ONS lalu punya anak, itu sudah biasa.
Salah kamar, dan saling berbagi kehangatan, lalu akhirnya hamil, itu juga sudah biasa.
Menjadi istri, dikhianati lalu memilih pergi saat hamil, itu juga sudah sering terjadi.
Lalu, kisah ini bagaimana? Hampir mirip tapi banyak memiliki perbedaan. Ayesha, dia sama sekali tidak menyukai pria itu. Malah bisa dikatakan dia begitu membencinya.
Namun kejeniusan si pria membuatnya terobsesi sehingga menginginkan benihnya.
Ayesha berhasil mendapatkan yang dia mau. Bocah kecil nan pintar lahir dari perutnya.
Tapi ada satu hal yang membuatnya resah. Anak itu terlalu mirip dengan si pria. Bahkan si anak yang cerdas itu tahu bahwa ada pria dewasa yang mirip dengan dirinya.
" Mom, apa dia Daddy ku?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Itu Ayahku? 28
" Gimana ini, gimana dia udah tahu. Terus sekarang apa yang harus aku lakuin. Kabur? Tapi mau kabur kemana? Duit tabungan mulai habis. Aku bahkan takut bulan depannya nggak bisa ngehidupin Gael. Padahal tahun depan Gael udah harus masuk sekolah."
Dada Ayesha berkecamuk. Semua yang dikatakan oleh Ryder barusan itu sebuah makna bahwa Ryder sudah tahu apa yang ia perbuat.
Ayesha berdiri terpaku. Tubuhnya seakan tidak bisa ia gerakkan. Karena Ayesha tengah sibuk sendiri dengan pikirannya, ia menjadi tidak sadar bahwa Ryder sudah tidak lagi duduk di sofa. Pria itu kini berdiri di depannya dan bahkan wajah mereka saling berhadapan dengan sangat dekat. Hanya kurang dari beberapa senti saja kedua hidung mereka bisa saling bersentuhan.
" A-apa yang Anda mau?"
" Kamu, aku mau kamu Ayesha.
" M-maksud Anda?"
Sejak awal tadi, Ayesha sama sekali tidak bisa berbicara dengan lancar. Ia merasa gugup setiap kali matanya bertemu dengan mata Ryder. Aura mendominasi dari pria itu sungguh kuat sehingga membuat Ayesha seperti tidak berkutik.
Bak kelinci yang berdiri di depan harimau. Ayesha merasa dirinya adalah mangsa yang mudah saja ditelan oleh predator yang kuat dan buas.
" Maksudku, aku minta kamu buat tanggung jawab. Sperti yang aku bilang tadi. Ay, apa kamu tahu? Kamu adalah wanita pertama yang menyentuhku bahkan mengeluarkan benihku sehingga menjadi buah yang sudah sebesar itu. Maka dari itu kamu harus tanggung jawab hingga akhir."
" Mom, siapa tamunya?"
Sreeet
Ryder langsung menarik tubuhnya. Yang awalnya condong ke arah Ayesha kini ia kembali berdiri tegap dan sedikit menjauh.
Itu adalah suara Gael, maka berarti anak itu sudah terbangun dari tidurnya. Ryder tidak ingin Gael salah paham jika melihat posisi mereka tadi.
" Hallo Gael, morning."
" Oh hai Uncle. Lanjutin aja pembicaraan kalian. Aku mau mandi dulu. Uncle, baik-baik sama Mommy ku."
Ryder tersenyum sambil mengangkat jempol miliknya. Sedangkan Ayesha, ia menganga. Mulutnya terbuka lebar melihat reaksi Gael yang begitu santai.
Dari gaya bicara putranya, Ayesha bisa menilai bahwa Gael bersikap santai kepada Ryder. Dan terasa keduanya sudah saling mengenal dengan akrab. Ayesha menjadi berpikir, apa mungkin saja keduanya menjalin hubungan baik tanpa sepengetahuannya.
Ini juga merupakan hal yang luar biasa mengingat Gael selalu waspada terhadap pria asing. Dulu hanya Grey yang bisa dekat dengannya. Jadi Ayesha sungguh merasa heran.
" Ay, apa kamu nggak nawarin tamu mu minum, haus tahu? Ah iya, kamu nggak bikin sarapan juga buat anak kita? Kalau mau bikin, sekalian bikinin buat aku ya, laper nih."
Fyuuuuh
Ayesha membuang nafasnya kasar. Dia sungguh tidak tahu bagaimana harus menghadapi pria itu, semua isi kepalanya serasa kosong saat ini. Dan herannya, tubuhnya bergerak menuju ke dapur lalu membuatkan minuman untuk Ryder.
Secangkir kopi diletakkan oleh Ayesha di depan Ryder. Tanpa mengatakan apapun, Ayesha kembali pergi ke dapur.
