Istri mana yang tak bahagia bila suaminya naik jabatan. Semula hidup pas-pasan, tiba-tiba punya segalanya. Namun, itu semua tak berarti bagi Jihan. Kerja keras Fahmi, yang mengangkat derajat keluarga justru melenyapkan kebahagiaan Jihan. Suami setia akhirnya mendua, ibu mertua penyayang pun berubah kasar dan selalu mencacinya. Lelah dengan keadaan yang tiada henti menusuk hatinya dari berbagai arah, Jihan akhirnya memilih mundur dari pernikahan yang telah ia bangun selama lebih 6 tahun bersama Fahmi.
Menjadi janda beranak satu tak menyurutkan semangat Jihan menjalani hidup, apapun dia lakukan demi membahagiakan putra semata wayangnya. Kehadiran Aidan, seorang dokter anak, kembali menyinari ruang di hati Jihan yang telah lama redup. Namun, saat itu pula wanita masa lalu Aidan hadir bersamaan dengan mantan suami Jihan.
Lantas, apakah tujuan Fahmi hadir kembali dalam kehidupan Jihan? Dan siapakah wanita masa lalu Aidan? Akankah Jihan dapat meraih kembali kebahagiaannya yang hilang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16~ DIPERTEMUKAN ORANG-ORANG BAIK
"Assalamualaikum," ucap Jihan begitu sampai di kontrakannya.
Dafa yang duduk lesehan di dekat pintu, segera beranjak menghampiri sang bunda. Pun dengan wanita yang beberapa saat lalu datang untuk menemui Jihan.
"Waalaikumsalam, Bunda." Balas Dafa sembari mencium punggung tangan Jihan. "Ada yang nyariin Bunda, tuh." Ucapnya.
"Siapa yang cari... ." Pertanyaan Jihan terpotong begitu sosok wanita yang dikenalnya muncul dibelakang putranya. "Masyaallah, Dini." Ia pun mendekati temannya tersebut sewaktu bekerja di restoran.
"Mbak Jihan apa kabarnya?" Tanya Dini sembari membalas jabat tangan Jihan.
"Alhamdulillah baik, Din. Kamu sendiri gimana?"
"Yah seperti yang Mbak lihat, kekurangannya cuma satu, masih jomblo." Kekeh Dini.
Jihan pun terkekeh, "Semoga kamu cepat ketemu jodohnya."
"Amiiin," balas Dini. "Oh ya Mbak, sekarang Mbak Jihan kerja apa?" Tanyanya.
"Em sekarang ini cuma ambil orderan cuci gosok tetangga dekat-dekat sini aja sih, Din, sambil cari-cari kerjaan tapi belum dapat." Jawab Jihan. Sejak dipecat dari restoran, ia mencoba menawarkan jasa cuci gosok pada tetangga sekitar tempat tinggalnya, dan Alhamdulillah lumayan banyak yang memakai jasanya.
"Kalau gitu aku mau nawarin kerjaan buat Mbak Jihan. Gini Mbak, kakak aku yang kerja di toko kue sebagai kasir berhenti karena sebentar lagi akan menikah. Nah, tadi pemilik toko kue itu menghubungi kakakku meminta dicarikan segera kasir pengganti. Terus kebetulan aku ingat sama Mbak Jihan, ya udah aku langsung kesini." Ucap Dini menjelaskan maksud kedatangannya.
"Alhamdulillah, Din, Mbak mau." Ucap Jihan antusias.
"Ya udah kalau gitu, sekarang aku antar Mbak Jihan ke toko kuenya dan langsung ketemu sama pemiliknya."
"Iya, Din. Sebentar ya, Mbak ganti pakaian dulu." Ucap Jihan.
Dini menanggapinya dengan anggukan, tadi Dafa sudah cerita jika bundanya pergi ke pengadilan agama.
.
.
.
"Masyaallah, rame sekali, Din." Seru Jihan begitu sampai di toko kue tersebut, berdecak kagum menatap setiap orang yang hilir mudik di toko kue itu.
"Iya Mbak, semenjak kakak aku berhenti jadi pemilik toko kue ini sendiri yang melayani para pembeli. Cuma kewalahan dan kerepotan juga karena punya balita, dan suaminya juga gak bisa selalu ada di toko karena punya usaha lain. Tuh," tunjuk Dini pada bengkel motor yang jaraknya berkisaran 100 meter dari toko kue.
Jihan mengangguk paham, ia tak hentinya berdecak kagum melihat ramainya pembeli yang datang.
"Ya udah Mbak, kita langsung masuk saja." Ajak Dini.
Keduanya melangkah bersama masuk ke toko kue itu, dan langsung menghampiri wanita yang berdiri di balik meja kasir tampak sibuk menghitung total belanja pembeli yang sedang mengantri.
"Assalamualaikum, Mbak Nayra." Sapa Dini.
Wanita yang dipanggil Nayra itu menoleh dan langsung tersenyum begitu melihat Dini, sekilas ia melirik wanita berhijab di samping Dini. "Apa ini yang dimaksud sama kakak kamu tadi di telepon, yang katanya mah mau gantiin sebagai kasir?" Tanyanya.
"Iya, Mbak Nayra. Ini Mbak Jihan yang bakal gantiin kakak ku." Jawab Dini.
"Oh Oke, sebentar ya." Nayra tersenyum pada Jihan, kemudian melambaikan tangan pada suaminya yang sedang menggendong anak mereka yang tampak sedikit rewel.
