Hidupku hancur, setelah pernikahan keduaku diketahui oleh istriku, aku sengaja melakukan hal itu, karena aku masih mencintainya. Harta yang selama ini kukumpulkan selama 10 tahun. Lanhsunh diambil oleh istriku tanpa tersisa satu pun. Lebih parahnya lagi, aku dilarang menafkahi istri siri dan juga anak tiriku menggunakan harta bersama. Akibatnya, aku kembali hidup miskin setelah mendapatkan karma bertubi-tubi. Kini aku selalu hidup dengan semua kehancuran karena ulahku sendiri, andai waktu bisa ku ulang. Aku tidak pernah melakukan kesalahan yang fatal untuk pernikahanku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minami Itsuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16 ISTRI PERTAMA VS ISTRI KEDUA
"Kenapa? Kamu kaget ya. Kamu pikir saya ini tidak tahu ya kalau suami saya menikahi wanita la*ur seperti kamu, saya juga tahu kok semua informasi tentang kamu, bahkan tentang keluarga kamu dan juga kehidupan kamu sebelum menikah dengan suami saya, ternyata suami saya seleranya cukup rendah juga ya. pantas saja mas Danu terpesona sama kamu. jadi saya tidak heran kenapa suami saya bisa menikah sama kamu karena kamu begitu rendah dan murah. Itulah sebabnya kamu hanya dinikahkan sirih saja." Siska sangat senang menatap wajah gundik suaminya yang sudah memerah seperti tomat. Karena menahan malu, apalagi suara Siska cukup besar dan juga tajam, sehingga beberapa orang bisa mendengarnya. Siska memang sengaja melakukan hal seperti
"Apa maksud kamu Mbak! Jangan sembarangan ya mengatakan bahwa aku wanita murahan, aku ini wanita terhormat, walaupun aku janda, tapi aku bukanlah wanita rendahan seperti yang kamu bilang, aku enggak terima dengan perkataanmu barusan!"
"Sekarang saya tanya sama kamu. Wanita baik mana yang mau dinikahi sama suami orang, sedangkan suami itu masih mempunyai istri, wanita terhormat seperti apa yang mau menjajakan tubuhnya secara sukarela demi mendapatkan harta suami orang! Katakan pada saya sekarang juga, wanita baik mana yang mau sama suami orang!" seru Siska dengan tatapan tajam. Bahkan suasana yang tadinya sedikit ricuh. kini berubah hening. "Ayo, jawab! Kenapa diam?" Siska terus saja memberikan tatapan tajam dan tekanan kuat. Membuat mental Rahma sedikit goyah. Terlihat tangan Rahma mengepal kuat. Begitu juga dengan rahangnya, ia merasa sangat dikuliti di depan umum, membuat harga dirinya terinjak-injak.
"Dengar mbak! Seharusnya kamu itu intropeksi diri. Kenapa Mas Danu bisa menikahi wanita sepertiku, harusnya kamu sadar kalau kamu itu masih mempunyai kekurangan, makanya Mas Danu menikah lagi, jangan cuma menyalahkanku, tapi salahkan juga diri kamu sendiri Mbak, aku yakin kamu pasti banyak sekali kekurangan." Rahma terlihat puas dengan kata-kata yang ia lontarkan untuk kakak madunya. Ia yakin mental madunya pasti terjun bebas. "Benarkan ucapanku barusan? Makannya, mbak jadi orang jangan merasa paling tinggi, ingat mbak kita berdua sama-sama istri Mas Danu. Jadi jangan merasa paling hebat."
"Ternyata kamu cukup percaya diri juga ya, bisa-bisanya wanita rendahan seperti kamu. Mau disamakan dengan saya, yang nota ben mempunyai kelebihan yang tidak kamu miliki saat ini. Kamu bilang saya banyak kekurangan, sampai-sampai suami saya menikah lagi? Oke, kalau begitu. Sebutkan kekurangan saya yang kamu ketahui tentang saya?" ” Bibir Siska tersenyum sinis, melihat ekspresi Rahma yang tidak bisa membalikkan kata-kata dirinya, bahkan tidak bisa berkutik. "Ayo, sebutkan kekurangan saya di mata kamu, akan saya dengarkan baik-baik."
"Itu--"
"Kalau kamu tidak bisa menyebutkan kekurangan saya seperti ucapan kamu barusan, maka dengarkan baik-baik, pasang telinga. Satu hal yang akan saya katakan kepadamu. Saya tidak tidak mempunyai kekurangan apapun, justru saya mempunyai kelebihan sebagai seorang istri pengusaha, biar kamu tahu bahwa level kita sangat berbeda, yang pertama saya seorang istri sah yang diakui oleh agama dan juga negara. Yang kedua, walaupun saya berstatus sebagai ibu rumah tangga tapi saya juga mempunyai usaha yang lain bahkan bisa dibilang saya ini wanita karir, yang ketiga. Saya ini orang kaya, bahkan Keluarga besar saya itu adalah orang-orang terpandang, dan yang terakhir saya bukanlah wanita murahan seperti kamu, jadi bisa dilihat kan Bagaimana perbedaan level kita, kamu dan saya bagaikan langit dan bumi, bahkan tidak bisa disandingkan oleh saya."
"Sialan kamu Mbak! Sudah aku bilang! Aku bukan wanita murahan, aku nggak terima kamu menghinaku, jangan kamu pikir kamu orang kaya kamu bisa bersikap sombong! Ingat, roda itu berputar jangan bangga akan hal itu, bisa saja kan. Suatu saat kamu hidup miskin dan aku akan menjadi orang kaya untuk menggantikan posisi kamu!" Rahma terus saja menunjuk jarinya ke arah Siska, namun yang ditunjuk masih bersikap tenang dan juga santai, sedangkan semua orang yang ada di resto dan juga beberapa karyawan terus memperhatikan mereka berdua, bahkan ada salah satu pengunjung diam-diam merekam perdebatan antara Siska dan juga Rahma.
