Caroline Blythe Berasal dari keluarga Broken Home dengan ibu yang harus masuk panti rehabilitasi alkohol. Hidup sebatang kara tidak punya kerjaan dan nyaris Homeless.
Suatu ketika mendapat surat wasiat dari pengacara kakeknya bahwa beliau meninggalkan warisan rumah dan tanah yg luas di pedesaan. Caroline pindah ke rumah itu dan mendapatkan bisikan bisikan misterius yang menyeramkan.
Pada akhirnya bisikan itu mengantarkan dirinya pada Rahasia kelam sang kakek semasa hidup yang mengakibatkan serentetan peristiwa menyeramkan yang dialaminya di sana. Mampukah Caroline bertahan hidup di Rumah tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leona Night, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertolongan Tak Terduga
Rumah Milik Reginal Ashbourne sebenarnya merupakan rumah megah. Baik di jamannya maupun saat ini. Merenovasi keseluruhan rumah ini pastinya membutuhkan biaya sangat banyak. Dan Caroline sebenarnya tidak punya kemampuan untuk melakukannya. Dia menempati rumah itu hanya karena tidak ada tempat lain yang bisa dia jadikan tempat tinggal. Parahnya lagi di rumah yang butuh banyak perbaikan itu, dia sama sekali tidak punya uang sepeserpun.
Dia tidak bisa membayangkan, jika nanti pukul 9 atau 10 dia pergi ke toko kue Nenek Louisa ternyata dia baru bisa kerja besok paginya. Artinya hari ini dia bakal tidak makan. Dia bakal puasa dan hanya minum air putih. Itu pun bukan air mineral, tetapi air dari saluran air yang masuk ke rumahnya.
Perasaan putus asa menghampiri Caroline, dia tidak tahu apa yang akan dia makan hari itu. Apakah dia harus tidur di Motel Mrs Jenkin saja untuk bisa mendapatkan makan? Mengingat dia masih punya jatah 7 hari yang sudah dibayar Harry. Dia bisa saja menggunakan Fasilitas itu untuk makan tidur dan melupakan rumah ini sementara waktu.
Di rumah kakeknya itu hanya ada kopi instant itu pun tinggal satu, sisa dari yang dibawa Harry di Motel. Untunglah kemarin dia masih bisa membuatkan Charles minuman hangat. Apa jadinya jika dia tidak mampu memberikan apapun, sementara Charles sudah susah payah mengantarnya pulang.
Dengan pikiran galau, Caroline menata dan membersihkan rumah tua itu. Jas Hujan yang dipakai Charles, dia gantung kembali ke tempatnya. Tiba tiba dia merasa ada sebuah benda di saku Jas Hujan itu. Perlahan dirogohnya dan ternyata itu adalah uang.
Setelah dihitung jumlahnya adalah 20 Poundsterling. Caroline merasa sangat terkejut. Dari mana uang sebanyak itu ada di saku jas hujan? Apakah itu uang milik Charles? Namun kecil kemungkinannya. Karena Charles mengembalikan jas hujan dalam keadaan bersih dan rapi. Pastinya dia sudah merogoh semua saku. Jika ada uang sebanyak itu tertinggal, pastinya dia akan tahu. Lalu ini uang milik siapa? Apakah Hans? Mengingat Hans sengaja meninggalkan jas hujan itu memang untuk Caroline, jaga jaga jika hujan deras dan caroline perlu keluar rumah.
Pikirannya berkecamuk memikirkan siapa pemilik uang itu. Tapi lalu dia menepis semuanya dan berkata dalam hati, “Aku gunakan saja uang ini dulu untuk membeli makan dan keperluan lain, nanti jika ada yang merasa kehilangan uang, entah Hans atau justru Charles aku akan berkata meminjamnya untuk makan dan akan aku ganti saat aku sudah mendapatkan pekerjaan.
