Karena tidak ingin menyakiti hati sang mama, Garren terpaksa menikahi gadis pilihan mamanya.
Namun baru 24 jam setelah menikah Garren mengajukan perceraian pada istrinya.
Tapi perceraian mereka ada sedikit kendala dan baru bisa diproses 30 hari kedepan.
Bagaimanakah kisahnya? Apakah mereka akan jadi bercerai atau malah sebaliknya?
Penasaran? Baca yuk! Mungkin bisa menghibur.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode tiga satu.
Garren kembali menyelusuri cctv, dari tempat kejadian hingga keluar gedung perusahaan. Ternyata wanita yang bernama Mirna baru tiga hari bekerja disini.
Dan setelah mencelakai wanita itu, Mirna langsung kabur keluar dari dari perusahaan. Dan itu terlihat dari pantauan cctv.
Garren terus meretas cctv jalan yang dilewati oleh Mirna. Garren mengernyitkan keningnya saat melihat arah kendaraan Mirna menuju kantor polisi.
"Tom, bagaimana ini menurutmu? Setelah dia mencelakai wanita itu, dia langsung ke kantor polisi," tanya Garren.
"Maaf Tuan, saya juga bingung. Sebenarnya ini masalah keluarga, jadi ...."
"Aku tahu, yang aku tanyakan, bagaimana menurutmu? Kenapa Mirna itu langsung ke kantor polisi?"
"Sebaiknya kita datangi kantor polisi, Tuan. Mungkin dia ada sebab mengapa seperti itu? Atau dia merasa bersalah lalu menyerahkan diri ke kantor polisi."
Garren manggut-manggut, kemudian ia mengajak Septy dan Tomi untuk memastikan nya ke kantor polisi.
"Mas, sebaiknya kita tidak usah ikut campur, karena itu masalah rumah tangga mereka. Biarkan mereka menyelesaikannya sendiri. Jika Mirna menyerahkan diri ke kantor polisi, itu artinya dia ikhlas untuk dihukum karena kesalahannya. Dan untuk wanita yang menjadi selingkuhan suaminya, sebaiknya dipecat saja. Dan beri sedikit pelajaran kepada pria tukang selingkuh."
Garren membenarkan ucapan istrinya, sebenarnya ia juga tidak ingin ikut campur. Namun kejadian ini di perusahaan miliknya.
Yang tidak ia inginkan akan merusak reputasi perusahaan. Meskipun sebenarnya tidak akan membuatnya bangkrut.
Akhirnya Garren memerintahkan Tomi untuk ke rumah sakit dan memecat karyawannya itu.
Lalu memberikan amplop berisi uang sebagai kompensasi kecelakaan dan kompensasi karena dipecat.
Biar bagaimanapun, itu adalah karyawannya. Dan Garren sudah membuat keputusan seperti yang diusulkan oleh istrinya.
Setelah Tomi keluar dari ruangan itu, Garren pun mencaritahu tentang suami Mirna. Dan ternyata adalah rekan bisnisnya.
Garren segera menghubungi Tomi yang belum jauh meninggalkan perusahaan. Tomi pun menepikan mobilnya dipinggir jalan.
"Halo Tuan." Tomi menjawab panggilan tersebut.
"Kamu sudah tiba di rumah sakit?" tanya Garren.
"Hadeh, memang aku the flash yang bisa lari secepat kilat?" batin Tomi.
"Belum Tuan, masih dalam perjalanan."
"Oke, kamu urus dulu karyawan wanita itu, baru kemudian kamu tarik investasi kita di perusahaan James."
Tomi menghela nafas, belum selesai satu datang lagi perintah baru. Tomi hanya bisa mengiyakan saja.
"Baik Tuan!"
"Hmmm, nanti bonus mu aku transfer."
Kemudian sambungan telepon pun terputus. Mendengar kata bonus, Tomi segera melajukan mobilnya menuju rumah sakit. Dan ia ingin secepatnya menyelesaikan masalah ini.
Sementara Garren pun mengajak Septy makan, makanan yang ia pesan sudah dingin. Tapi tetap mereka makan juga.
Tadinya Septy ingin memanaskannya di microwave, tapi Garren melarangnya. Padahal dapur juga ada diruang pribadi milik Garren.
Hanya saja bahan mentah seperti sayur, daging dan ikan tidak disediakan oleh Garren. Yang ada cuma buah dan roti untuk makan diwaktu terdesak saja.
Setelah selesai makan, Garren pun istirahat bersama sang istri di ruang pribadi miliknya. Setelah beberapa jam, ponsel Garren berdering.
"Tuan, semua sudah saya laksanakan. Dan ternyata istrinya memang menyerahkan diri kepada polisi. Namun polisi tidak ingin menindaklanjutinya."
"Lalu?"
