Terdengar suara 'sah' menyeruak ke dalam gendang telinga, seolah menyadarkan aku untuk kembali ke dunia nyata.
Hari ini, aku sah dipersunting oleh seorang Aleandro. Pria dingin dengan sejuta pesona. Pria beristri yang dengan sengaja menjadikan aku sebagai istri kedua.
Istri pertamanya, Michelle bahkan tersenyum manis dan langsung memelukku.
Aneh, kenapa tidak terbersit rasa cemburu di hatinya? Aku kan madunya?
Tanya itu hanya tersimpan dalam hatiku tanpa terucap sepatahpun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hawa Permusuhan
Saat makan malam, perlakuan Aleandro mulai berubah.
"Makan yang banyak. Janin dalam perutmu butuh asupan gizi," kata Aleandro.
Andine terdiam sesaat, dan mengangguk mengiyakan.
Aleandro bahkan mengupas dan memotong buah untuk disodorkan buat Andine.
"Aku sudah kenyang tuan," perut Andine berasa begah, karena semua yang ada di meja makan telah dicoba.
'Ini mah bukan perhatian tapi pemaksaan namanya,' batin Andine.
"Tak ada penolakan," tandas Aleandro.
Andine memberanikan diri melototi Aleandro.
"Kenapa? Bukannya ibu hamil memang butuh asupan gizi?" tatap serius Aleandro.
Mendapatkan tatapan tajam membuat Andine berlari ke arah toilet. Perutnya berasa diaduk.
Hoek... Hoek.... Andine mengeluarkan semua yang masuk barusan.
Aleandro menyusul dan memijat tengkuk Andine agar merasa nyaman.
Wajah Andine yang pucat, membuat Aleandro nampak cemas.
"Gimana? Sudah enakan?" tatap Aleandro.
Keringat dingin membasahi dahi Andine.
Andine mengangguk lemah.
"Aku panggil Jerome," bilang Aleandro, Andine menggeleng.
"Aku nggak apa-apa tuan. Ntar kasih minyak angin juga mendingan," tolak Andine.
"Nggak, kamu harus diperiksa dokter. Muka kamu pucat banget," kata Aleandro.
"Tolong buatin teh manis hangat aja tuan," pinta Andine.
"Oke... Oke... Aku buatin," Aleandro mendudukkan Andine.
"Tunggu bentar," Aleandro berlari ke pantry.
Seumur-umur baru kali ini Aleandro turun tangan sendiri membuat teh.
Aleandro mengusap tengkuknya, "Ini mana gula mana garam?" Aleandro menimang benda yang warnanya mirip itu.
"Maaf, tuan muda mencari apa?" tanya bibi menghampiri.
"Gula bi," jawab Aleandro.
"Yang sebelah kanan tuan," beritahu bibi.
"Oh ya bi, kalau mau buat teh seberapa ukurannya?" tanya Aleandro yang otaknya bleng urusan beginian.
"Saya buatkan saja tuan muda," kata bibi.
"Nggak bi, biar saya sendiri," balas Aleandro menolak.
Bibi memberitahu ukuran gula untuk secangkir teh yang akan dibuat. Aleandro memperhatikan dengan cermat.
"Oke, siap bi. Makasih!" bibi heran dengan perubahan tuannya.
Aleandro balik dengan membawa secangkir teh manis hangat buat Andine.
"Makasih," Andine menerimanya.
Andine minum sedikit-sedikit teh hangat yang cenderung panas itu.
"Sudah enakan?" Andine mengangguk.
"Mau istirahat?" tanya Aleandro.
Andine menggeleng.
"Lantas?" Aleandro ingin Andine istirahat karena muntah yang sampai mengosongkan isi perut Andine.
"Makan buah," kata Andine pelan takut Aleandro marah.
"Hhmmmm bilang kek dari tadi," Aleandro beranjak menuju meja makan.
"Buah apa?" tanya Aleandro meraih pisau untuk mengupas.
"Mangga,"
"Ini nggak ada mangga nya sayang," ucap Aleandro membuat Andine melongo mendengarnya.
'What? Sayang? Telingaku yang gesrek atau bibir tuan Aleandro yang konslet?' tanya Andine dalam benak.
"Kok diam?" Aleandro belum menyadari ucapan sebelumnya.
"Mangga di halaman," bilang Andine lirih, takut membuat Aleandro marah.
Aleandro menghela nafas panjang.
"Mangga di depan masih muda. Terlalu asam nggak baik buat lambung kamu yang kosong," larang Aleandro.
Andine menekuk wajahnya, kesal karena kemauannya tak diiyakan oleh Aleandro.
"Ya udah, aku ke kamar aja," Andine beranjak dengan wajah manyun dan kesal.
"Apa aku salah?" tanya Aleandro pada dirinya sendiri.
Tentu saja salah, istri ngidam malah nggak diturutin. Siap-siap aja menghadapi istrimu yang merajuk. Ejek author.
Aleandro menghubungi Martin, menceritakan yang barusan terjadi.
