Seorang pemuda biasa saja yang sama sekali tidak menonjol namun pintar dan bercita cita menjadi dokter, tiba tiba di datangi oleh hantu teman sekelasnya yang cantik, indigo dan terkenal sebagai detektif di sekolahnya dari masa depan. Menurut sang hantu, dirinya akan meninggal 50 hari dari sekarang dan dia minta tolong sang pemuda menjaga dirinya yang masih hidup.
Sang pemuda menjadi bingung karena gadis teman sekelasnya sebenarnya ingin mengusir hantu adik kembar sang pemuda yang selalu duduk di pundaknya. Akhirnya karena dia tidak mau melihat teman sekelasnya meninggal dan dia sendiri juga menaruh hati kepada sang gadis, akhirnya dia memutuskan untuk membantu. Di mulailah petualangan mereka mengungkap dalang di balik kematian sang gadis yang ternyata melibatkan sebuah sindikat besar yang jahat.
Keduanya menjadi pasangan detektif dan asisten yang memecahkan banyak kasus sambil mencari informasi tetang sindikat itu.
Mohon komen dan likenya ya, terima kasih sudah membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 4
Setelah kembali ke kelas, Amelia yang masuk belakangan karena sebelumnya pergi ke toilet dulu untuk mengeringkan pakaiannya, mengembalikan sweater Tino,
“Makasih ya,” ujar Amelia.
“Sama sama,” balas Tino.
Tiba tiba Amelia duduk di sebelah Tino yang selalu kosong, Tino sedikit kaget melihat Amelia duduk di sebelahnya,
“Ng...kenapa lo duduk di sini ?” tanya Tino.
“Ga apa apa, di depan sama aja kan dengan di sini,” jawab Amelia.
“Ok,” balas Tino yang tidak bisa berkata apa apa.
Amelia mengambil tasnya dan mulai mengeluarkan buku pelajarannya, Tino melirik Amelia, walau wajahnya tanpa ekspresi namun dia terlihat agak santai dari biasanya. Tiba tiba Amelia menoleh dan Tino langsung memalingkan wajahnya ke depan, tiba tiba saja Tino merasa pundaknya menjadi ringan, ketika dia menoleh ternyata Mei dan May duduk di pundak Amelia, sedangkan hantu Amelia dari masa depan melayang di belakang Amelia,
“Kenapa ? ade ade lo kayaknya seneng ama gue,” ujar Amelia sambil menulis.
“Um...ga apa apa sih, emang lo ga berat ?” tanya Tino.
“Ternyata lo bener, mereka enteng,” jawab Amelia.
Tiba tiba sebuah bayangan melesat di luar jendela, “blugh,” terdengar suara sesuatu yang jatuh, “kyaaaaa ada yang jatuh, tolong,” terdengar suara teriakan di luar, Tino yang duduk di tepi jendela langsung berdiri dan melihat keluar, ternyata ada seorang murid laki laki yang jatuh dalam keadaan terlentang, banyak daun di sekitarnya, kacamatanya masih menempel di wajahnya, kedua tangannya terentang dan terlihat menggenggam, sepatunya terlepas sebelah,
“Hmm...ikut gue yuk,” Amelia tiba tiba menarik lengan Tino.
“Eh...kemana ?” tanya Tino.
“Atap, ayo cepet,” jawab Amelia.
Keduanya segera keluar dari kelas dan lari menaiki tangga melewati banyak murid murid yang berlarian turun untuk melihat siswa yang jatuh itu. Ketika sampai di atas, Tino hendak masuk ke dak atap yang sudah di lapisi ubin itu, tapi tiba tiba tangan Amelia terentang mencegah Tino,
“Jangan dulu,” ujar Amelia.
“Eh...kenapa ?” tanya Tino.
“Lihat,” Amelia menunjuk ke lantai.
Tino menoleh ke lantai di depannya, ubin di dak itu terlihat kotor penuh dengan debu dan sepertinya sudah lama tidak di bersihkan, di atas debu itu ada sebuah jejak sepatu yang berukuran kurang lebih sama dengan sepatu Tino,
“Huh jejak kaki ?” tanya Tino.
“Benar, coba perhatikan baik baik,” jawab Amelia.
Tino kembali menoleh melihat lantai, ternyata ada dua buah jejak kaki lain, yang satu agak sedikit lebih besar dan satunya ada yang sedikit lebih kecil, jejak jejak itu terlihat masih baru dan tidak ada jejak lain di atap yang di penuhi debu itu.