Pria yang sedang menggendong balita itu pun lekas menghampiri dan menyapa Dini yang dikenalnya adalah adik mantan pegawainya. Sekilas ia pun melirik wanita berhijab di samping Dini.
"Mas Rian, ini Dini bawa temannya yang bakal gantikan kakaknya, namanya Jihan." Ucap Nayra memperkenalkan pegawai barunya pada suaminya. Pun sebaliknya memperkenalkan suaminya pada Jihan.
"Semoga betah ya kerja di sini," ucap Rian sembari tersenyum tipis.
"Insya Allah," balas Jihan sambil mengangguk pelan.
"Ya sudah, kalian ngobrol-ngobrol aja dulu, biar aku yang melayani pembeli. Nih, dia juga dari tadi agak rewel dan nunjuk nunjuk ke kamu terus, kayaknya haus." Ujar Rian sembari melambai-lambaikan sebelah tangan putrinya. Balita berusia 2 tahun itupun bereaksi dengan gerakan lincah ingin berpindah ke mamanya.
Nayra terkekeh, "Duh haus ya, Nak, sini sama Mama." Ia mengambil alih menggendong putrinya, kemudian mengajak Dini dan Jihan menuju ruangan sebelah.
"Silahkan duduk dulu ya, saya ke belakang sebentar mau buatin susu untuk anak saya."
Dini dan Jihan serentak duduk di sofa. Jihan mengedarkan pandangannya ke sekeliling, ruangan itu terlihat seperti rumah minimalis.
"Mbak Nayra dan Mas Rian memang tinggal di sini, dulunya sih cuma punya bengkel motor yang tadi aku tunjukkin. Terus toko kue ini dibangun dari hasil bengkel dan digabungkan dengan tempat tinggalnya biar gak repot bolak-balik katanya. Aku salut deh Mbak sama mereka berdua, padahal Mas Rian itu berasal dari keluarga konglomerat, dan dulunya itu Mas Rian juga Direktur Utama di perusahaan besar milik keluarganya. Tapi setelah menikah sama Mbak Nayra, mereka memilih untuk hidup sederhana." Tutur Dini menjelaskan.
"Masya Allah, mereka hebat ya, Din." Jihan tersenyum, sepintas saja ia teringat kembali akan perjalanan rumah tangganya yang justru berbanding terbalik. Ia menemani Fahmi dari nol, dan saat suaminya berada di puncak kesuksesan justru dirinya harus tersingkirkan.
Tak lama kemudian Nayra kembali setelah membuat susu, ia membaringkan putrinya di sofa lalu memberikan botol susunya, kemudian duduk.
"Maaf ya jadi nunggu, saya memang jadi agak repot setelah kakaknya Dini berhenti." Ujar Nayra.
"Gak apa-apa, Mbak, maklum aja punya anak kecil. Anak saya saja sudah umur 5 tahun, apa-apa masih sama saya." Ucap Jihan.
"Oh, kamu sudah punya anak? Maaf, saya kira belum menikah." Nayra tersenyum canggung, ia mengira pegawai barunya itu masih lajang, sebab terlihat lebih muda darinya.
Jihan hanya menjawabnya dengan anggukan sambil tersenyum tipis.
"Mbak Jihan baru resmi bercerai dengan suaminya hari ini, Mbak Nay. Tadi baru aja pulang dari pengadilan langsung aku ajak ke sini." Timpal Dini.
Jihan memilih diam, tadinya ia enggan memberitahukan tentang statusnya. Tapi Dini justru yang mengatakannya.
"Turut prihatin ya, maaf saya benar-benar gak tahu."
"Iya Mbak, gak apa-apa." Ucap Jihan.
"Terus, anaknya sekarang tinggal sama siapa?" Tanya Nayra, sebagai seorang ibu tak terbayangkan bila harus terpisahkan dengan anaknya karena perceraian.
"Ikut sama saya, Mbak. Sekarang kami tinggal di kontrakan." Jawab Jihan.
"Tapi kalau kamu mulai kerja besok, anaknya ada yang temani di rumah, kan?" Tanya Nayra lagi.
"Gak ada, Mbak. Sebelumnya saya pernah kerja di restoran sebentar dan anak saya hanya sendirian di rumah, kadang main sama anak tetangga."
"Ya Allah, apa gak apa-apa ditinggal sendirian begitu? Gini aja deh, gimana kalau besok anaknya di bawa aja, biar anak saya juga ada teman mainnya." Usul Nayra.
Jihan tak langsung menjawab, ia melirik Dini yang memberikan kode dengan anggukan pelan. "Tapi, apa gak apa-apa, Mbak? Saya khawatir anak saya nanti bikin repot."
"Enggak kok, justru saya senang kalau disini ramai anak-anak. Udah gak apa-apa, besok bawa saja anaknya, saya justru khawatir loh sama anak kamu kalau ditinggal sendirian."
"Terima kasih empatinya, Mbak. Besok saya bawa anak saya." Ucap Jihan terharu, ia benar-benar tak menyangka di hari ia resmi bercerai, Allah mempertemukannya dengan orang-orang baik. Dimana lagi ia bisa mendapatkan pekerjaan yang memperbolehkan membawa anak.
Jihan yang tenang ya jangan gugup keluarga Aidan udah jinak semua kok paling Fio aja yang rada2🤭🤭🤭
makanya Jihan jangan meragu lagi ya Aidan baik dan bertanggung jawab kok g kayak sie onta
sampai rumah langsung ajak papa Denis ngelamar ya Ai biar g ditikung si onta lagi soalnya dia dah mulai nyicil karma itu