Perjodohan adalah hal yang tak pernah terlintas di hidup Caca.
Caca sama sekali tidak bisa membayangkan kalau masa depannya akan seperti ini. ia sudah kehilangan cinta pertamanya sejak 2tahun lalu, sekarang ia dipaksa harus menikah dengan anak dari sahabat mamanya.
Caca hanya takut jika yang di jodohkan dengannya adalah lelaki tua dengan perut buncit, atau kakek-kakek peot. Bagaimana jika nanti suaminya akan memperlakukannya dengan kasar dan membecinya seperti yang sering ia baca di dalam novel. Tapi kekhawatirannya itu ternyata salah besar, karena tuhan telah menjodohkannya dengan tuan muda berparas rupawan dengan hati seperti malaikat yang begitu menyayanginya.
*
*
"Jangan takut Acha" ujar pria itu dengan lembut.
DEG...
Caca terpaku mendengar suara lembut serta panggilan yang baru pertama kali ia dengar untuknya.
Bagaimana kisah rumah tangga mereka selanjutnya? ikuti terus kisah cerita mereka disini ya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marsha_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 10 Kami semua sayang Caca
Xanders menggendong Caca ala bridal style, kemudian disusul oleh Rere yang membawa kotak P3K.
Xanders merebahkan Caca dengan sangat hati-hati ke atas kasur kamarnya.
Ia segera mengobati tangan Caca dengan telaten dan hati-hati.
"Panas Xanders" keluh Caca, ia meringis menahan sakit di area tangannya.
"Iya sayang, sebentar ya aku obatin dulu".
"Caca sayang, tahan sebentar ya nak" ucap Rere, mertuanya itu benar-benar terlihat sangat khawatir dengan keadaan Caca.
"Daddy sudah hubungi Dokter John sebentar lagi ia akan sampai" kata Alex yang sudah menyusul mereka ke atas.
Caca tertegun, ia benar-benar tak menyangka jika semua orang yang ada disini begitu perhatian padanya. Mereka semua mengkhawatirkan Caca.
Tangis Caca semakin kencang, mereka semua yang melihat itu justru semakin panik.
"Heyy Acha, kenapa? mana yang sakit?" Xanders panik setengah mati.
"Xanders ayo kita bawa kerumah sakit saja" kata Rere tak kalah panik.
"Daddy siapkan mobil dulu" Alex sudah melangkah keluar mencapai pintu, tapi suara Caca berhasil menghentikan langkahnya.
"E-enggak"
"Caca gak kenapa-kenapa"
"Terus kenapa Caca nangisnya makin kenceng sayang?" tanya Rere.
"Caca terharu mom, ternyata disini banyak yang sayang sama Caca" ujar Caca lirih.
Mereka semua tertegun mendengar ucapan Caca.
"Caca pikir di dunia ini udah gak ada yang sayang lagi sama Caca, selain mama" sambung Caca.
Rere merengkuh tubuh ringkih Caca, Ia memeluk Caca dengan penuh kasih sayang.
"Caca, dengerin mommy. Kami semua disini sayang sama Caca, Caca itu sudah seperti anak Mommy dan Daddy sama seperti Xanders. Jadi Caca gak boleh berfikir seperti ini lagi ya" Ujar Rere, ia mengelus punggung Caca yang bergetar akibat menangis.
"Caca, dengar Daddy. Kamu itu putri Daddy sekarang, ayahmu Bram adalah sahabat Daddy. Kamu tak perlu merasa sendirian sekarang, kami semua disini sayang padamu"
"Daddy dan Mommy adalah orangtua mu, sama seperti Maya ibumu" jelas Alex, ia mengelus kepala Caca.
Xanders bersyukur karena kedua orangtua nya benar-benar menerima dan menyayangi istrinya.
"Makasih Mommy Daddy" ujar Caca, ia menatap Alex dan Rere penuh rasa syukur.
"Permisi, maaf tuan dan nyonya Dokter John sudah datang" Ujar Sean, ia datang bersama dengan Dokter pribadi keluarga Smith.
"Suruh dia masuk" jawab Alex.
"Selamat malam Tuan Smith dan nyonya Smith" sapa Dokter John
"Selamat malam Tuan muda, nona" sapa John pada Xanders juga Caca.
"Malam, Dokter tolong cepat periksa menantu saya sekarang" ujar Rere.
Kening Dokter John berkerut tanda bahwa ia tengah bingung sekarang, siapa yang disebut sebagai menantu keluarga Smith? Pikirnya.
Lalu matanya menatap seorang gadis yang tengah terbaring di atas ranjang.
"Apakah yang dimaksut gadis ini" pikir John dalam hati.
"Cepatttt!! kau dibayar untuk bekerja bukan melamun" sentak Xanders tak sabaran.
Xanders sama sekali tak melepas genggaman tangannya pada Caca, ia berusaha memberi kenyamanan pada Caca.
Dokter mulai memeriksa tangan Caca.
"Ini tersiram air panas?" Tanya Dokter.
"Iya Dokter, gak sengaja tersiram teh panas" jelas Rere.