“Ada tiga orang,” ujar Tino.
“Tepat dan kalau yang jatuh cuman seorang, yang jatuh barusan tidak sendirian di atap, jadi jelas bukan bunuh diri,” ujar Amelia.
“Trus ? kita harus lihat ke luar sana kan ?” tanya Tino.
“Iya, tapi hati hati, jangan sampai menginjak jejak jejak ini,” jawab Amelia.
“Ok ok, yuk,” ajak Tino.
Dengan hati hati, Tino melangkah lebih dulu keluar di ikuti Amelia yang menggandeng tangan Tino, ketika sampai di tengah atap, mereka melihat banyak jejak yang bercampur menjadi satu di lantai, terlihat juga sebuah sepatu yang hanya sebelah saja, tergeletak di atas lantai. Mereka berjalan di tepi railing agar tidak mengganggu tumpukan jejak di tengah yang sudah bercampur menjadi satu kemudian berbalik melihat ke bawah,
“Menurut lo bagaimana ?” tanya Amelia kepada Tino.
“Hmm lo bener, jelas bukan bunuh diri, mana mungkin orang bunuh diri melepas sebelah sepatunya, lagipula mana mungkin jatuhnya terlentang, lalu dia pasti kaget ketika jatuh dan tanpa persiapan jadi dia berusaha meraih pegangan di pohon sampai banyak daun di sekitar nya,” ujar Tino.
“Heee lo ingat ya posisi jatuh orang itu ?” tanya Amelia.
“Yap, dari dulu gue punya ingatan kuat,” jawab Tino.
“Bener banget, sebentar,”
Amelia melompat ke dekat sepatu yang tergeletak itu, dia jongkok dan mengambil sapu tangannya, dia mengangkat sepatu dan mencocokkan alasnya dengan jejak di lantai setelah itu Amelia kembali menaruh sepatunya ke posisi semula, kemudian dia berdiri dan melompat kembali ke arah Tino yang menangkapnya dan membantunya berdiri di atas railing.
“Trus apa lagi yang ada di bawah ?” tanya Amelia.
“Um...apa ya, dia masih pake kacamata, tangannya menggenggam dan terentang....itu aja kayaknya,” jawab Tino.
“Coba liat deh,” ujar Amelia menunjuk ke bawah.
Tino melihat ke bawah dan terlihat banyak orang berkerumun memutari siswa yang jatuh itu, terlihat juga seorang gadis yang sepertinya teman sang siswa memeluk kepalanya yang bersimbah darah dan terlihat menangis.
“Yuk turun,” ajak Amelia.
“Um...iya,” balas Tino.
Mereka kembali meniti railing dan melompat ke pintu keluar, selagi turun mereka berpapasan dengan dua orang guru yang sedang naik ke atap,
“Hei ngapain kalian di sini ?” tanya seorang guru.
“Ga apa apa pak Ardi,” jawab Tino.
Tiba tiba seorang guru wanita menoleh melihat Amelia, dia langsung memberitahu pak Ardi yang menegur keduanya siapa Amelia. Pak Ardi langsung minta maaf dan mohon kerjasama Amelia dalam hal ini. Tapi Amelia mengatakan dia belum mengetahui apa apa dan kalau sudah tahu dia akan memberi tahu pak Ardi, ketika kedua guru itu pergi meninggalkan Amelia dan Tino, Amelia menoleh melihat dua guru yang naik ke atas.
“Kenapa Mel ?” tanya Tino.
“Hmm...ga apa apa, yuk turun,” ajak Amelia.
“Pak Ardi guru baru kan ya, gue kenal karena dia di kenalin pas upacara waktu itu,” ujar Tino.
“Iya, dia baru masuk di awal tahun ajaran ini. Yuk turun, gue mau liat mayatnya,” ujar Amelia.
Keduanya langsung berlari menuruni tangga sampai ke lantai satu, mereka keluar ke arah kerumunan di depan jendela kelas Tino dan Amelia, keduanya menerobos kerumunan dan melihat tubuh siswa yang sudah kaku itu di peluk oleh seorang siswi yang sepertinya seangkatan dengan Tino dan Amelia, tapi ada yang sedikit mengganjal Tino, tangan siswa yang jatuh itu terbuka padahal sebelumnya tergenggam.
