Pertemuan tidak sengaja antara Claire dan Sean di sebuah hotel membuat mereka memiliki hubungan rumit. Pertemuan singkatnya dengan Claire meninggalkan kesan buruk di mata Sean.
Suatu hari mereka dipertemukan kembali dalam sebuah perjodohan. Sean harus menerima perjodohan yang diatur oleh kakeknya dengan gadis desa yang miskin tanpa bisa menolaknya. Tanpa Sean dan ibunya tahu bahwa sebenarnya Claire berasal dari keluarga konglomerat.
"Suatu hari nanti kau akan menyesal karena sudah memperlakukan aku seperti ini." -Claire
"Claire, sebentar lagi, Sean akan membuangmu." -Helena
"Kau adalah istriku, jangan pernah lupa itu." -Sean
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jiriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanya Orang Luar
Lenguhan mulai terdengar ketika Sean mulai menjelajahi leher istrinya dan meninggalkan beberapa tanda di sana. Sean berhenti sejenak kemudian menatap mata sendu Claire lalu berkata, "Claire, aku ingin meminta hakku."
Claire tidak langsung menjawab. Dia terdiam selama beberapa saat. Karena tidak mendapatkan respon apapun, Sean berkata, "Kau masih menjaga tubuhmu untuk mantan kekasihmu?" Raut wajah Sean berubah menjadi dingin.
"Ti-tidak ... Aku hanya ...."
"Aku tidak akan memaksamu." Sean lalu bangkit dan berjalan ke arah pintu.
Claire langsung bangun dan duduk. "Sean, tunggu! Aku ..."
Sean menghentikan langkahnya lalu menoleh. "Tidurlah." Sean keluar dari kamar Claire tanpa menunggu dia menyelesaikan ucapannya.
Claire hanya bisa menatap pintu yang baru saja tertutup, kemudian menghela napas. Sean sudah salam paham padanya. Dia bukannya menolak Sean. Hanya saja, ini pertama kalinya melakukannya dengan Sean dalam keadaan sadar.
Dia hanya merasa tidak tahu harus bagaimana. Fakta bahwa mereka melakukannya sebelum menikah membuatnya malu pada dirinya sendiri, meskipun saat ini mereka sudah menikah.
Di lain tempat, Sean kembali ke kamarnya. Dia meraih botol minum yang ada di atas meja, membukanya lalu berjalan menuju jendela kamarnya dan berdiri sambil memandang ke arah luar. Sebelum menenggak botol yang ada di tangan kirinya, Sean menghubungi seseorang.
"Apa kau yakin itu dia?"
Setelah mendengar jawaban dari sebrang sana, Sean kembali berkata, "Baiklah."
Sean memutuskan telponnya lalu memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku lalu meneguk botol yang ada di tangan kirinya.
********
Claire perlahan membuka pintu kamar Sean setelah mengetuk pintunya terlebih dahulu. Saat membuka pintu kamar, tidak ditemukan keberadaan Sean di sana. Claire berjalan ke arah kamar mandi mengetuk beberapa kali.
Karena tidak mendapatkan jawaban dari dalam, Claire membuka pintu kamar mandi dan ternyata kosong. Lantai tidak basah, itu berarti Sean tidak berada di kamarnya dalam waktu yang lama.
Claire akhirnya keluar dari kamar Sean dan berjalan ke arah kamarnya. Daat akan masuk ke kamar mandi, ponselnya berbunyi. Claire akhirnya berjalan ke arah tempat tidur dan mengangkat panggilan masuk di ponselnya.
"Halo, Kakek."
Claire mendengarkan dengan seksama ucapan dari sebrang sana. Selesai menerima telpon, Claire menghubungi seseorang. Setelah terdengar telpon diangkat dari sebarang sana, Claire langsung berkata, "Halo, Sean. Kau di mana?"
"Ini siapa?" Dari sana terdengar suara seorang wanita yang menjawab telpon Claire.
Claire menjauhkan ponsel dari telinganya lalu menatap layar ponselnya untuk memastikan kalau dia tidak salah menelpon orang. Setelah memastikan dia memencet nomor yang benar, Claire kembali berbicara, "Aku istrinya. Kau siapa?"
"Ternyata kau. Aku Helena."
