Menolak dijodohkan, kata yang tepat untuk Azalea dan Jagat. Membuat keduanya memilih mengabdikan diri untuk profesi masing-masing. Tapi siapa sangka keduanya justru dipertemukan dan jatuh cinta satu sama lain di tempat mereka mengabdi.
"Tuhan sudah menakdirkan kisah keduanya bahkan jauh sebelum keduanya membingkai cerita manis di Kongo..."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Jodoh tak akan kemana
^^^Sejauh mana kamu berlari, jodoh tetap akan menemukan jalannya...^^^
...----------------...
Jagat menunjukan tempat dimana biasanya sinyal berkumpul untuk arisan pada Aza.
"Disini, dekat gerbang...." tunjuk Jagat.
Mungkin karena malam itu mereka sedang makan besar di tengah camp, jadi tempat ini cukup sepi saat ini, akan ada masanya sinyal provider kalah oleh makan gratis. Karena biasanya disini akan ramai, dipadati oleh mereka yang membutuhkan sinyal demi sekedar melakukan panggilan pada keluarga tercinta.
"Kamu datang di waktu yang tepat. Biasanya kalo jam segini disini udah penuh sama yang rebutan sinyal..." ia berjalan berjarak 2 langkah lebih dulu dari Aza.
"Oh ya, masa? Wawww! Harus numpeng dong, aku!" kelakar Aza. Sambil membawa kedua tangannya ke belakang ia menyilahkan Aza untuk memeriksa sinyal di hapenya, yang ternyata sejak tadi Aza sudah mengangkat ponselnya setinggi tower biar bisa nangkep sinyal banyak-banyak.
Senyumnya tersungging saat lembaran di pojok kanannya bertambah, "yeehheee...ada bang...ada!" bahagianya sungguh sederhana membuat Jagat tertular juga rasa bahagia itu dan melebarkan segaris senyumannya di wajah datar seorang prajurit.
Puluhan notifikasi langsung menyerbu ponsel Aza tanpa ampun.
Saking excitednya, Aza refleks menurunkan tangan yang membuat sinyal itu kembali berbayang redup, demi melihat siapa saja yang mencoba berkabar dengannya.
Panggilan tak terjawab..bunda, Mas Angga, Nay, prof. Suwitmo, grup dapur cemal-cemil, grup prodi, dosen pembimbing, apk berbelanja, lirihnya berucap... ia terkekeh, namun saat melihat garisan yang kembali menghilang lagi itu ia mengaduh keras.
"Yaaa! Ilang lagi sinyalnya! Abisnya ketek aku gatel bang, jadinya tanganku turun...." keluhnya mengaduh seperti bocah memancing tawa kecil Jagat.
"Baru kali ini aku nyesel dulu ngga ikut les renang, jadinya pendek. Derita orang pendek begini nih, selain susah buat nyuri mangga, susah juga buat nangkep sinyal!" bibirnya manyun sepanjang moncong senjata.
Bahu Jagat kembali bergetar untuk ke sekian kalinya karena tingkah Aza, lantas Jagat mencari-cari sesuatu ke segala arah sementara Aza sudah kembali berburu sinyal dengan mengangkat ponselnya di tangan tinggi-tinggi, bahkan ia sampai lompat-lompat yang sebenarnya percuma saja usahanya itu.
Kembali, ia mengeluarkan keluhan manjanya, "hah, pegel deh...masa harus sambil begini....kalo ketek aku gatel lagi gimana?! Terus caranya nelfon gimana, telinga akunya kan di bawah.. apa mesti pake headset ya?"
Ketika Aza sibuk mengeluh dan merutuki nasibnya menjadi manusia pendek, Jagat sudah menyusun bongkahan batu dan beberapa barang bekas di samping tembok gerbang, menumpuknya agar bisa menjadi pijakan untuk Aza.
"Coba naik."
Aza mengangguk mengiyakan, dengan refleks tangan yang memegang lengan Jagat, dimana Jagat pun sudah memberikan tangannya untuk menjadi tumpuan Aza, "hati-hati."
Dengan tangan yang tak lepas dari genggaman Jagat, Aza kembali tersenyum dan menunduk melihat Jagat, "ada loh bang! Magiccc...." serunya, "bentar, kaki aku yang satu ikut naik deh biar afdol...." Meski sedikit bergetar karena ketinggian, Aza kini berhasil naik ke atas susunan barang dan batu, lalu berdiri disana.
"Thanks a lot loh...Bang J tuh definisi mengatasi masalah tanpa masalah..." kikiknya lantas menautkan jemarinya membentuk love pada Jagat. Mungkin bagi Aza ia hanya menganggapnya biasa saja, sekedar ucapan terimakasih bernada candaan namun bagi Jagat...pria itu cukup tersentak ketika Aza melakukan hal itu.
