Istri mana yang tak bahagia bila suaminya naik jabatan. Semula hidup pas-pasan, tiba-tiba punya segalanya. Namun, itu semua tak berarti bagi Jihan. Kerja keras Fahmi, yang mengangkat derajat keluarga justru melenyapkan kebahagiaan Jihan. Suami setia akhirnya mendua, ibu mertua penyayang pun berubah kasar dan selalu mencacinya. Lelah dengan keadaan yang tiada henti menusuk hatinya dari berbagai arah, Jihan akhirnya memilih mundur dari pernikahan yang telah ia bangun selama lebih 6 tahun bersama Fahmi.
Menjadi janda beranak satu tak menyurutkan semangat Jihan menjalani hidup, apapun dia lakukan demi membahagiakan putra semata wayangnya. Kehadiran Aidan, seorang dokter anak, kembali menyinari ruang di hati Jihan yang telah lama redup. Namun, saat itu pula wanita masa lalu Aidan hadir bersamaan dengan mantan suami Jihan.
Lantas, apakah tujuan Fahmi hadir kembali dalam kehidupan Jihan? Dan siapakah wanita masa lalu Aidan? Akankah Jihan dapat meraih kembali kebahagiaannya yang hilang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26~ TETAP AKAN SAMA SAJA
Aidan tiba di rumahnya mendekati pukul tujuh pagi, ia langsung menuju kamar untuk bersiap-siap sebab harus ke rumah sakit. Saat menaiki anak tangga ia berpapasan dengan orangtuanya yang hendak turun.
"Kamu pasti belum mandi, tapi kok kayak seger gitu ya kelihatannya?"
Aidan tersenyum mendengar candaan sang papa. Bagaimana tidak, pagi ini ia serasa mendapatkan angin segar.
"Ai, gimana keadaan Dafa?" tanya mama Kiara.
"Alhamdulillah sudah enggak demam lagi, Ma. Tinggal pemulihan aja," jawab Aidan.
Mama Kiara mengangguk dan menghela nafas lega, "Ya sudah, sekarang ayo sarapan dulu," ajaknya.
"Aku udah kenyang, Ma. Dibuatkan sarapan sama Jihan," kata Aidan. Yang sebenarnya ia hanya baru mengisi perut dengan roti panggang dan segelas teh yang dibuat Jihan semalam, dan baru ia makan saat subuh.
"Wah wah, kayaknya ada peningkatan nih. Jadi gimana, diterima enggak?" tanya papa Denis.
Senyum Aidan semakin mengembang mengingat kejadian beberapa waktu lalu.
'Jika kamu mengizinkan, bolehkah aku masuk kedalam kehidupanmu bukan hanya sebagai imammu tapi juga ayah untuk Dafa?'
Jihan terdiam selama beberapa saat, hingga terdengar suara Dafa memanggil membuatnya segera berlari pelan menuju kamar.
Aidan terpaku di tempatnya menatap kepergian Jihan, dalam hati berkata, mungkin Jihan sama sekali tak menginginkan dirinya masuk dalam kehidupannya sehingga enggan menjawab pertanyaannya.
Ia pun menyusul untuk memeriksa keadaan Dafa, sekalian memberi obat dan berpamitan pulang.
Jihan ikut mengantarnya sampai ke depan pintu, ketika ia melangkah keluar tiba-tiba wanita itu memanggil yang membuatnya segera berbalik badan.
'Ya, kenapa?' tanya Aidan.
'Em, untuk pertanyaan Dokter tadi, maaf saya belum bisa memberikan jawaban sekarang.'
Aidan tersenyum, tadi ia pikir Jihan sama sekali enggan untuk menjawab. 'Iya, gak apa-apa. Aku masih bisa menunggu,' ujarnya.
"Jadi gimana, kamu diterima apa enggak?" tanya papa Denis yang membuat Aidan terhenyak dari lamunannya.
Aidan mengulum senyum sambil mengusap-usap tengkuknya, kemudian memberikan jawaban dengan gelengan kepala.
Papa Denis berdecak pelan, "Kirain diterima, soalnya aura kamu pagi ini cerah banget. Kayak ABG yang lagi kasmaran."
"Tapi setidaknya Jihan udah ngasih respon dengan dia meminta waktu, Pa. Daripada enggak sama sekali." ucap Aidan.
"Iya juga sih, mungkin ada beberapa hal yang masih harus dia pertimbangkan. Tapi apapun itu, semoga yang terbaik untuk kalian berdua."