Amelia jonkok di sebelah mayat dan menjulurkan tangannya ke arah pergelangan tangan mayat, tapi tiba tiba, “buk,” gadis yang memeluk pria itu mendorong Amelia sampai jatuh dan di tangkap oleh Tino yang kebetulan ada di belakangnya,
“Mau apa lo, dia pacar gue, dia bunuh diri karena stress ujiannya jelek dan dia takut di marahi orang tuanya, jangan ikut campur,” bentak siswi itu yang sepertinya kenal dengan Amelia.
Amelia berdiri di bantu oleh Tino, dia menatap sang gadis dan melihat pergelangan tangannya, kemudian dia menarik lengan Tino untuk pergi keluar dari kerumunan, mereka langsung kembali ke kelas. Setelah kembali ke kelas, Amelia mulai membuat corat coret di bukunya, dia menuliskan semua yang dia lihat di sebuah buku khusus yang memang dia gunakan untuk membuat corat coret mengenai kasus yang sedang dia tangani,
“Hmm korban adalah mantan ketua osis yang sudah di ganti,” gumam Amelia.
“Pantes kayaknya gue pernah liat muka nya,” tambah Tino.
“Dia cukup populer kok dulu dan orangnya juga tegas, nilai akademisnya bagus, lalu dia selalu positif, jadi sudah jelas tidak mungkin dia bunuh diri,” ujar Amelia.
“Berarti benar ya, dia di bunuh, tapi apa motifnya dan siapa pelakunya ?” tanya Tino.
“Itu yang kita belum tahu, lagipula gue udah tahu kira kira siapa pelaku nya,” jawab Amelia.
“Cewe gila tadi ? yang maen dorong lo gitu aja ?” tanya Tino.
“Hee lo udah menduga juga ya,” jawab Amelia.
“Abisnya gimana, gue liat dia seperti menegaskan kalau korban itu bunuh diri padahal jelas jelas ga bunuh diri, lagipula tangan kanannya yang tergenggam seperti memegang sesuatu pas jatuh tadi, barusan terbuka, seperti ada sesuatu yang di ambil dari dalam tangannya,” ujar Tino.
“Hehe bener, gue rasa yang di genggamnya adalah jam tangan cewe tadi sebab di pergelangan tangan cewe itu ada bekas jam tangan dan sepatunya sedikit kotor menandakan cewe tadi di atap ketika korban jatuh, kemungkinan jejak sepatu kecil di atas punya cewe tadi, tapi pembunuh nya bukan cewe itu,” ujar Amelia.
“Hah...maksud lo ?” tanya Tino.
“Gue udah ada bayangan siapa pelaku nya, tapi gue belum punya bukti dan belum tahu motifnya apa,” jawab Amelia.
“Siapa ?” tanya Tino.
“Nanti aja gue kasih tahu kalau udah pasti, sabar, pulang sekolah ikut gue,” jawab Amelia.
“Adaaw,” tiba tiba dua tangan kecil menjewer telinga Tino, tentu saja Tino menoleh ke belakang, dia melihat Mei dan May menunjuk ke arah hantu Amelia di belakang. Tino kaget karena melihat hantu Amelia terlihat ketakutan dan gemetar sampai dia memeluk tubuhnya sendiri. Selagi tertegun, “tap,” tiba tiba pundak Tino di goyang seseorang, Tino menoleh melihat Amelia yang duduk di sebelahnya sedang menatap dirinya.
“Lo denger ga sih ?” tanya Amelia.
“Denger apa ya, sori gue bengong hehe,” jawab Tino.
“Lo pinter dan cukup hebat, lo jadi asisten gue mau ga ?” tanya Amelia.
Tino kembali menoleh ke belakang dan melihat hantu Amelia, kemudian dia menoleh menatap Amelia di sebelahnya,
“Ok, gue jadi asisten lo (gue ga akan membiarkan lo terbunuh),” ujar Tino.
“Sip, selamat bergabung asisten,” ujar Amelia menjulurkan tangannya sambil tersenyum.
“Senang bisa bergabung,” balas Tino yang menjabat tangan Amelia.
Melihat hantu Amelia yang ketakutan dan melihat Amelia yang sudah pasti akan ikut campur memecahkan kasus ini kemudian berujung dengan kematiannya, Tino langsung bertekad akan menjaga Amelia sampai dia memecahkan kasusnya.