Siapa sangka takdir membawa Kevin harus terperangkap di pondok pesantren. Dirinya tidak bisa sebebas dulu, membuat Kevin frustasinya luar biasa. Namun siapa sangka, di sana ada sosok bidadari tak bersayap yang selalu membuat mata Kevin berseri-seri. Hari-harinya yang di pikir terasa suram di pondok pesantren, namun menjadi cerah. "Ustadzah, mau enggak jadi istri saya, nikah sama saya, kalau ustadzah nikah sama saya enggak bakalan nyesel deh. Saya ganteng, kaya lagi, saya anak tunggal loh... Keluarga Pradipta lagi." ucap Kevin dengan songong, matanya mengedip pada ustadzah galak yang mengajar di kelasnya. Nadzira -- sosok ustadzah itu mendelik pada santrinya itu. "Jangan ngimpi kamu. Type saya enggak modelan kayak kamu. Cepat kerjakan hukuman kamu, jangan banyak tingkah." Cetus Nadzira galak. Kevin tidak tersinggung, cowok itu malah tersenyum lebar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 11
Rahul yang melihat Kevin keluar dari ruangan guru langsung saja menghadang pemuda itu , dirinya cukup penasaran apa yang terjadi di dalam . Apakah Ustadzah Nadzira sudah memberikan hukuman pada Kevin . Terlebih saat melihat wajah kusut Kevin, Rahul sudah menduga nya kalau Kevin pasti gagal dan pemuda itu pasti mendapatkan hukuman dari Ustadzah nya itu .
"Ya ampun Kevin , saya kan sudah bilang ! Kamu nyerah aja deh tadi . Enggak usah sok-sokan dengan hafal hadis kayak begini kan jadi nya . Kamu di suruh apa sama Ustadzah Zira ? Suruh nyikat WC ? Suruh ngutip sampah ?" Cerca Rahul menatap prihatin pada Kevin .
Kevin berdecak tak suka mendengar perkataan dari Rahul . "Lo kayak nya ngeremehin gue banget deh " Kevin sudah maju memiting leher Rahul, membuat Rahul memekik heboh di sana .
"Ugh ! Lepasin . Kamu bu--nuh saya ?"
Walaupun tidak terlalu kuat , tapi badan Kevin itu besar , jadi di kayak giniin aja , Rahul sudah menjerit heboh .
"Lo sih sialan banget , remehin gue aja . Gue itu hafal hadis nya. Dan Lo harus tau apa yang Ustadzah cantik itu bilang sama gue ??"
Rahul menggeleng , masih berusaha melepaskan lengan Kevin dari leher nya .
Kevin tersenyum sumringah. , mengingat bagaimana wajah cantik tadi tampak malu-malu , membuat dirinya gemas bukan main . Ya Nadzira hanya mengatakan jika bacaan Kevin baik dan bagus , itu saja , tidak ada pujian lebih , tapi hal itu membuat Kevin melambung tinggi di atas awan .
Ingin sekali menggodai Ustadzah cantik itu, tapi dirinya terlalu malas , kalau Ustadzah nya itu nanti menjadi pusat perhatian para rekan-rekan nya semua .
Cukup nanti saja kalau bertemu ... Hihihi
Rahul menepuk lengan besar Kevin . "Vin, ka--ka-mu me-mang ni-at ma-u bu-nuh sa-ya ?"
Dan saat itu Kevin tersadar, lalu melepaskan lengan nya di leher Rahul . Kevin cengengesan menatap wajah memerah Rahul . "Gue lupa sangking seneng nya !" Celetuk Kevin tanpa merasa bersalah .
Rahul memberengut kesal , namun sedetik kemudian dirinya membulat kan kedua bola mata nya saat mengingat perkataan dari Kevin tadi . "Kamu beneran selesaiin hafalan nya ? Wah hebat banget ?? " Rahul merasa terkejut dan bercambur kagum pada Kevin , pasalnya Kevin menghafal nya dalam waktu singkat loh ini . Dirinya saja yang sudah lama menimbah ilmu di pondok pasantren ini masih kesusahan kalau di suruh menghafal . Ya perbedaan orang , setiap orang memiliki kemampuan masing-masing, begitu pula dengan Rahul , yang memiliki kekurangan juga . Walaupun dirinya anak Kyai Mahmud, sang pemilik pondok pesantren , tapi Rahul tetap manusia biasa yang memiliki kekurangan .
"Eh tapi Ustadzah bilang apa ?"
"Ya dia puji gue lah !"
"Ha ?" Rahul sudah terbengong mendengar nya , selama dirinya di pondok pasantren ini, dirinya tidak pernah mendengar Ustadzah Nadzira memuji seseorang. Ya palingan juga Ustadzah Nadzira hanya tersenyum tipis saja , saat menyukai hafalan seseorang , itu pun jarang sekali .