"Kamu yang sabar aja dulu, dia itu perempuan, beda dengan laki-laki. Mungkin dia merasa malu akan tanggapan orang-orang, belum lama cerai tapi udah mau nikah lagi." Mama Kiara mengusap lengan putranya sambil tersenyum. Seperti yang dirasakannya dulu ketika menikah dengan papa Denis, kala itu ia baru selesai masa iddah dari suami pertamanya.
"Iya, Ma, Pa, kalau gitu aku ke kamar dulu. Mau siap-siap berangkat ke rumah sakit."
.
.
.
Aidan menyusuri koridor rumah sakit dengan langkah tergesa-gesa, ia terjebak macet sehingga membuatnya sedikit terlambat sampai di rumah sakit. Di depan ruangannya sudah ada banyak pasien yang mengantri.
Brukkk...
Terlalu terburu-buru membuatnya sampai menabrak seseorang, "Maaf, saya gak sengaja." Ia menunduk mengambil tasnya yang terjatuh, demikian dengan orang yang ditabraknya itu juga menunduk mengambil botol air mineralnya.
"Lihat-lihat dong kalau jalan!" sentak seorang pria yang tak lain adalah Fahmi.
"Iya, maaf, saya gak sengaja. Saya buru-buru ke... ."
"Memangnya kamu aja yang buru-buru?" potong Fahmi, "Ini rumah sakit, bukan jalan raya. Jadi jangan seenaknya aja kalau jalan!" Ia menatap kesal pada pria yang tak dikenalnya itu kemudian berlalu begitu saja.
Aidan hanya dapat menghela nafas panjang, ini juga memang salahnya yang terlalu terburu-buru dan tak memperhatikan keadaan sekitar sehingga membuatnya menabrak orang. Ia lantas kembali melanjutkan langkah menuju ruangannya.
Sementara itu, Fahmi kembali ke ruang pemeriksaan istrinya setelah dari kantin rumah sakit membeli air mineral.
"Gimana hasilnya, Dok?" tanya Fahmi. Ia baru akan berangkat ke kantor ketika Windy tiba-tiba mengalami perdarahan.
"Dari hasil pemeriksaan, ternyata ada kelainan pada plasentanya yang sering disebut plasenta akreta, dimana plasenta atau ari-ari tumbuh terlalu dalam pada dinding rahim." ujar seorang dokter wanita.
"Dok, apakah itu berbahaya?" tanya Fahmi.
"Kondisi ini merupakan salah satu masalah kehamilan yang serius karena dapat mengakibatkan perdarahan hebat dan kerusakan pada rahim." terang dokter tersebut.
Fahmi terdiam selama beberapa detik dengan raut wajah nampak tegang, "Tapi, pasti ada cara untuk menanganinya kan, Dok?"
"Ada dua pilihan yang bisa dilakukan. Pertama dengan operasi caesar yang dilanjutkan dengan histerektomi adalah pengobatan utama untuk plasenta akreta, terutama jika sudah terjadi masalah yang cukup serius seperti yang dialami istri Anda.
Histerektomi adalah pengangkatan rahim dengan plasenta masih berada di dalam rahim. Dengan mengangkat rahim sekaligus plasentanya, perdarahan berat akibat tindakan memisahkan plasenta dari dinding rahim dapat dicegah. Namun, pasien tidak dapat hamil lagi setelah menjalani prosedur ini.
Dan yang kedua, operasi caesar dengan mempertahankan rahim. Teknik ini dilakukan dengan meninggalkan plasenta di dalam rahim, dan menunggu hingga plasenta luruh dengan sendirinya, biasanya dalam waktu 4 minggu, atau menyatu dengan dinding rahim yang biasanya dalam waktu 9–12 bulan. Teknik lain adalah dengan mengangkat sebagian rahim yang menempel erat pada plasenta.
Perlu diketahui, teknik operasi ini berisiko tinggi menyebabkan komplikasi serius, seperti perdarahan hebat atau infeksi yang bisa menjadi sepsis. Jika komplikasi tersebut terjadi, maka histerektomi akan tetap dilakukan. Yaitu pengangkatan rahim."
Fahmi menghembuskan nafas berat mendengar penjelasan sang dokter, baginya dua pilihan itu tak ada bedanya. Jatuhnya tetap akan sama saja. Kini ia hanya dapat berharap bayi dalam kandungan Windy terlahir dalam keadaan sehat dan selamat, yang tentunya akan melalui proses kelahiran secara caesar.
Jihan yang tenang ya jangan gugup keluarga Aidan udah jinak semua kok paling Fio aja yang rada2🤭🤭🤭
makanya Jihan jangan meragu lagi ya Aidan baik dan bertanggung jawab kok g kayak sie onta
sampai rumah langsung ajak papa Denis ngelamar ya Ai biar g ditikung si onta lagi soalnya dia dah mulai nyicil karma itu