“Kata mami, dilimu dikilim mami untuk menolongku dan papi. Apa dilimu ibu peli yang baik hati ? “
“A–aku ?! “
Ucapan anak laki-laki itu membuat Alana terkejut, dia tidak mengerti maksud dari perkataan anak tersebut.
Namun, siapa sangka kehadiran Alaska membuat Alana masuk ke kehidupan keluarga mereka dan siapa yang menyangka bahwa papi yang dimaksud Alaska adalah pria yang selama ini Alana tunggu kehadirannya.
Bagaimana dengan kisahnya ? Jangan lupa mampir !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dlbtstae_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah paham
Daddy Chandra segera menghampiri putrinya yang lain. Dia langsung merebut ponsel Alana dengan wajah khawatir. Namun, saat melihat video tersebut Daddy Chandra mengusap wajahnya membuat yang lainnya khawatir.
“Chan, apa yang terjadi ?” tanya Opa Cakro khawatir.
Daddy Chandra tak menjawab. Dia memberikan ponsel Alana kepada papinya. Mommy Audrey turut khawatir sehingga dia juga melihat ponsel Alana ditangan mertuanya. Oma Cellia juga tidak ingin ketinggalan.
Jadilah ketiga orang itu menonton video di ponsel Alana dengan wajah serius. Tak lama ketiganya menatap Azalea dengan kompak.
“A–apa ?” tanya Azalea gugup.
Dia seperti di intimidasi oleh keluarganya sendiri, hal itu membuat Azalea kesal.
“Videomu sama Jo, viral !” ucap Oma Cellia setengah berbisik.
“Video apa ?” tanya Azalea bingung. “Bukan video m3sum kan, oma ?” cicit Azalea dengan perasaan tidak enak.
Ketiganya menggeleng kompak. Azalea menghela nafasnya pelan dan mengusap dadanya.
“Tapi kenapa kamu melakukan itu, Lea ?” tanya Opa Cakro tak habis pikir.
Azalea menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. Dia masih belum mengetahui video apa yang membuat keluarganya khawatir.
“Ini coba kamu lihat, semoga kepalamu tidak terbentur tadi !” seru Opa Cakro yang membuat Oma Cellia menggeplak bahu suaminya dengan kasar.
Plak !!
“Awwh, sakit sayang !” ringis Opa Cakro.
“Makanya, ngomong itu di jaga !”
“I–iya !!”
Saat Opa Cakro ingin menyerahkan ponsel cucunya Alana kepada cucunya Azalea tiba-tiba saja sebuah panggilan masuk di ponsel cucunya membuat Opa Cakro, Oma Cellia, Mommy Audrey dan Daddy Chandra sontak menatap Alana yang menatap keempat orang kesayangannya dengan tatapan bingung.
“Siapa pria w4ras itu, Ana ?” tanya Daddy Chandra penasaran.
“Kenapa dia menghubungimu, Ana ?” tanya Opa Cakro yang juga penasaran.
Alana yang mendengar itu sontak terkejut. Kenapa pria itu malah menghubunginya. Lagi-lagi Alana terkejut saat Opanya menggeser tombol hijau dan menloudspeaker agar mereka bisa mendengar apa yang dibicarakan orang tersebut.
“Hallo Ana, putra ki—”
Alana langsung merebut ponselnya dan berlari secepat kilat menghindari tatapan intimidasi keluarganya. Dia memeluk ponselnya dengan erat menuju kamarnya dan menguncinya dengan cepat.
Melihat kelakuan Alana membuat mereka semua bengong.
“Apa Ana sudah memiliki anak ?” tanya Oma Cellia menduga-duga.
“Ti–tidak mungkin !” ucap Mommy Audrey yang tidak terima jika putrinya diduga sudah memiliki anak.
“Kalau sudah punya anak, pasti kita sekeluarga tahu. Pasti ini sebuah kesalahpahaman !” tengah Opa Cakro yakin.
“Kalau benar, bagaimana papi ?” tanya Daddy Chandra mulai emosi saat mendengar potongan ucapan pria itu.