Matahari sudah mulai meninggi, Caroline bergegas pergi ke rumah Ruko nenek Luisa. Dengan hati harap harap cemas dia ingin segera bisa bekerja di toko kue milik Nenek Luisa. Sepanjang perjalanan menuju rumah nenek Luisa setiap orang memandangnya dan berbisik bisik. Sungguh dia tidak paham apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa mereka semua berbisik bisik terhadapnya.
Belum juga dia sampai di rumah nenek Luisa seorang ibu ibu bertanya padanya,”Hai nona, apakah kau yang tinggal di rumah hantu Reginald itu?”
Dengan Nada sedikit kesal karena kakeknya dianggap hantu, spontan Caroline berkata,” Reginald itu kakek saya dan dia bukan hantu dan rumah itu bukan rumah hantu,”
“Owh jadi kau cucunya Si Dukun Reginald itu? “ ujar wanita lainnya
Caroline merasa jengkel dan sembari berkacak pinggang dia tampak marah ke arah dua orang ibu ibu tadi.
“Mengapa kalian selalu mengatakan hal hal yang buruk tentang kakek Reginald, aku yakin kalian tidak mengenalnya. Kalian hanya bicara ‘konon katanya’ iya bukan?” kata Caroline sengit.
Kedua perempuan itu berlalu menjauhi Caroline sambil tetap berbisik bisik.
Sesampainya di ruko Nenek Luisa, Caroline melihat toko kuenya masih tutup. Dengan memberanikan diri, Caroline mengetuk pintu rumah nenek Luisa. Tok..Tok..Tok.
Seorang wanita paruh baya keluar dan menyambutnya,” Halo apa yang bisa saya bantu?”
“Hemm saya Caroline, nenek Luisa meminta saya datang ke Toko kuenya untuk melamar pekerjaan,” jawab Caroline
“Oh, kau pasti anak teman nenek Luisa ya. Apakah kau anak dari Beatrix? “ tanya wanita paruh baya itu.
“Ya, Beatrix adalah ibu saya,” jawab Caroline
“Oh ok ok masuklah,”
Caroline memasuki rumah itu untuk kedua kalinya. Aroma kue menyeruak dan menusuk hidungnya.
“Sepertinya mereka sedang masak kue,” batin Caroline dalam hati.
‘Tak lama kemudian keluarlah Nenek Luisa menyambutnya,” Hai Caroline, aku sudah menunggumu. Mari aku perkenalkan pada anakku, Ana.”
“Senang bertemu denganmu,” ujar Ana yang tadi menyambut Caroline pertama kali.
“Karena kami sudah seminggu ini tutup, maka baru hari ini kami akan membuat kue dan berbagai makanan lain untuk dijual. Aku rasa kau baru bisa bekerja mulai besok pagi. Datanglah besok pagi kesini jam 05.00 pagi. Kau akan bekerja sampai jam 17.00. Karena sore malam toko kami tutup. Bagaimana?” kata nenek Luisa
“Jadi, aku diterima bekerja di sini? “ ujar Caroline dengan mata berbinar.
“Ya Caroline, kamu diterima bekerja di sini,” Jawab nenek Luisa dengan tersenyum
“Oh Terimakasih nenek. Saya sangat senang nenek menerima saya bekerja di sini,”
Lalu Caroline menyalami Ana dan nenek Luisa bergantian, setelah itu dia pamit pulang undur diri.
*****
Sesuai Prediksi, hari ini Caroline belum bisa mulai bekerja. Otomatis, dia juga belum mendapatkan jatah makan harian seperti yang nenek Luisa katakan. Caroline sudah menduga bahwa dia harus memutar otak untuk bisa mendapatkan makanan dan minuman yang bisa dibawa pulang hari itu.
Untungnya pagi tadi dia menemukan uang poundsterling di saku jas hujan yang dipinjam Charles. Bergegas dia pergi ke toko kebutuhan rumah tangga yang berada tak jauh dari toko kue nenek Luisa.