Kevin tersenyum tengil . "Iya dong . Kata nya gini ... 'Kevin ganteng , bacaan kamu bagus banget , kamu udah ganteng pandai lagi . Apa enggak saya semakin kesemsem sama kamu ...'" Kevin sudah menirukan gaya bicara Nadzira, CK jangan heran , Kevin itu manusia paling gabut , dan dirinya sangat hafal dengan sesuatu dengan cepat . Apa lagi sesuatu itu sudah menjadi pusat perhatian nya .
Rahul mendengus mendengar nya . Kalau begitu dirinya mana percaya , mana mungkin Ustadzah galak nya itu berbicara seperti itu, memuji Kevin selebay itu lagi . Itu bukan type Ustadzah Nadzira. Ustadzah Nadzira itu galak , ya kalau berbicara datar-datar saja , walaupun nada nya tidak kasar .
"Itu mah kamu menghayal Kevin !! Kalau begitu saya mana percaya ."
"CK, harus percaya ! Emang gitu kok tadi bilang nya . Lo aja yang enggak denger. " Ngotot banget Kevin , dirinya mana mau kalah .
"Ustadzah Zira itu mana selebay itu kali ... Dia jaga image nya . "
"Sotoy Lo ! Buktinya sama gue enggak ! Sama elo kali yang kayak gitu . "
"Iya kamu --"
"Ekhm "
Suara dekheman seseorang membuat kedua nya langsung menghentikan perdebatan mereka berdua , kedua nya sama-sama menoleh ke samping tepat dimana keberadaan suara itu .
Kevin mengangkat alis nya saat melihat sosok pemuda jangkung memakai peci dan pakaian rapih menatap tajam ke arah mereka. Ck jangan kira dirinya takut ya , dirinya tidak takut sama sekali.
Rahul yang melihat Abang nya langsung menundukkan kepala nya , dirinya tidak berani menatap mata yang sedang menatap nya tajam itu .
"Begini sikap santri ? Berdebat di depan kantor ?"
Rahul lupa , kalau dirinya dan Kevin masih ada di depan kantor , mesti nya tadi dirinya langsung bertanya Kevin setiba nya di dalam bilik kamar saja .
"Maaf ustadz ." Ucap Rahul pada Malik . Sedangkan Kevin masih diam menatap kedua nya secara bergantian , satu hal yang dirinya ketahui , bahwa pria itu adalah ustadz nya . Oke !! Kevin tau, tapi dirinya sama sekali tidak takut .
Malik semakin menatap dingin ke arah Rahul . "Pergi ! Jangan ulangi lagi. Dan ingat ! Nilai kamu itu anjlok sekali. Berguna sedikit jadi manusia, jangan pandai nya mengeluh . " Sarkas sekali nada bicara nya , tanpa mau mengerti perasaan orang lain.
Rahul diam-diam mengepalkan kedua telapak tangan nya.
Sedangkan Kevin sudah terpancing mendengar perkataan itu . "Hebat banget Lo ya ? Lo kira dengan ngomong kayak gitu Lo udah hebat gitu ! Setiap orang punya kekurangan masing-masing dan elo enggak berhak mencela kekurangan orang itu. " Desis Kevin kesal , mata nya menatap nyalang ke arah ustadz Malik . Benci rasanya saat mendengar seseorang selalu merendahkan orang lain . Ya , mau sepandai apapun orang itu, mereka tidak berhak menilai kekurangan orang lain .
Malik menarik atensi nya pada sosok pemuda yang ada di dekat adik nya . Bibir nya langsung menyunggingkan senyuman miring nya. Saat menyadari jika pemuda itu murid baru, karena dirinya belum melihat sebelum nya. "Oh, jadi kamu berteman dengan Rahul hun ? " Malik lalu menoleh ke arah Rahul . "Pantas saja kamu udah minum akhlak ! Rupanya temen kamu modelan kayak begini !"
Rahul semakin mengepalkan kedua telapak tangan nya dengan kencang, merasa tertohok sekali dengan ucapan Abang nya itu.
Sedangkan Kevin sudah ingin maju menonjok pria itu. Sialan sekali ucapan nya.
"Lo ya !!" Geram Kevin sudah ingin maju, namun Rahul langsung menahan nya .
"Kevin udah. Dia ustadz kita , jangan seperti itu. " Ucap Rahul menenangkan , walaupun dirinya juga tengah menahan emosi nya .
"Dia enggak layak di sebut ustadz ! Omongan nya !! Argggh sialan banget ." Pekik Kevin .
Rahul menghela nafas nya kasar . Menoleh pada Abang nya. "Maaf ustadz, jika kami sudah membuat keributan, kalau begitu kami pamit assalamualaikum. "
"Wa'alaikum salam " sahut Malik sambil melengos .
Rahul langsung menarik lengan Kevin pergi dari sana, sebelum teman nya itu mendapatkan masalah besar nanti nya . .