“Tidak mungkin, putriku tidak mungkin melakukan hal itu !” ucap mommy Audrey khawatir.
Sementara Azalea hanya menggelengkan kepalanya mendengar asumsi keluarganya di luar nalar. “ Ana, saranku kamu harus segera klarifikasi kejadian ini sebelum kedua pria tahta tertinggi di rumah ini bener-bener salah paham padamu. Aku hanya berdoa agar tidak ada m4can j4ntan yang meng4um,” doa Azalea dalam hati.
Dikamar, Alana berjingkrak kesal. Dia kesal kenapa pria itu malah menghubunginya di waktu tidak tepat. Mendengar permintaan pria tadi membuat Alana langsung menumpahkan amarahnya.
“Gara-gara kamu ! Mereka penasaran siapa dirimu !! “
“ Putra saya mencarimu, Ana ! Dan saya tidak bisa membujuknya jika dia tidak mendengarkan ucapanmu !”
“ Itu urusan kamu sebagai bapaknya !! Bukan malah saya yang disuruh !!” pekik Alana kesal dan mencak-mencak di kamarnya.
“Kamu pikir saya mau ? Saya malas menghubungimu ! Tidak penting !”
“ Kalau tidak penting kenapa menghubungi sayaaaaaaaaaa !!” ucap Alana geram.
Setelah mengatakan itu Alana langsung memutuskan panggilan lalu melemparkan ponselnya kesembarangan arah.
“Bener-bener tuh duda ! Bisa-bisanya nelponin orang malam-malam !”
Lagi-lagi ponselnya berdering, Alana tidak memperdulikan panggilan itu. Dia memilih masuk ke kamar mandi untuk menuntaskan huj4tannya.
Beberapa menit kemudian, dua pasang kaki melangkah ke arah kamar Alana. Salah satu diantara dua anak itu membawa guling kecil dan tas kecil yang dikenakannya.
Pintu dengan mudah terbuka membuat keduanya masuk dengan perlahan.
“Kocong ? Ayo, macuk !” ajaknya.
“Pelacaan kakak dikamal na ya, kenapa kocong luanganna ?” tanyanya lagi.
“Nda kabulkan ?” tanya seorang anak laki-laki yang membawa guling di pelukannya sambil memandang ngantuk ke arah anak yang sebaya dengannya.
“Nda lah, Kak Ana nda pelnah kabul-kabul !” ucapnya tak terima.
“Telus dimana dong, Laci ?”
“Ya Laci nda tahulah. Kok ditanya lagi,” jawab Arasyi ketus.
Perdebatan keduanya didengar oleh Alana yang berada di kamar mandi. Perutnya mendadak mules membuatnya mendekam di dalam kamar mandi.
“Kok kamar gue kayak ada orang ? Apa Rasyi ke kamar mau tidur, ya ? Tapi tumben bocah nggak teriak nyariin gue ya ?”
“Ah, mungkin udah biasa kali ya nggak teriak-teriak lagi,” pikir Alana.
Setelah merasa huj4tannya selesai. Alana membersihkan tangannya dengan sabun kemudian membuka pintu kamar mandi.
Ceklek ! Mendengar pintu terbuka. Reflek kedua anak laki-laki itu menoleh.
“Rasyi, kamu sikat gigi dulu ya !” kata Alana tanpa melihat orang yang diajaknya bicara.
Arasyi yang kini memainkan ponsel kakaknya, hanya mengangguk melupakan sosok anak laki-laki yang menatap Alana dengan wajah mengantuk.
“Ra— loh kok ?!” Betapa terkejutnya Alana saat dia berbalik untuk melihat keberadaan adiknya. Dia justru melihat sosok lain di sebelah adiknya yang sedang memainkan ponselnya.
Alana berjalan cepat mendekati ranjangnya. Dia menatap anak laki-laki itu dengan tatapan bingung.
“Rasyi, kamu sadar nggak di sebelahmu ada Alaska ?” tanya Alana menoel p4nt4t adiknya.
“Cadal kok, cedali tadi di cini cama Laci !” sahut Arasyi santai.