"Ekhem." Ia sampai berdehem demi mengusir rasa tak nyaman itu.
"Sama-sama," gumam Jagat, hay hati...apakah kamu baik-baik saja?
Semua gelagat Aza terekam di penglihatan Jagat, yang kini...gadis itu tengah sibuk mengotak-atik layar ponsel hingga sejurus kemudian suara seruannya terdengar kencang nan heboh.
"Assalamu'alaikum bundaaaa!"
(..)
Jagat berkali-kali terkekeh mendengar obrolan Aza dan orang yang ia yakini adalah ibu dari gadis ini di sebrang telfon terdengar menggelikan penuh candaan terutama dari Aza. Terkadang Jagat berjongkok demi menjaga, takut...jika Aza terjatuh saking asiknya bertelfon ria.
"Bunda sama ayah sehat-sehat disana ya, tinggal 2 bulan kurang sehari lagi Aza pulang..." tawanya renyah.
Gadis itu menurunkan tensi wajah gelinya dan sedikit terlihat getir sekarang, "salam buat ibu dan bapaknya mas Jagat, bun. Assalamu'alaikum."
Jagat tersentak dengan ucapan Aza itu dan langsung menoleh, menatap Aza dengan intens. Apakah ia tak salah dengar kalau Aza menyebutkan namanya barusan? Rasanya pendengarannya masih baik-baik saja.
Belum reda keterkejutan Jagat akan apa yang ia dengar tadi. Kini ia kembali dikejutkan ketika Aza terlihat menghubungi seseorang lagi, hatinya jadi tak karuan saat itu juga.
"Hallo mas Angga...."
Ada hati mencelos dari Jagat mendengar itu, kecewa? Mungkin...apalagi saat Aza bisa tertawa dan melafalkan kalimat sayang pada lelaki yang kini sedang ia hubungi. Meski terlihat raut wajah Aza yang seolah menyimpan beban berat ketika ia menghubungi orang itu. Apa yang terjadi? Tak sampai membuat kakinya pegal demi menunggu Aza yang selesai berbicara, gadis itu kini sudah selesai berkabar dengan orang rumahnya.
Sadar jika Aza kesulitan untuk turun, Jagat kembali membantunya. Bukan dengan cara sebelumnya namun Jagat langsung menggendong Aza layaknya menurunkan bocah tk dari sana.
"Sini saya bantu."
"Eh..." Aza cukup dibuat terkejut meski tak sempat menolak dan mengelak, matanya sampai membeliak syok ketika wajah mereka tak berjarak.
Eye contact benar-benar tak terelakan diantara keduanya, bahkan deru nafas Aza yang mendadak cepat saja dapat terasa hingga ke relung hati. Semerbak aroma greentea jasmine ikut andil menghanyutkan keduanya untuk bertahan dan nyaman dalam posisi riskan ini.
"Maka...ekhem---makasih banyak bang..." Bahu dan tangannya bergidik tanda Aza mengusir sepasang tangan kekar Jagat dari pinggangnya.
"Aza... Nama kamu Azalea?" tanya Jagat diangguki Aza cepat, "Azalea Kamila...cantik kan? So pasti kaya orangnya!" tawanya mengehkeh akan sikap narsisnya itu yang justru sukses membuat Jagat menarik nafasnya panjang nan cepat.
"Ini kita berdua disini ngga akan ada yang grebek kan ya?" kekehnya mencoba kembali mencairkan suasana yang sempat canggung karena adegan Romeo dan Juliet tadi, Ngga...ngga bisa gini! Udah punya mas Angga, udah punya calon suami juga... Aza menggeleng dalam hati.
"Oh ya ini rahasia kecil loh ya...karena aku udah percaya bang J, jadi aku kasih bocoran. Sebenernya aku ini calon dokter...bukan perawat." ia kembali tertawa kecil, lagi....Jagat kembali terkejut dengan kenyataan itu, sampai otaknya kesulitan mencerna kata-kata dan keinginan hati untuk bertanya banyak pada Aza.
"Udah malem bang J. Aku pasti dicariin yang lain juga... Udah ngantuk juga sih, aku duluan ya...by the way makasih banyak udah bantuin aku, lagiii."
Jelas! Aza tidak sedang menunggu jawaban Jagat, karena gadis itu berkata sembari sudah melangkah kembali ke dalam camp dan berdadah ria pada Jagat.
"Za!"
"Aza!" panggil Jagat lagi.
"Bye! Malam bang J....jangan lupa do'a tidur ya!" teriaknya sudah jauh tersenyum padanya dan kembali membalikan badannya.
.
.
.
.
lanjut