Meskipun tidak terlihat, tapi Claire bisa merasakan kalau Helena sedang menampilkan senyum mengejek.
"Di mana Sean? Kenapa kau yang mengangkat telponnya?"
Ini masih pukul 4 pagi dan bagaimana bisa Helena mengangkat telpon Sean. Setelah keluar dari kamarnya semalam, mungkinkah Sean menemui Helena?
"Sean ada di sebelahku. Dia baru saja tertidur karena lelah. Kalau ada hal penting, tinggalkan saja pesan padaku. Nanti akan aku sampaikan padanya jika dia sudah bangun," jawab Helena dengan santai.
Claire mengepalkan tangan dan menghirup napas dalam-dalam, berusaha untuk mengontrol dirinya. Dia tahu kalau Helena sengaja ingin memancing amarahnya.
"Helena, kau pikir siapa dirimu? Atas dasar apa kau bisa berkata seperti itu? Kau hanyalah orang luar, sementara aku istrinya. Selamanya, kita itu berbeda. Jangan menganggap tinggi dirimu."
Dari sebarang sana, Helena menggertakkan giginya dengan tangan mengepal. "Meskipun kau istrinya, tapi dia tidak pernah menganggapmu seperti itu. Terbukti dia tidak pernah pulang ke tempatmu, bukan? Dia selalu bersamaku. Akulah yang dia butuhkan. Jangan mengira karena sudah menjadi istrinya kau merasa memilikinya. Di hatinya, hanya ada aku. Gadis udik sepertimu, tidak pantas untuknya." Helena nampak sangat puas setelah mengetakan itu.
"Menjadi duri dalam rumah tangga orang lain, kau begitu bangga?"
"Aku tidak peduli. Selama Sean menginginkan aku, aku tidak keberatan."
*******
Selesai makan siang, Claire kembali ke ruang kerjanya dengan wajah lesu. Dia merasa sangat mengantuk. Semalam dia kurang tidur karena terganggu dengan kedatangan Sean. Baru saja dia, duduk di kursinya, telpon di mejanya berbunyi.
Selesai menerima telpon, Claire berjalan masuk ke dalam ruangan atasannya. "Direktur Valery, apakah ada yang bisa saya bantu?"
"Ikut aku untuk meeting sekarang."
Valery lalu berjalan ke arah pintu bersama dengan Claire. Claire memang sudah bekerja selama 3 hari di perusahaan Lingha dan menjadi sekretaris Valery. Setibanya di ruang meeting, Claire duduk duduk di samping Valery.
Dari arah luar masuk beberapa orang pria yang salah dari mereka, Claire mengenalnya. Pria itu adalah Felix. Claire nampak terkejut ketika melihat Felix menduduki kursi di tengah. Kursi yang diperuntukkan untuk CEO
Setelah duduk, Felix melemparkan senyuman pada Claire lalu memulai rapatnya. Perasaan Claire sudah mulai tidak enak saat melihat Felix adalah CEO di perusahan tempatnya bekerja. Rapat berlangsung selama 2 jam lamanya.
Setelah rapat selesai, satu persatu keluar dari sana, saat Claire juga akan keluar, Felix menghentikannya. "Valery, aku ingin berbicara dengan sekretarismu sebentar."
Valery menoleh pada Felix sejenak lalu beralih pada Claire. "Claire, kau tunggu di luar sebentar, aku ingin berbicara dengan CEO Felix," titah Valery.
"Baik." Claire berjalan keluar ruang meeting dan menutup pintunya.
"Felix, Sebenarnya aku heran, kenapa Sean menitipkan dia padaku dan bukan dirimu, pasti ada alasan dibaliknya, tapi aku tidak mau ikut campur. Dia memintaku untuk tidak melepasnya sebagai sekretarisku, meskipun kau memintanya. Jangan melibatkan aku dalam masalah kalian." Felix dan Valery berteman, itu sebabnya mereka berbicara dengan santai
Felix duduk di pinggiran meja sambil tersenyum miring. "Aku sudah menduga, pasti ada campur tangan Sean dalam hal itu. Pantas saja aku tidak bisa menariknya menjadi sekretarisku," ucap Felix sambil menaikkan salah satu sudut bibirnya.