"Periksa dengan benar, jangan sampai ada yg terlewat" Kata Xanders, Dokter mengangguk sebagai jawaban.
"Lukanya cukup parah, ini saya kasih salep dan obat, salepnya di oles pagi dan malam saja. Obatnya diminum 3x sehari dan harus rajin-rajin diganti perbannya" kata sang Dokter.
"Jika sampai tiga hari ke depan tidak ada perubahan, bawa kerumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut" sambung dokter John.
"Baik Dokter, terimakasih" kata Caca.
"Sama-sama, kalau begitu saya pamit undur diri tuan nyonya"
"Ah iya terimakasih dokter" kata Rere.
"Sean antar Dokter John ke depan" perintah Alex.
"Baik tuan" jawab Sean, ia membungkuk hormat lalu pergi mengantar Dokter John.
"Caca kamu istirahat ya sekarang, Mommy sama Daddy keluar dulu" sebelum pergi Rere menyempatkan untuk mengecup kening Caca.
"Jaga istrimu Xanders" kata Alex.
"Hmmm"
"Emm... Mommy Caca minta tolong jangan kasih tau mama ya soal ini"
"Caca gak mau kalo mama khawatir terus kepikiran" ujar Caca.
"Iya sayang, Mommy gak akan kasih tau Mama kamu" Rere tersenyum.
Kini tinggalah mereka berdua di kamar.
"Sayang sakit banget ya?" tanya Xanders, ia mengelus tangan Caca yang dibalut oleh perban.
"Aku minta maaf ya, aku gagal jagain kamu. Kamu jadi luka kaya gini" Xanders menatap Caca penuh rasa bersalah.
"Ini bukan salah Lo, pelayannya aja yang gak hati-hati" kata Caca.
"Aku kamu Acha, kenapa masih pake Lo gue" Ujar Xanders jengkel, ia sudah memperingati Caca berulang kali tapi Caca tak mendengarkannya.
"Gue gak terbiasa"
"Harus di biasain, kita sekarang adalah suami istri. Gak sopan kalo manggilnya pake Lo gue kaya gitu" Xanders menasehati Caca.
"Iya-iya gue akan coba"
"AKU" Tekan Xanders.
"I-ya a-ku".
"Good Girl"
"sekarang kita tidur ya, udah malem".
"Good night my wife" Xanders mengecup kening Caca.
"Good night".
*
*
Caca menggeliat ia meraba kasur disampingnya. Kosong tak ada Xanders. Ia mengedarkan pandangannya ke penjuru kamar, matanya terpaku pada sepiring nasi goreng, Susu dan juga air putih di atas meja kamarnya.
"Apa Xanders yang siapin?" gumam Caca.
CEKLEK...
Pintu kamar mandi terbuka, keluarlah Xanders yang baru saja selesai mandi.
"Kamu udah bangun daritadi?" tanya Xanders.
"Kamu yang siapin sarapan ini?" Caca berbalik tanya pada Xanders.
Mendengar Caca menyebutnya dengan sebutan kamu membuat Xanders tersenyum, terdengar manis sekali.
"Iya sayang, sekarang kamu bersih-bersih yuk, aku bantuin. Setelah itu sarapan terus minum obat".
Setelah selesai membersihkan diri, kini mereka berdua tengah duduk di sofa kamar Xanders.
"Aku suapin ya" Xanders mulai menyuapkan nasi goreng itu kedalam mulut Caca.
"Maaf aku jadi ngerepotin kamu" lirih Caca.
"Enggak sayang, aku gak sama sekali merasa di repotin. Ini udah tugas aku sebagai suami kamu" Kata Xanders.
"Kamu udah sarapan belum?" tanya Caca.
"Belum, aku suapin kamu dulu baru gantian aku makan"
"Kita makan bareng aja" usul Caca, tak etis rasanya jika ia makan sendirian.
"Iyaudah" akhirnya mereka makan sepiring berdua, tanpa mereka sadari mereka makan dengan sendok yang sama.
"Sekarang kamu minum obatnya" ujar Xanders, ia menyodorkan sebutir obat pada Caca.
Caca bergidik ngeri melihatnya, keringat dingin mulai muncul di keningnya. Caca adalah orang yang tak bisa meminum obat dalam bentuk pil.
Setiap Caca sakit pasti Maya akan menghaluskan obatnya hingga hancur baru ia bisa meminumnya.
Caca menerima uluran obat dari Xanders, perlahan ia memasukkan obat itu ke dalam mulutnya, tapi kemudian....
HUEKKK...
Bersambung....
NT lagi mengalami kendala ya, jadi up nya sedikit terlambat walaupun udah lulus review. kalau semisal bab muncul tapi pas di klik tulisan nya "Bab di hapus" tenang aja ya, nanti bakal muncul lagi kok bakal bisa di baca.
mohon maaf atas kendala yang terjadi ya readers😊🙏🏻
aku suka dengan jalan ceritanya begitu banyak cinta tapi tidak dengan kedua ayah tiri dan adik tirinya