" Sebenernya, apa yang aku lakuin sih," gumam Ayesha sambil mengacak rambutnya.
Sedangkan Ryder, dai mengambil cangkir kopi itu dan meminumnya secara perlahan. Pria itu takjub, pasalnya kopi buatan Ayesha bisa sesuai dengan lidahnya. Ya, kopi yang baru saja dibuat oleh Ayesha benar-benar sesuai dengan seleranya.
" Gael, udah mandinya?"
" Udah uncle, oh iya apa udah lihat apa yang semalam aku kirimkan."
" Udah, kamu tenang aja soal itu. yang penting kamu percaya saja sama Uncle."
Gael mengangguk paham, dia lalu duduk di ruang tamu bersama dengan Ryder. Tidak ada yang mereka bicarakan, karena keduanya terlihat sibuk masing-masing.
Ayesha yang sibuk di dapur akhirnya bisa menyelesaikan sarapan sederhana yang ia buat. Omelette dengan beberapa rebusan sayur. Diantaranya ada brokoli dan juga wortel.
" Gael sara~"
Ayesha yang ingin memanggil Gael untuk sarapan seketika terdiam ketika melihat pemandangan di depannya. Ia malah menjadi memijit keningnya sendiri. Ya, apa yang tertangkap oleh matanya saat ini adalah sesuatu yang tidak pernah ia duga. Gael dan Ryder sangat sangat mirip dari berbagai sisi. Cara mereka memegang tablet, bahkan ekspresi wajah keduanya pun sama persis.
" Haah apa ini yang namanya gen? Napa mereka berdua mirip banget sih? Para Tuan, silakan menuju ke ruang makan. Sarapan sudah siap, oh astaga bahkan cara mereka meletakkan barang pun mirip."
Ayesha benar-benar tidak bisa berkata-kata sekarang ini. Ia merasa melahirkan Gael hanya sekedar mendapatkan hikmahnya saja. Pasalnya Gael sangat mirip dengan Ryder.
" Gael, stop nyingkirin wortelnya. Itu bagus buat kesehatan mata kamu yang sering banget lihat gadget."
Bukan hanya Gael yang tersentak, Ryder pun ikut tersentak karena secara tidak sadar dia pun menyingkirkan wortel ke sisi piring.
" Bukankan wortel itu bagus Tuan Ryder?"
" Ahh ya, ya benar. Itu bagus, nah gael makanlah seperti ini oke."
Ini lah karma dibayar tunai, tadi Ryder begitu senang mengerjai Ayesha dan kali ini dia dibalas langsung ole Ayesha. Mau tidak mau Ryder harus memakan wortel yang sangat ia tidak sukai itu.
Ayesha terkekeh geli, dia sungguh sangat puas. Kini dia bisa tahu apa yang tidak disukai oleh Ryder melalui Gael. Setelah diamati beberapa waktu, mereka berdua memiliki kesamaan entah dalam hal kesukaan maupun ketidaksukaan.
" Sekarang, ada yang mau aku bahasa dengan mu Ay."
" Maaf Tuan, jangan memanggil saya begitu. Kita tidak terlalu akrab untuk memanggil dengan nama panggilan."
" Ahaa, benarkah? Apakah sampai punya Gael kamu anggap kita belum juga akrab. Lalu, harus bagaimana agar bisa dikatakan akrab itu hmmm. Haah sudahlah, nggak akan habis kalau kita mau bahas itu. Aku akan cari waktu khusus untuk kita bisa membicarakan betapa akrabnya kita. Ay, bekerjalah di BHP. Jangan langung menolak, pikirkan lebih matang lagi. Aku tahu kamu cukup cerdas untuk mengambil keputusan."
Ayesha terdiam, selepas Ryder pergi pun Ayesha masih belum membuat keputusan. Ya dia masih menimbang apakah sekiranya akan menerima tawaran itu atau tidak.
Tentu sebenarnya tawaran itu sangatlah bagus, mengingat belum ada yang ia lakukan untuk saat ini. Tapi hal lain yang harus dihadapi oleh Ayesha adalah ia akan sering bertemu dengn Ryder, ini lah hang membuatnya gamang dalam memutuskan tawaran Ryder.
" Ughh, nyebelin."
TBC
saya mohon maaf untuk bagian yang ternyata absurd ini.
agaknya saya kurang reseach di bagian ini karena terburu" guna pengembangan alur.
terimakasih untuk kritik dari teman", semoga kedepannya saya bisa lebih hati" dalam membuat adegan demi adegannya.
tapi sungguh saya senang karena teman" mengoreksi. itu akan saya jadikan sebuah pembelajaran agar lebih hati" ke depannya.
sekali terimakasih ya.
🤗🤗☺🙏🙏
terimakasih kk author 🙏