"Dia masuk ke sini atas bantuan Sean, kalau tidak, bagaimana bisa dia diterima di sini dengan pendidikan rendahnya. Sebenarnya siapa wanita itu?" tanya Valery sambil bersedekap di depan Felix.
"Kalau Sean tidak memberitahumu, aku juga tidak bisa."
Wajah Valery terlihat masam. "Masalah diantara kalian berdua, bisakah tidak melibatkan aku? Dia bahkan menyuruhku untuk mengawasinya. Sebenarnya, yang menjadi Direktur di sini, aku atau Claire? Apa Sean pikir aku tidak memiliki pekerjaan lain?"
Valery nampak kesal ketika mengingat pesan dari asisten Sean untuk mengawasi dan menjaga Claire selama bekerja di perusahaan Lingha.
Felix tersenyum melihat kekesalan Valery. "Kenapa tidak kau sampaikan kekesalanmu padanya?"
"Sudah. Aku bahkan sudah menelponnya dan kau tau apa jawabannya?" tanya Valery menggebu-gebu.
"Apa?" tanya Felix dengan santai.
"Kerjakan saja apa yang aku minta." Valery menirukan cara bicara Sean saat itu. "Ingin sekali aku memakinya jika tidak mengingat kami sudah berteman sejak kecil."
Felix tertawa kecil. "Seharusnya kau tahu bagaimana sifatnya," jawab Felix enteng.
"Sudahlah. Aku malas mengurusi kalian." Valery kemudian keluar dari ruangan meeting setelah itu disusul oleh Felix.
"Claire, ikut aku sebentar." Claire mengangguk dan mengikuti Felix dari belakang menuju ruangan Felix yang berada di lantai paling atas.
"Duduklah." Felix mengarahkan tangannya pada sofa yang berada di depannya.
Claire mengangguk lalu duduk. "Jadi kau adalah CEO disini?" tanya Claire tanpa basa-basi.
"Yaa, tentu saja. Apa Sean tidak memberitahumu?"
Claire mengerutkan keningnya. "Sean? Apa hubungannya dengan Sean?"
"Perusahaan ini adalah anak dari perusaahaan Jian Group. Dengan kata lain, induk dari perusahaan ini adalah yang dipegang Sean."
Claire membelakkan mata sebentar. Dia memang tidak memeriksa secara teliti sebelum melamar di perusahaan Lingha. Melihat reaksi Claire yang nampak terkejut, Felix berkata lagi, "Sepertinya kau juga tidak tahu kalau kau bisa masuk di sini atas bantuan Sean."
Claire terdiam beberapa saat. "Jadi, dia sudah tahu kalau aku melamar di sini?"
Felix menyandarkan punggunnya di sofa dengan wajah santai. "Tentu saja, jika tidak, kau tidak akan bisa menduduki posisimu saat ini tanpa bantuan darinya. Aku bahkan baru tahu kalau kau bekerja di sini sehari setelah kau diterima. Jika aku tahu lebih awal, aku akan menarikmu menjadi sekretarisku."
Claire terdiam beberapa saat. Beberapa hari ini, Sean tidak mengatakan apapun padanya. Claire pikir Sean tidak peduli padanya, ternyata dia masih memiliki sedikit hati yang baik.
"Lalu kau ingin bicara denganku tentang apa? Tidak mungkin kau memanggilku ke sini hanya untuk mengobrol santai."
Felix memajukan tubuhnya ke depan lalu memadang wajah serius. "Claire, aku ingin bertanya padamu, apa benar kalau kau menikah dengan Sean karena terpaksa?"
Ditanya seperti itu, Claire tidak tahu harus menjawab apa. Dia dan Felix tidak cukup dekat sehingga membuat Claire merasa sedikit canggung. "Iyaa," jawab Claire singkat.
"Pantas saja. Aku bisa melihat kalau hubunganmu dengan Sean tidak baik saat melihat di acara makan malam itu. Dia menyembunyikan pernikahan kalian dari publik. Itu artinya dia tidak menginginkanmu. Kalau kau mau, aku bisa membantumu agar terbebas dari pernikahan yang diatur oleh kakek."
Bersambung...
suka semua watak2 dalm novel ini... perannya
clair biar d tindas tp tidak lemah.happy ending.
semoga terus succes berkarya thor