Alana mengossok kedua matanya lalu dia bertanya kepada Alaska, “ Nak, kamu kesini sama siapa ?”
“Ah, maaf tante, om dan semuanya. Maaf, saya mengantar putra saya Alaska kemari. Anak itu sedari tadi mencari Ana dan, —”
“Yang penting kamu nggak nginep juga disini !” ketus Daddy Chandra.
“Saya tidak menginap disini, om. Saya hanya mengantar putra saya. Murni tidak ada, —” perkataan Araska terpotong oleh suara Alana.
“ Bilang aja itu kamu kan, paksa putramu buat bertemu aku !” seru Alana kepedean.
Azalea menutup wajahnya saat mendengar ucapan kembarannya yang terlalu pede.
“Sangat percaya diri sekali,” bisik Azalea pelan.
“Ana !!” Suata tegas Opa Cakro membuat Alana takut. Dia diam dengan tatapan musuh kepada Araska.
“Opa percaya jika nak Araska kesini memang murni mengantar putranya ke rumah ini, karena Alaska menangis saat kamu tidak mengangkat kembali panggilan Alaska,”
“dan Araska, kami minta maaf atas kelakuan Ana kepada kamu..” ucap Opa Cakro kepada Araska.
“Tidak apa-apa tuan,”
“Baiklah, kalau begitu saya pamit dulu. Nak, ingat pesan papi ya” Araska mengusap kepala putranya.
Lalu Araska berpamitan dengan seluruh keluarga Alana. Mommy Audrey meminta putrinya untuk mengantar Araska kedepan pintu.
“Mommm ?”
“Lakukan saja !” titah Daddy Chandra sabar. Padahal dia sudah takut bila putrinya memiliki rasa dengan duda di depan mereka.
“Ayo, aku antarin kamu kedepan pintu ner4k4 !” ketus Alana menarik tangan Araska dengan kuat.
“Bisa-bisanya, gue yang disuruh ! Kenapa nggak jalan sendiri kek ke depan. Harus banget, gue !” dumel Alana dalam hati.
Saat keduanya tiba di pintu utama, Alan langsung melepaskan pegangannya. Dia berbalik badan dan hal tak terduga malah menabrak badan tegap Araska.
“Auhhh,”
“Badan lo keras amat sih !!” ketus Alana kesal karena badan Araska tidak selembut bantalnya.
“Namanya juga olahraga, emang badanmu lembek !” ejek Araska datar.
“Garing !!”
“Sudah sana pulang !” usir Alana.
“Yakin suruh saya pulang ?” tanya Araska yang entah mengapa setiap kali bersama Alana dia merasakan sesuatu yang dejavu.
“Terus maunya, nginap di sini ?” Araska mengangguk.
“Dih ! Ogah ! Tidur aja lo sama satpam komplek ! “
“Bukan rumah kamu kan, jadi saya bisa dong ngi—”
“NGGAKKK !! NGGAK ADA NGINAP-NGINAP !!! DIPIKIR RUMAH KITA PENGINAPAN APA !! ENAK AJA NGOMONG NGINAP-NGINAP !" ketus Alana kesal.
“Oh rumah kita ya ?” tersenyum menggoda membuat Alana mendelik geli.
“Rumah keluarga gue ! Bukan aku dan kamu ! Bye !” Alana langsung menutup pintu dengan keras membuat Araska tersentak kaget.
“Astaga !! Bar-bar sekali, selain ceroboh dia sangat bar-bar. Apa masih kecil dulu dia memiliki cita-cita sebagai preman ?”
“Preman pala kau !! Pulang sana ! P4m4li berdiri lama depan rumah orang !” ucap Alana keras dari jendela rumah yang terbuka sedikit.
Araska menggelengkan kepalanya, dia pun segera berjalan menuju mobilnya. Namun sebelum itu dia menatap Alana dengan raut wajah berbeda.
Melihat apa yang dilakukan Araska membuat tubuh Alana seketika merinding dan langsung menutup jendela serta menarik gorden.
“Apa dia utusan boteng ?”
ini meninggal bneran atau cuma sandiwara sih,,masa iya meninggal lea nya 🤔🤔