Begitu masuk ke toko itu, seorang wanita dengan tampang tidak ramah tampak berada di dalam toko dan menatap tidak senang ke arahnya.
“Permisi nyonya….”
Belum selesai dia mengutarakan kebutuhannya, wanita pemilik toko itu memotong pembicaraannya.
“Mau apa kau? Bukankah kau yang tinggal di rumah hantu Reginald?”
“Ya benar nyonya, saya…”
“Stop stop jangan teruskan kata katamu. Kamu pasti ingin mencari pekerjaan di sini bukan?” tanya wanita itu.
“Oh saya…”
“Maaf Nona di sini tidak ada pekerjaan yang cocok dan bisa kau lakukan. Lagian aku tidak akan menerima bekerja keturunan dari pelaku ritual setan seperti Reginald. Keluar kau dari Tokoku, kau hanya bikin sial,”
Caroline langsung naik pitam, dan berusaha untuk melawan wanita itu. Tetapi dia tahu itu tidak menguntungkan baginya. Melayani pemilik toko macam ini hanya akan memancing keributan. Bergegas dia keluar dari toko itu dan masuk ke toko yang lain dengan tujuan yang sama. Namun toko kedua juga memperlakukannya dengan cara yang sama. Caroline mulai khawatir, jika semua toko memperlakukan dia seperti ini, bisa bisa dia tidak makan hari itu. Akhirnya Caroline membatalkan keinginannya untuk berbelanja di toko itu.
Dengan langkah gontai, Caroline menjauhi tempat itu dan berjalan pulang kembali ke rumah tua milik kakeknya. Perutnya mulai perih dan keroncongan. Dia mulai merasa lemas dan jalannya pun sempoyongan. Dia merasakan badannya mulai hangat seperti demam.
“Ya Tuhan, apa yang sudah kakek lakukan di rumah itu? Sehingga begitu banyak warga di sini yang membencinya. Bahkan untuk membeli barang kebutuhan Rumah tangga saja aku tidak bisa,” bisik Caroline dalam hati. Air matanya mulai meleleh.
Caroline mulai tidak bisa melihat dengan jelas, pandangannya mulai kabur. Sudah dua hari ini dia tidak makan besar. Dia hanya makan dua potong roti ukuran kecil pemberian nenek Luisa, itu pun satu dia suguhkan pada Charles. Gula di rumah pun sudah habis, sehingga tadi pagi dia hanya minum teh hangat tanpa gula. Wajar jika dia sudah merasa lemas dan tidak berdaya.
Sesampainya di rumah, Caroline segera membuka pintu rumahnya, lalu menutupnya dan tak lama dia pun tumbang, Caroline tertidur karena lemas di atas Sofa yang ada di ruang tamu.
******
Entah berapa lama dia tertidur karena lemas. Hari itu dia bangun dalam keadaan rumah sudah gelap. Dengan langkah tertatih karena lemas, Caroline menyalakan lampu di dalam rumah itu. Setelah itu dia membuka pintu depan dan untuk melihat suasana.
Begitu dibukanya pintu teras depan, dia melihat satu tas penuh dengan berbagai makanan dan minuman terdapat di dalamnya. Hampir semua kebutuhannya ada dalam tas tersebut. Segera Caroline melihat pagar bagian depan rumahnya. Terkunci. Artinya tidak mungkin ada orang yang tanpa sengaja atau salah alamat meletakkan barang itu.
Lelah berpikir panjang, Caroline membawa masuk tas berisi segala keperluan rumah tangga itu. Di dalam dibukanya tas itu, lalu dia segera mengambil kue isi daging ayam yang ada di dalam tas itu dan memakannya dengan lahap. Dia sudah tidak peduli siapa pemilik tas itu. Baginya saat ini, mengisi perutnya yang sejak kemarin siang keroncongan adalah yg utama.