Pernahkah kamu menyatakan cinta pada seseorang, yang kamu sukai di depan umum?
Celine Ainsley, pernah menyatakan cintanya pada seorang lelaki, kakak seniornya, saat ia duduk di bangku sekolah menengah atas.
Joseph Scott, menolak pernyataan cinta Celine dengan dingin, membuat Celine jadi bahan tertawaan semua teman sekolahnya.
Peristiwa yang sangat memalukan!
Momen itu terjadi, lima tahun yang lalu, dan sekarang tanpa di duga, mereka bertemu lagi di reunian lima tahun sekolah mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20.
"Celine! tunggu Celine!!" panggil Ronald.
Kaki panjang Joseph akhirnya dapat meraih tangan Celine, sebelum Ronald sampai lebih dulu menahan Celine.
"Lepaskan!" Celine mencoba untuk menepis tangan Joseph.
Joseph dengan sekali angkat, membopong Celine, tanpa memberi kesempatan kepada Celine, untuk mencegah dirinya membawa Celine.
"Lepaskan aku!!" jerit Celine.
Celine terkejut bukan main, tiba-tiba di angkat Joseph tanpa mengatakan apa pun.
"Hei! Joseph! turunkan Celine! mau kau bawa kemana dia?!" teriak Ronald mengejar Joseph membawa Celine menuju mobil yang terparkir di sisi jalan.
Joseph tidak mendengarkan Ronald. Sementara Alice dan temannya berdiri di tempatnya, diam tidak percaya melihat Joseph membopong Celine.
Seorang pria berpakaian formal, membuka pintu mobil untuk Joseph, yang dengan cepat masuk ke dalam mobil, membawa Celine dalam gendongannya.
Celine memukul dada Joseph, saat Joseph telah duduk di dalam mobil, dan ia masih dalam pangkuan Joseph.
"Aku akan bawa kau pulang, diamlah! jangan berontak!"
"Aku tidak mau kau antar pulang! turunkan aku!!"
"Jalan Roy! cepat!"
"Baik, Tuan!"
Mobil pun meluncur ke jalan, dan Joseph melepaskan Celine dari atas pangkuannya.
Celine menggeser duduknya menjauh dari Joseph, duduk merapat ke sudut pintu mobil.
Tapi, tidak lama kemudian Celine terkejut, melihat arah jalan mobil tidak menuju ke arah rumahnya.
"Hei! kau mau bawa ke mana aku?!" jerit Celine, baru tersadar dengan arah jalan yang di tuju mobil Joseph.
Mobil memasuki pintu gerbang yang terbuka, dan Celine tahu benar mereka menuju Mansion Scott.
"Joseph! kenapa kau bawa aku ke rumahmu?!" tanya Celine dengan suara kencang.
Mobil berhenti tepat di depan pintu utama Mansion, dan Joseph keluar dari dalam mobil.
Sementara Celine masih tetap berada di dalam mobil, tidak ingin turun, dengan wajah marah memandang Joseph.
"Antarkan aku pulang, kenapa kau bawa aku ke rumahmu!!"
"Putriku, kau sudah datang? Ayo turun!" tiba-tiba Celine mendengar suara Ayahnya.
Ia melihat Ayahnya bersama orang tua Joseph, keluar dari dalam Mansion berjalan cepat menuju mobil.
"Papa! kenapa Papa ada di sini?" tanya Celine dengan tatapan heran.
"Teras rumah kita di seruduk sebuah truk, dan rumah kita nyaris ambruk, untuk sementara kita tinggal di sini dulu!" jawab Ruben, lalu mengulurkan tangannya untuk membantu Celine turun dari dalam mobil.
"Apa?!" Celine tidak menyangka rumah mereka di seruduk sebuah truk.
"Ayo mari turun, nak!" Pamela dengan senyuman hangatnya, ikut juga mengulurkan tangannya kepada Celine.
Dengan berat hati, Celine pun turun dari dalam mobil. Ia menerima tangan Pamela, dan membawa Celine masuk ke dalam Mansion Scott.
"Papa, kenapa rumah kita bisa di seruduk truk?" tanya Celine menghentikan langkahnya, saat ia akan di bawa Pamela ke ruang utama keluarga Scott.
"Mobil truk membawa batu bata, untuk renovasi rumah tidak jauh dari rumah kita, tiba-tiba remnya blong dan menabrak pagar rumah kita, dan langsung menyeruduk teras rumah kita!"
"Untung tidak ada korban, jadi untuk sementara tinggal di rumah Tante dulu, sampai rumah kalian selesai di perbaiki!" kata Pamela tersenyum hangat.
"Ayo, mari duduk dulu, Celine pasti terkejut sekali, mendengar rumah mereka terkena musibah!" sahut Aldrich, Ayah Joseph sembari berjalan menuju sofa.
Pamela masih memegang tangan Celine, membawa Celine duduk ke sofa, lalu mengambil cangkir teh dari atas meja.
"Ini, minumlah, agar perasaan mu rileks!" ujar Pamela memberikan cangkir teh kepada Celine.
Celine menerima cangkir teh yang di berikan Pamela, lalu menyesap teh hangat tersebut, yang terasa melegakan tenggorokannya.
Pamela mengambil kembali cangkir teh dari tangan Celine, setelah Celine selesai menyesap teh tersebut.
"Bagaimana perasaan mu? apakah sudah tenang?" tanya Pamela lembut.
"Sudah, Tante!" jawab Celine.
"Nah, kalau begitu, sekarang kita melihat kamarmu, Ayo!" Pamela bangkit dari duduknya.
Celine bagaikan di cucuk lobang hidungnya, mengikuti saja langkah Pamela, naik ke lantai atas.
Sebuah kamar yang cukup luas, dan sangat mewah, yang ukurannya hampir sama luasnya, dengan ruang utama di rumah Ayahnya.
"Bagaimana? kau suka?" tanya Pamela membuka pintu dengan lebar, memperlihatkan kamar sementara Celine.
Celine mengedarkan pandangan matanya ke seputar kamar, yang terlihat bernuansa serba pink.
Astaga! pikir Celine, ia tidak menyangka kamar sementaranya di sulap menjadi serba pink.
Karpet lantai berwarna pink, tembok kamar pink, tirai jendela pink, selimut, bantal, bedcover, meja rias, sofa kamar semuanya serba pink.
Bersambung......
udh d usir scra hlus,msh ga ngrti....
malu woooyyy....