"Polisi meminta mereka untuk menyelesaikan sendiri, karena ini urusan rumah tangga. Dan kemungkinan James akan bangkrut karena kita menarik investasi saham. Dan investor lain juga menarik investasi mereka."
"Ya sudah, aku akan transfer bonus mu."
Garren pun mentransfer sejumlah uang kepada Tomi. Kemudian ia kembali memeluk istrinya.
"Mas, aku mau lanjut kerja. Sebentar lagi waktunya pulang dan pekerjaanku belum siap."
"Biarkan saja sayang, besok baru lanjutkan."
Garren semakin erat memeluk istrinya. Sehingga Septy tidak bisa bergerak sama sekali.
Septy akhirnya pasrah dan membalas pelukan suaminya. Tanpa sadar keduanya pun tertidur.
Tomi masuk kedalam ruangan Garren dan melihat ruangan itu kosong. Tomi berpikir jika tuannya sudah pulang.
Lalu ia pun memutuskan untuk pulang, pekerjaannya yang diperintahkan oleh Garren sudah ia laksanakan.
Bahkan Tomi tersenyum senang karena mendapat bonus. Memang setiap usahanya tidak di sia-siakan oleh Garren.
Tiba di parkiran mobil, Tomi melihat mobil Garren masih terparkir. Tomi kembali ke lobby dan bertanya kebagian resepsionis.
Tomi kembali ke atas karena pegawai resepsionis mengatakan jika tuan mereka belum pulang.
"Mungkin tuan dan nona Septy lagi begituan," batin Tomi.
Tomi kembali ke ruang kerjanya dan duduk dikursi kerjanya. Ia membuka ponselnya dan melihat-lihat berita. Namun tidak ada yang menarik baginya.
Hingga jam waktu pulang kerja, Tomi pun akhirnya keluar dari ruangannya dan masuk ke ruangan Garren.
Namun tuan nya tidak ada tanda-tanda keluar dari ruang pribadi. Tomi yang tidak ingin mengganggu pun memilih pulang.
Tiba di bawah, para karyawan bergosip membicarakan tentang karyawan wanita yang masuk ke rumah sakit.
"Bagaimana kronologinya?" tanya karyawan 1.
"Aku juga kurang tau, tiba-tiba ia terpeleset dan terjatuh. Ternyata ada minyak di lantai, tapi sepertinya disengaja deh," jawab karyawan 2.
"Ehhem." Mendengar deheman dari sang asisten, merekapun menghentikan gosip mereka.
"Jadi seperti itu kejadiannya?" tanya Tomi.
"Iya Tuan asisten, aku cuma melihat dari kejauhan," jawab karyawan 2.
Tomi manggut-manggut dan berlalu begitu saja. Kemudian segera masuk kedalam mobil.
"Bahaya sekali jika wanita sudah terlanjur sakit hati," batin Tomi.
Tomi mendengar dari dokter, jika karyawan wanita itu mengalami keguguran akibat terjatuh. Dan saat wanita itu jatuh, tidak ada siapa-siapa disana.
"Mungkin sudah direncanakan sebelumnya," gumam Tomi. "Tapi ya sudahlah, biar bagaimanapun juga itu bukan urusanku," kata Tomi bicara sendiri. Kemudian ia segera pergi dari perusahaan.
Satu jam kemudian, Garren baru terbangun dari tidurnya. Ia melihat jam tangannya ternyata sudah jam 6.
Garren terpaksa sholat dulu, baru setelah itu ia akan pulang. Garren membangunkan istrinya yang masih tertidur.
"Sayang, sudah hampir malam."
"Mmm, jam berapa?"
Garren memperlihatkan jam ponselnya, Septy kaget dan segera bangkit. Ia lalu menarik tangan suaminya untuk mengajaknya pulang.
Garren pun mengemasi barang-barang dan berkas, lalu menyimpannya ditempat aman. Baru setelah itu ia mematikan lampu di ruangannya.
Tiba di lantai bawah, semua orang sudah tidak ada lagi. Hanya penjaga keamanan yang sudah berganti shift.
"Sayang, kamu masih ngantuk?" tanya Garren. Saat ini mereka sudah berada didalam mobil.
"Tidak lagi Mas, tapi aku belum cuci muka," jawab Septy.
"Nanti dirumah saja, sekalian mandi."
Septy mengangguk, lalu Garren menjalankan mobilnya keluar dari gedung perusahaan.
Perjalanan sedikit macet, meskipun sudah malam. Karena mereka juga ada yang baru pulang kerja.
Dan akhirnya merekapun tiba di rumah, Septy langsung masuk setelah keluar dari mobil. Garren pun menyusul Septy dari belakang.
"Mas, maaf aku tidak masak," ucap Septy.
"Gak apa-apa, kita makan di luar saja," jawab Garren.
Septy langsung ke kamar untuk mandi, karena ia sudah merasakan lengket ditubuhnya. Dan juga sedikit pegal.