Semua yang masih bersama memang pasti seakan tiada artinya. Penyesalan akan terasakan ketika apa yang biasa bersama sudah HILANG.
Andrian menyesali segala perbuatannya yang sudah menyiksa Lasya, istrinya. Sampai akhir dia di sadarkan, jika penyelamat dia saat kecelakaan adalah Lasya bukan Bianka!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyoralina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Seolah mendapatkan lemparan batu besar. Hati Lasya terasa sakit melihat ini semua. Walaupun dia sadar pernikahan di antara mereka memanglah masih cinta satu pihak. Tapi tidak seharusnya Andrian melakukan ini.
" Mas, kenapa dia ikut?"
Andrian menoleh menatap Bianka, dan diantara mereka juga saling tatap. Sangat terlihat kalau kemistri di antara mereka terbangun sangat baik.
" Biar dia istirahat di sini dulu."
" Tapi mas.."
" Sudah jangan berisik aku lelah."
Andrian berlalu pergi, enggan mendengarkan ocehan Lasya.
Lasya benar-benar tidak habis pikir. Tapi sebisa mungkin dia tetap tenang. Dia akan menanyakan nanti lagi.
" Kamu tunggu di sini. Aku mau mandi."
Bianka mengangguk. Dia lalu melepaskan gandengan tangannya.
Seperginya Andrian.
Bianka duduk di sofa, padahal Lasya sama sekali belum mempersilahkan.
" Kamu di rumah sendiri ya? Pasti sangat bosan bukan."
" Biasa aja kok."
Balas Lasya. Ke dua wanita ini duduk di kursi sofa berbeda.
" Oh ya. Maaf tadi aku belum memperkenalkan diriku ya."
Lasya menautkan ke dua alisnya saat tiba-tiba Bianka mengulurkan tangan. Tanpa ragu dia menjabat tangan ini.
" Aku Bianka. Aku adalah seorang desainer terkenal. Aku juga adalah cinta pertama Andrian, suami mu."
DEG....
Terkejut! Tentu Lasya terkejut.
Dia terus menatap Bianka yang dengan secara bangga memperkalkan diri.
Hati Lasya terasa di cubit saat mendengar Bianka mengatakan dia cinta pertama Andrian.
" Jangan kaget ya aku datang. Sepertinya kamu harus sering-sering terbiasa dengan kedatangan ku."
Ucap Bianka, jabatan tangan ini sudah dia lepas. Dia lalu menarik tisu di tas-nya, mengusap ke dua tangannya hingga berkali-kali.
Tak berselang lama. Suara langkah Andrian terdengar. Ke dua wanita ini menatap kedatangan Andrian dengan tatapan yang beda.
Lasya, menatap Andrian dengan raut penuh tanda tanya. Sedangkan Bianka, menatap Andrian penuh dengan keceriaan.
" Andrian, kamu sudah selesai mandinya."
Bianka menyapa terlebih dulu. Bahkan dia juga mendekat dan menggerakkan jarinya membenarkan rambut Andrian.
Andrian sedikit mendorong kepalanya ke belakang karena risih. Tapi Bianka terus mendekat dan melakukan hal sama.
" Sudah tampan!" Ucap Bianka dengan senyuman merekah.
Lasya hanya mampu mendengus dan memalingkan wajah. Tak seharusnya pemandangan ini dia lihat, dia istrinya dan itu seharusnya di lakukan olehnya bukan Bianka.
" Kamu sudah masak belum."
" Sudah Mas." Balas Lasya malas-malas.
" Sudah masak ya. Kebetulan aku sangat lapar, apa boleh aku sekalian makan malam di sini?"
" Hem.."
Andrian mengangguk lirih, menyetujui Bianka tanpa bertanya kepada Lasya. Sungguh aneh, Lasya tidak suka dengan ini.
Lasya mencoba menawarkan diri. Dia berdiri sendiri di belakang Andrian dan Bianka yang bergandengan tangan.
Sepertinya Andrian ragu. Dia menoleh seolah mempertanyakan dengan isyarat mata kepada Bianka.
" Aku rasa jangan. Ini sudah malam, bukankah sangat bahaya wanita keluar malam sendiri. Aku takut nanti terjadi apa-apa dengan mu. Jadi... biar Andrian saja yang mengantarku."
Bianka menolak. Dia menoleh menatap Andrian, tangannya dengan sangat berani mengusap lengan Andrian tepat di depan mata Lasya.
" Ya, aku yang akan mengantar mu pulang."
Andrian sudah berbalik. Bianka yang ikut melangkah bersama Andrian melambaikan tangan seolah mengejek Lasya.
" Sabar Lasya, sabar."
Dalam hatinya, Lasya mencoba menenangkan dirinya. Dia menarik napas, mengeluarkannya secara perlahan.
Di sisi lain.
Bianka terus menggelendot manja di lengan salah satu Andrian. Sepanjang perjalanan, Bianka terus melakukan ini.
" Bianka, bisa minggir. Aku sedang menyetir."
" Nggak, aku nggak mau. Aku mau tetap seperti ini. Sebentar lagi kita bakalan pisah. Aku pasti bakalan kangen banget sama kamu. Ya walaupun besok kita bertemu lagi. Tapi kan malam panjang, aku tidak tahan kalau harus berjauhan dengan mu."
" Kenapa kita tidak menginap saja di hotel." Usul Bianka. Dia menatap Andrian dengan mata penuh permohonan.
" Tidak bisa. Lasya pasti akan mencariku."
Bianka seketika melepaskan pegangannya. Dia membuang muka ke arah jendela, tangannya bersedekap dada dan diam mengacuhkan Andrian.
Andrian yang melihat reaksi ini lantas menepikan mobilnya.
Dia mengusap rambut belakang Bianka.
" Kamu seharusnya bisa ngertiin posisi aku."
" Posisi apa An? Posisi apa yang mau kamu suruh aku ngertiin? Aku tahu kamu tidak cinta sama wanita itu. Kalian menikah juga karena di paksakan?! Aku juga yakin kok kalau wanita itu tidak mencintai mu layaknya aku yang mencintai mu. Apa kamu yakin kalau dia tidak main macam-macam di belakang mu? Kamu seharian tidak ada di rumah. Kamu pasti tidak tahu dia berbuat apa di belakang mu kan."
Bianka mencoba memprovokasi Andrian. Dia mengatakan ini seolah dia bersungguh-sungguh.
" Andrian, aku dan kamu saling mencintai. Apa kamu tidak bisa merasakan debaran di dada ku."
Bianka menarik sebelah tangan Andrian. Membawanya ke dadanya agar Andrian bisa merasakan debaran hati ini.
" Aku mencintai mu Andrian. Dari dulu sampai sekarang aku mencintai mu. Kamu hanyalah satu-satunya pria yang ada di hati ku An."
Andrian menatap manik mata Bianka. Dia benar-benar melihat kesungguhan di mata ini.
" Aku mencintaimu An."
Bianka menarik Andrian semakin dekat. Dia mendorong leher belakang Andrian. Memulai ciuman mesra dan menggairahkan.