Ghea yang sudah menikah selama tiga tahun dengan suaminya, dia tidak pernah mendapatkan sentuhan lembut dari suaminya karena sang suami sibuk dengan kekasihnya, hingga akhirnya dia harus terlibat dengan seorang playboy yang tak lain adalah adik iparnya sendiri.
Gairah keplayboyan Gibran seketika menghilang setelah bertemu Ghea, membuat dia ingin menjadikan Ghea sebagai miliknya.
Padahal sebelum menikah dengan Romi, Ghea lebih dulu dijodohkan dengan Gibran. Tapi Gibran menolak perjodohan itu tanpa ingin tau dulu siapa yang dijodohkan dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ghea Bertemu Bu Fara
Gibran sudah menyewa sebuah villa untuk para karyawan beristirahat dan bermalam disana, tidak mungkin mereka pulang lagi begitu saja, pasti akan kemalaman di jalan. Rencananya besok pagi juga mereka akan pulang lagi ke Kota A.
Disana ada 4 kamar, Arumi sudah pasti dengan Ghea, Reno dengan Gibran, dan dua kamar lagi buat tiga karyawan cewek dan dua karyawan cowok.
Mungkin karena kelelahan, banyak yang memutuskan untuk beristirahat di kamar masing-masing. Kini di ruang tengah itu tinggal hanya ada Gibran, Reno, Ghea dan Arumi.
Selain menyediakan tempat untuk beristirahat, Gibran juga harus menjamin isi perut para bawahannya itu, "Kira-kira kita pesan apa ya buat makan nanti?" Gibran bertanya kepada mereka sambil mengecek ponselnya untuk memesan makanan secara online.
"Kalau pesan nasi dus atau makan di restoran itu hal biasa, lebih enak kita buat sendiri biar pada kompak." Reno mengusulkan idenya.
Arumi sangat menyetujui ide Reno, "Bakar ayam aja, pasti enak tuh! Nah ada Ghea ini, Ghea jago masak lho!"
"Hhh... " Ghea hanya mendengus. Padahal kakinya masih pegal-pegal efek mendaki tadi.
"Ya sudah," Gibran menyetujui usulan itu.
Akhirnya sekitar jam 5 sore, mereka memutuskan untuk berbelanja berempat, area pasar jaraknya lumayan dekat jadi mereka tidak perlu naik kendaraan ke sana.
Ghea memilih membeli daging ayam dulu, dan Gibran selalu setia mengikutinya, menjijing belanjaan yang dibeli Ghea, walaupun sebenarnya dia gak kuat dengan aroma pasar disana karena ini adalah pertama kalinya dia pergi ke pasar, tapi dia pura-pura biasa saja, demi Ghea, dia harus bertahan. Mereka seperti suami istri yang sedang berbelanja.
Sementara Arumi mengajak Reno ke arah lain agar tidak mengganggu mereka. "Lah ko kita kesini sih? " Reno tidak mengerti kenapa Arumi menarik tangannya menjauhi mereka .
"Kita belanja buat cuci mulut saja, ayo!"
Ghea celingak celinguk mencari keberadaan Arumi dan Reno, "Arumi dan Reno kemana?"
"Gak tau tuh, udah biarin aja! Mereka udah gede ini!" Gibran tak mempermasalahkan hal itu.
Ah Arumi rese ya! Ghea tau pasti Arumi sengaja meninggalkan mereka.
Ghea terpaksa melanjutkan aktivitasnya lagi. Kini Ghea sibuk memilih sayuran yang masih segar.
"Kenapa harus memilih-milih gitu sih? Semua sama aja bentuknya!" protes Gibran, Lama-lama dia gak kuat dengan aroma di pasar itu.
"Harus lah, kita harus memilih sayuran yang masih terlihat fresh!"
Terlihat ada Pak Herman dan Bu Fara datang ke pasar itu juga, kebetulan Villa milik mereka itu dekat sekali dengan pasar. Apalagi stok sayuran di Villa habis padahal nanti malam mereka akan menjamu tamu spesial mereka.
Bu Fara berdiri di samping Ghea, ikut memilih sayuran juga berupa kol, wortel, dan sayuran lainnya juga di kios itu.
Gibran dan Pak Herman tak sengaja saling melirik, "Pak Herman!"
Pak Herman terperangah, langsung menjabat Gibran, "Oh Pak Gibran, apa kabar?"
"Baik, pak."
Tentu saja Ghea juga harus menyapa kliennya itu, dia tersenyum dengan ramah kepada Pak Herman, "Lagi liburan ya pak?"
"Iya kita lagi weekend, kebetulan juga malam ini ada acara keluarga. Kalian sendiri lagi ngapain? Liburan berdua ya?" Goda Pak Herman, dia memperhatikan Gibran yang sedang menjingjing bahan untuk memasak.
Ghea dan Gibran jadi salah tingkah, "O-oh bukan, Pak. Kita kebetulan lagi menyurvei lokasi syuting buat iklan sepatu Adva nanti. " ucap Ghea.
Bu Fara masih sibuk memilih sayuran.
