Emily seorang model yang sukses dan terkenal. Namun, kesuksesan itu tidak dia dapatkan dengan gampang dan berjalan mulus. Mimpi buruk terjadi disaat dia menjadi boneka *** pribadi milik presedir di agensi tempat dia bekerja. Mulut terbungkam saat dia ingin berteriak, namun ancaman demi ancaman terlihat jelas di depan matanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yeppeudalee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Boneka Peliharaan
Dua bulan telah berlalu, dan dengan setiap hari yang lewat, karir Emily semakin meroket. Namun, kesuksesan itu membawa tantangan baru—dia kesulitan mendapatkan waktu istirahat yang cukup. Pekerjaan datang silih berganti, namun di balik itu semua, kehidupan Emily semakin membaik. Keuangan yang melimpah memungkinkan dia untuk membeli penthouse pribadi hanya dalam waktu satu bulan setelah kesuksesan karirnya dimulai.
Tak hanya itu, dirinya kini menjadi incaran berbagai brand terkenal dan pusat perhatian banyak orang. Di usianya yang masih 20 tahun, Emily telah mencapai lebih dari yang pernah ia bayangkan sebelumnya.
Saat melangkah masuk ke dalam van hitam mewah yang baru saja diberikan kepadanya, Emily menghela napas berat. "Hhhhh… aku ngantuk sekali, eonnie," ucapnya sambil duduk di kursi belakang van.
"Kamu bisa tidur, Emily," jawab Yubin dengan nada lembut, memandang Emily yang mulai tampak kelelahan.
"Aku mau," Emily menjawab, memejamkan matanya. Seketika itu, tubuhnya terkulai dalam tidur yang lelap, melepaskan beban dari hari-harinya yang sibuk.
Namun, deringan telepon yang masuk tidak mampu membangunkan Emily. Yubin, yang duduk di sampingnya, meraih ponsel dari tas Emily dan mengangkatnya.
"Hallo?" suara Yubin terdengar ramah.
"Emily?" terdengar suara dari ujung telepon.
"Ah, Emily sedang tidur, Pak Endrick," jawab Yubin, sedikit bingung dengan alasan mengapa sekretaris Pak Mattheo menghubungi Emily.
"Begitu?" suara Endrick terdengar sejenak terdiam. "Ya sudah, kalau dia sudah bangun, suruh dia menghubungi saya."
"Baik, Pak," jawab Yubin singkat, merasa semakin penasaran.
Setelah menutup telepon, Yubin meletakkan ponsel itu kembali ke dalam tas Emily. Raut wajahnya berubah kebingungan, bertanya-tanya mengapa sekretaris Pak Mattheo, yang biasanya hanya menghubungi orang-orang tertentu, tiba-tiba menghubungi Emily.
***
📍Mvvo Entertaiment
- Ruangan Presedir -
“Kamu baru pulang, Reymond?” tanya Mattheo yang duduk dikursi kerja.
“Iya pa, saya langsung datang kemari.” Sahut Rey, yang berdiri di hadapan Mattheo dibatasi meja kerja.
“Kamu pasti sangat lelah, harus bulak balik keluar kota.” Mattheo pun beranjak berdiri.
“Itu sudah menjadi pekerjaan saya pa.” Jawabnya dengan lembut tapi terdengar tegas.
“Duduk nak.” Mattheo mempersilahkan Rey duduk disofa panjang, begitu pun dengan dirinya.
Reymond beranjak duduk disofa yang menghadap Mattheo.
“Kamu tidak ada niat untuk mengisi posisi CEO?” ucap Mattheo tanpa basa-basi.
“Maksudnya?” kening Rey, langsung mengernyit kebingungan.
“Papa ingin membuang Amanda, Reymond.” Mattheo mengatakan dengan nada santai yang terdengar tidak merasa bersalah.
“M-membuang?” ucapnya ragu dengan tatapan speechless.
“Ya, dia sudah tidak berguna menjadi CEO di perusahaan ini.”
Sejenak, Reymond diam setelah mendengarkan kata ‘membuang’ dari mulut mertuanya sendiri.
“CEO harusnya seorang pria, bukan seorang perempuan. Hanya karena dia memiliki prestasi disini, saya mengangkatnya menjadi CEO dan … para petinggi yang lain benar, kalau dia tidak bisa.”
“Prihal itu, saya tidak punya pemikiran untuk menjadi CEO pa.”
“Ayolah, CEO lebih baik, seseorang yang dekat dengan papa.”
“Itu…”
“Kamu bisa memikirkannya, mulai dari sekarang Reymond.”