"Apa? Aku harus menuruti? Yang bener?' tanya Aleandro saat bicara dengan Martin.
........
"Manjat pohon sendiri? Mau kupecat kamu? Kasih saran yang betul dong," kata Aleandro kesal pada Martin.
.........
"Hhmmm aku ambilin deh. Aku nggak mau anakku ileran...," bilang Aleandro sambil menutup panggilannya.
Di rumahnya, Martin terbahak. Sukses mengerjai sang bos. "Kapan lagi bisa begini," gumam Martin.
.
Setelah kejadian itu, Aleandro mulai bersikap baik pada Andine.
Bahkan kegiatan 21+ sudah terulang dua kali. Abis nagih sih. Tentu saja tak ada penolakan dari Andine.
Saat mengulang adegan yang ketiga, terdengar suara Michelle memanggil sang suami. Padahal Aleandro sedang menyesap buah cerry yang mulai menegak sempurna.
Aleandro meneruskan tanpa memperdulikan teriakan sang istri.
"Tuan...," panggilan tuan masih menyemat dari bibir Andine.
"Biarin aja," kata Aleandro.
"Tapi... Aku nggak mau nyonya Michelle marah," kata Andine.
"Kamu juga istriku, punya hak yang sama Michelle," tak ingin Andine menolaknya lagi, Aleandro membungkam mulut Andine dengan ciuman menuntut sampai penyatuan mereka berakhir.
Aleandro mengecup kening Andine, "Makasih,"
Aleandro keluar kamar tamu hanya mengenakan bokser dan kaos rumahan meninggalkan Andine yang masih polos dan hanya tertutup selimut.
Michelle menunggu di meja makan.
Tatapan tajam menyambut Aleandro yang mendekat.
"Siapa yang di kamar tamu?" selidik Michelle. Tatapannya terhenti di leher sang suami, yang terlihat banyak tanda merah di sana.
Michelle berdiri hendak ke kamar tamu.
"Hentikan! Biarkan dia istirahat," Aleandro menahan lengan Michelle.
Netra Michelle memicing.
"Andine," kata Aleandro dengan jujur agar masalah tak bertambah panjang. Bagaimanapun kehadiran Andine juga atas saran dari Michelle.
"Wanita jal4ng itu?" tanya Michelle memastikan.
"Dia bukan jal4ng, Michelle," tegas Aleandro.
"Owh, sejak kapan suamiku membelanya? Atau....," Michelle sengaja menjeda ucapannya untuk menghela nafas.
"Kalian habis ngapain?" tatap Michelle curiga.
"Sama seperti pasangan suami istri yang lain, pemenuhan nafkah batin," Aleandro mengambil air dingin dan meneguknya.
"Sayang, kamu nggak khianatin aku kan? Kenapa dia bisa berada di sini lagi? Bukannya perjanjian kita sudah dibatalkan?" tanggap Michelle.
"Ingat, wanita itu duluan yang pergi. Dan dia dengan pe-de membatalkan perjanjiannya," seru Michelle.
"Dia juga istriku, meski dia pergi tapi aku tak menjatuhkan talak padanya," bela Aleandro.
Michelle melangkah ke kamar tamu, karena merasa kesal.
Sambutan hangat tak didapatkan Michelle dari Aleandro.
"Kamu mau ngapain?" Aleandro menahan langkah kaki Michelle.
"Kan kucincang wanita penggoda itu," teriak Michelle menahan amarah.
Aleandro tak akan membiarkannya.
"Berani masuk, kutarik semua kartu kamu," tegas Aleandro bagai ancaman buat Michelle.
"Sayang, nggak perlu sampai sebegitunya deh," Michelle balik kanan dan melangkah masuk kamar utama.
"Sifat matremu tak berubah Michelle," gumam Aleandro sambil menyunggingkan senyum, karena berhasil menghalangi Michelle.
Satu masalah teratasi. Nggak tahu esok hari. Pikir aja besok. Batin Aleandro.
Aleandro menengok kamar tamu, didapatinya Andine telah tertidur pulas. Seulas senyum menghiasi bibir Aleandro. Aleandro menutup pintu perlahan, dan berjalan menuju ruang kerja.
Sementara di kamar utama, Michelle sedang menyusun rencana yang asyik buat Andine.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Quick count masih berlangsung, bagi siapapun yang menang semoga tetap amanah.
Berdasar hasil quick count versi author, kenapa ya hasil like, komen dan vote karya ini tak naik signifikan? Serius author nanya.
Bahkan yang kasih bintang lima baru dua.
Author hanya manusia biasa. Semangat naik turun hal yang biasa. Apalagi saat lihat angka popularitas cenderung datar-datar saja.
Why? Why? Pasti jawabannya yang santuy thor. Semoga karya ini lolos kontrak dan retensinya bagus 😜😜😜 (jawaban versi readers tersayang 💝)
Aleandro mmg hrs main rapi dan lembut klo mo jatuhin Kecele..
siapa kira² tg tabrak Andine
ya ampuun ternyata Nicky jg gigolo🤭
lama² Aleandro lrngket dan bucin sama Andine