Dia jadi merasa bangga kepada Gibran sebagai seorang Direktur mau terjun langsung ke lapangan, "Wah, jadi disini ya pembuatan iklannya? Memang suasana disini bagus sih! Saya tidak menyangka lho Pak Gibran ini mau terjun langsung ke lapangan,"
Gibran hanya hanya tersenyum , dia jadi merasa bangga pada dirinya sendiri.
Pak Herman mencolek bahu istrinya, "Mah, sayang sekali Kia sudah punya calon suami. Coba kalau Vanya ada disini, kita jodohkan Pak Gibran dengan Vanya. Direktur muda yang mengagumkan!"
Hidung Gibran semakin terbang entah kemana mendengar pujian dari kliennya itu.
Bu Fara hanya diam dan tersenyum ramah pada Gibran, padangannya beralih pada Ghea.
Entah mengapa hatinya jadi bergetar saat melihat Ghea, apalagi saat melihat Ghea tersenyum ramah padanya. Dia melihat bola mata Ghea yang berwarna coklat itu sama dengan Vanya yang memiliki bola mata yang berwarna coklat juga, bahkan saat dia tersenyum jadi mengingatkannya pada senyuman mendiang suami pertamanya.
"Siapa namamu?"
"Ghea, tante."
Saat melihatnya kenapa aku jadi teringat dengan Vanya, bisik hati Bu Fara.
"Mmm... ibu Ghea ini asistennya Pak Gibran, Mah." Pak Herman mengenalkan Ghea pada Bu Fara.
Bu Fara masih tak bisa berhenti memandangi wajah Ghea, membuat Ghea merasa tidak nyaman karena dipandangi seperti itu.
"Mama!"
Pak Herman menyadarkan Bu Fara dari lamunannya.
"Oh iya, Pah. Mmm... kebetulan Villa kami ada di belakang pasar ini, bagaimana kalau mampir dulu?" Bu Fara jadi ingin lebih lama memandangi wajah Ghea.
Gibran menoleh ke Ghea, dia meminta Ghea yang menjawab ajakan itu.
"Nah iya, biar kita bisa ngobrol dengan santai mengenai pekerjaan kita." Pak Herman juga meminta mereka untuk berkunjung ke Villa miliknya.
Mereka akhirnya menyetujui ajakan dari kliennya itu. Pak Herman mengajak Gibran mengobrol santai sambil memandangi kolam ikan yang luas, di belakang Villa.
"Kebetulan Adva itu bukan cuma sepatu hiking saja, tapi juga berbagai macam sepatu lainnya, ada di bidang fashion juga. Saya dan Pak Reza sudah satu tahun tahun bekerjasama. Iklan yang dia buat sangat menarik dan tidak pernah mengecewakan. Saya harap Pak Gibran juga begitu, apalagi ada Bu Ghea mantan asistennya Pak Reza yang dulu. "
Gibran mencoba meyakinkan Pak Herman, "Tentu saja Pak, kami jamin tidak akan mengecewakan bapak."
Sementara itu, Bu Fara mengajak Ghea mengobrol santai di dalam rumah.
"Suami saya sudah lama bekerja sama dengan TVC Media ya?" tanya Bu Fara sambil membawa dua gelas teh hangat.
"Iya tante, kebetulan dulu masih Pak Reza yang memimpin TVC Media."
"Oh gitu, saya terlalu sibuk di kantor, jadi urusan promosi itu biar jadi bagian Suami saya. Mmm... kalau boleh tau usia kamu berapa tahun ya?"
Entah mengapa Bu Fara jadi penasaran dengan sosok Ghea ini. Kebetulan Kia sedang tidak berada di Villa itu.
"27 tahun, tante."
Mengapa kebetulan sekali usianya sama dengan Vanya.bisik hati Bu Fara.
"Usiamu sama dengan anak tante,"
"Oh begitu ya. Anaknya gak ikut kesini, tante?"
Bu Fara menggeleng, "Nggak. Saya kehilangan anak itu sejak kecil, saya sudah mencarinya kemana-mana, tapi kami belum menemukannya juga."
Ghea jadi tersentuh mendengarnya, andai saja orangtuanya juga mencari dia seperti Bu Fara, mungkin jalan kehidupannya tidak akan serumit ini.
"Ayo diminum tehnya! Mumpung masih hangat!"
"Iya, tante." Ghea pun meneguk teh hangat buatan Bu Fara itu. Dia memperhatikan wajah Bu Fara yang terlihat sedih seperti menahan tangis, sepertinya dia sangat merindukan anaknya itu.
Entah mengapa hatinya juga jadi ikut sedih, memikirkan bagaimana bisa dia berada di panti asuhan milik orang tua Gibran itu? Apakah kedua orang tuanya sengaja membuangnya? Atau ada suatu hal besar yang harus berada disana.
...****************...
...Jangan lupa like, komen, vote dan beri hadiah yah kawan 🙏 😁...
...Dan terimakasih banyak buat yang sudah memberi itu semua, semakin membuat saya semangat! ...
...Mohon maaf belum bisa balas komen satu persatu, tapi saya selalu baca komen dari kalinya. ...
...Jangan lupa simak terus ke bab-bab berikutnya! ...