Sekali lagi, Reymond hanya diam dan tidak membalas ucapan Mattheo yang terakhir.
Suara ketukan terdengar dari luar, dimana seseorang itu beranjak masuk.
“Emily?”
“Iya pak presedir.”
“Sudah lama tidak bertemu denganmu. Saya ingin bicara denganmu setelahnya.”
“Iya pak presedir.”
“Kalau begitu, saya permisi pak presedir.”
“Iya Reymond.”
Reymond beranjak keluar, dia melewati Emily dimana jari itu sengaja menyentuh punggung tangan Reymond yang sejenak, menghentikan langkahnya ketika dia merasakan jari itu menyentuh punggung tangannya.
Sekilas itu, Reymond mendengar kalau Mattheo terlihat menyapa Emily.
“Bagaimana kabarmu? saya lihat, kamu begitu banyak kerjaan akhir-akhir ini.”
“Iya pak presedir, anda benar.”
Reymond beranjak keluar, mencoba untuk mengalihkan pikirannya disaat dia bertanya dengan dirinya sendiri; kenapa Emily berlaku seperti itu.
“Come here baby.” Ucap Mattheo meminta pada Emily, gadis muda yang akhir-akhir ini dia kagumi.
Gadis itu terlihat nurut dengan permintaan sang presedir perusahaan entertaiment yang menaungi dirinya.
Tepatnya, dia tidak punya kekuatan untuk melawan dan membrontak keinginan sang presedir.
“Bagaimana pekerjaanmu sayang?” tanya Mattheo yang membiarkan Emily duduk di atas pangkuan pria itu.
“Semuanya baik-baik saja.”
“Benarkah?”
“Iya pak presedir.”
Dielusnya pipi itu, ditariknya dagu itu dan seketika itu juga dia melumat bibir puan yang ada dipangkuannya.
Emily hanya bisa diam menjadi penurut dengan permintaan presedir itu.
Bahkan ketika ciuman itu berpindah dilehernya, dia harus mendongak dan mengeluarkan desahan kecil agar sang presedir bergairah dengannya; ya, itulah permintaan sang presedir, jika dia tidak nurut, dia akan dihukum dengan ancaman-ancaman yang mengerikan.
Tangan itu dituntun memegang miliknya yang sudah mengeras sejak tadi. Tangan itu juga dituntun untuk mengeluas dan memegang secara langsung daging tak bertulang itu.
Dielusnya dan dimainkannya sampai sang pemilik merasa puas.
Tanpa berkata apapun, sang puan bahkan dituntun untuk berlutut dihadapannya. Dengan mulutnya, dia melahap milik sang presedir. Kali ini air mata itu tidak lagi keluar.
“Good job baby girl.” Dimana sang presedir puas dengan layanan yang diberikan oleh perempuan berusia muda yang jelas, lebih cocok mendapatkan peran sebagai anaknya.
***
- Parkiran Basement -
“Emily?” suara husky yang memanggil nama itu, langsung membuatnya menoleh ke belakang.
“Pak Reymond?”
Dan seseorang yang memanggil itu adalah Reymond. Dimana dia, sengaja menunggu puan itu keluar.
“A-ada apa?” tanya Emily yang sedikit gugup saat Reymond menatap tajam pada dirinya.
“Bagaimana kerjaanmu?”
“Kerjaan saya baik, pak Reymond.”
“Begitu?”
“Iya.”
Hening; itulah yang terjadi diantar keduanya. Emily diam tanpa mengeluarkan pertanyaannya dan Reymond yang diam tanpa melanjutkan pertanyaannya.
“S-saya permisi pak Reymond.”
“Iya.”
Puan itu pun, beranjak masuk ke dalam mobil merah miliknya pribadi. Dan mobil sedan merah berjenis ferarri itu melaju keluar dari basement parkiran gedung perusahaan.
“Hhhh…” dan pria itu, hanya menghela napasnya dengan berat.
***
📍Rai’s House
“Sayang, kamu sudah pulang?”
“Hm.” Singkatnya yang sembari melonggarkan dasi yang tersemat dikerah kemejanya.
“Bagaimana hari ini?”
“Cukup baik.”
“Baguslah kalau begitu. Ah! sayang, temanku, membutuhkan pengacara, apa kamu bisa mengambilnya?”
“Untuk sekarang, saya tidak bisa menambah klien.”
“Kalau begitu, aku akan meminta kak Michael untuk mengambilnya.”
“Hm.” Singkatnya lagi dan beranjak dari hadapan Serein.
“Apa yang terjadi?” tanya Rein pada dirinya sendiri, “dia terlihat berbeda akhir-akhir ini.”