lagi konsentrasi belajarnya pecah, hanya karena seseorang mengganggu ruang pikirnya sedari tadi.
"Gue ngerasa bersalah sekarang" batinnya
"Senja tunggu" panggil Fajar, sembari menahan pergelangan tangan Senja yang hendak menaiki sepedanya.
"Kenapa lo kayak menghindari gue. Bahkan saat gue ngajak lo ngomong tadi di kelas, kenapa lo diem aja. Bukannya kemarin kita udah sepakat buat temenan." jelas Fajar panjang lebar, sampai Senja saja melongo dibuatnya.
"Ekhem, gue gak ngehindarin lo kok. Masalah temenan, emang gue jawab iya kemarin ?"
"Tapi kemarin bahkan, lo dan gue bikin janji kelingking. Apa lo lupa hal itu ?"
"Gue gak lupa. Tapi seinget gue, lo yang maksa tuh ngeraih kelingking gue. Jadi bukan gue yang mau."
"Tapi lo diem aja waktu itu. Diem artinya iya, lo setuju."
"Bukan berarti diam selalu setuju ya. Sok tau banget sih lo."
"Terus, kenapa lo diem aja ha ?"
"Gue cuma shock aja. Seorang Fajar, ngajak gue temenan. Emang gak salah tuh ?"
"Kok lo sekarang, malah ngatur-ngatur gue sih buat berteman sama siapa."
"Bukannya gue sok ngatur lo buat berteman sama siapa. Mau lo berteman sama siapapun itu gue juga gak bakalan peduli. Tapi, kalo lo mau ngajak gue berteman, maaf. Gue gak bisa."
"Kenapa ?"
"Intinya gue gak bisa, maaf. Dan soal uang yang lo kasih pinjam ke gue, lo gak usah khawatir. Gue bakal balikin segera uangnya kok kalo udah ada. Gue bakalan inget itu, dan gak akan gue lupa."
Setelah berkata seperti itu, Senja hendak mengayuh sepedanya dan segera buru-buru pulang. Namun tak semudah itu Fajar membiarkannya pergi. Cowok itu menarik boncengan pada sepeda Senja. Menahannya, sehingga gadis itu tidak bisa kabur.
"Kasih gue alasan, kenapa lo gak bisa temenan sama gue ?"
"Ya pokoknya gue gak bisa Fajar"
"Iya, alasannya apa Senja ? Kasih gue alasan yang jelas !!!"
"Karena sebenernya gue emang gak mau berteman sama lo PUAS ?"
"Gue gak butuh teman, ngerti. Toh selama ini gue juga baik-baik aja tanpa kehadiran seorang teman di hidup gue." lanjut Senja
"Lepasin tangan lo, gue mau pulang." tangan Fajar otomatis melepaskan pegangan tangannya dari boncengan sepeda Senja.
Senja segera mengayuh sepedanya, dan kemudian menyapa Pak Tono seperti biasa sebelum keluar dari area sekolah.
Fajar sendiri dibuat termenung dengan sikap Senja barusan. Ia hanya mampu menatap punggung Senja yang perlahan mengecil dari sudut pandangannya, dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
"Maafin gue, gue gak bermaksud kayak gitu. Gue cuma terlalu takut, akan terjadi lagi hal seperti dulu." gumamnya sembari menatap ke awang-awang.
Gadis itu memutuskan untuk tidur, konsentrasinya untuk belajar hilang sudah. Namun bukannya malah tertidur, dirinya tetap dihantui perasaan bersalah yang menggerogoti. Dia pikir, siapa dia sampai bersikap seperti itu kepada Fajar yang jelas-jelas sudah bersikap baik terhadapnya. Jika dipikir-pikir, ia seperti orang yang tak tahu diri dan tak tahu terima kasih saja.