"Lihat aja Mbak! Aku yakin sekali, sebentar lagi Mas Danu akan menceraikan kamu dan kamu akan hidup menjadi janda! Asal kamu--"
*Rahma cukup!" ujarku Aku menghentikan perdebatan antara mereka berdua, ku seret tangan Rahma agar keluar dari Resto ini aku tidak mau masalah ini akan semakin panjang apalagi semua orang yang ada di restoran ini terus memperhatikan perdebatan yang tidak ada habisnya. "Sekarang kamu pergi dari resto ini."
"Aduh, Mas! Kamu ini kenapa sih? Tangan aku sakit, lepas!"
"Lebih baik kamu pulang saja, dan jangan pernah datang ke sini." saat sudah keluar dari Resto aku langsung mendorong tubuhnya hingga ia hampir saja terjatuh.
"Mas! Kenapa kamu dorong aku kaya gitu? Kalau aku jatuh gimana? Kamu mau ya aku celaka?!"
"Tolong jangan membuat masalah atau keributan di tempat umum. Apa kamu tidak sadar semua orang yang ada di sini memperhatikan kamu dan juga Siska."
"Aku nggak peduli dengan pandangan orang lain, biarkan saja mereka melihat, yang jelas aku masih ada urusan dengan istri Sombong kamu ini. Padahal aku datang ke sini ingin bicara baik-baik, tapi dia terus saja mengatakanku wanita rendah dan mengejekku bahwa aku adalah seorang wanita murahan!"
"Please, lebih baik kamu pulang dulu ya. Aku nggak mau masalah ini akan semakin membesar."
"Aku enggak mau pulang, sebelum aku membalas ucapan istri sombongmu itu, Mas!" karena Rahmat terus saja berbicara Terpaksa aku harus melakukan sedikit kekerasan agar dia mau menuruti perkataanku untuk pulang dan pergi dan Resto.
"Lepasin tangan aku, aku nggak mau pulang aku masih mau ngomong sama istri tua kamu biar dia paham bahwa aku juga istri kamu!" Mendengar kata-kata yang ia lontarkan, aku langsung menutup mulutnya. Aku tidak mau lagi menarik perhatian orang lain.
"Jangan sembarangan bicara kamu! Apa kamu tidak lihat, bagaimana situasi saat ini, lebih baik kamu pulang sekarang!" dengan kasar Rahma langsung menepis tanganku yang menutup mulutnya, bahkan tatapan Rahma begitu tajam.
"Tega kamu, Mas. Memperlakukan aku seperti ini. Padahal aku juga istri kamu, tapi kenapa kamu tidak mau membela aku ketika aku direndahkan sama istri tua kamu!"
"Hentikan omong kosongmu, jangan membuat ulah lagi, lebih baik kamu pulang, untuk masalah ini kita bisa bicarakan di rumah."
"Kamu kenapa, Mas. Kamu takut sama pandangan orang lain bahwa kamu sekarang sudah mempunyai istri dua?Biarkan saja semua orang yang ada di sini tahu, bahkan--"
"DIAM!! Rahma langsung tersentak mendengar suara bentakanku, dia sulit sekali diatur, tidak seperti Siska yang selalu patuh dengan ucapanku. Walau pun sikap Siska sudah berubah, setidaknya dia masih punya sopan santun di tempat umum. "Pulang sekarang atau hubungan kita sampai sini saja," ancamku, aku benar-benar emosi karena dia sudah kelewatan batas, gara-gara mulutnya yang lancang membuat status hubunganku dengan Rahma diketahui orang lain, padahal aku tidak ingin pernikahan siri ini diketahui orang lain, tapi mulut Rahma tidak bisa berhenti untuk berbicara, mau tidak mau semua orang akhirnya tahu bahwa aku mempunyai istri dua.
"Mas kamu bentak aku?" Suara Rahma terdengar parau. Ia pasti tidak menyangka jika dirinya dibentak olehku di tempat umum, perlahan air mata nya keluar begitu saja membuat hatinya semakin sakit karena mendapatkan bentakan dariku, untuk pertama kalinya dalam pernikahan selama 1 tahun.
"Maaf, bukan bermaksud aku untuk membentak kamu." Tiba-tiba saja rasa sesal ini datang, apalagi melihat air mata Rahma yang sudah keluar membasahi pipinya membuat hatiku semakin tidak enak.
"Enggak bermaksud bentak katamu! Jelas-jelas kamu bentak aku barusan."
"Sekali lagi maafkan aku ya, aku khilaf aku mohon sama kamu, pulanglah sekarang. Untuk masalah ini kita selesaikan saja di rumah aku nggak mau semua orang tahu permasalahan kita bertiga."
"Tapi aku mau tetap di sini, Mas."
"Kenapa kamu keras kepala sekali, kalau kamu tetap berada di sini maka semua orang yang ada di sini akan semakin penasaran dengan permasalahan kita. Berpikirlah dengan jernih, jangan menuruti keegoisan kamu. Pulanglah, nanti aku akan menyusul ke rumah." setelah aku mendesak dan merayunya akhirnya Rahma mau menuruti perkataanku.
"Ya sudah, aku pulang. Tapi kamu janji ya, habis ini langsung ke rumah."
"Iya, aku janji." di saat Rahma sudah mau pulang tiba-tiba saja terdengar suara teriakan Siska.
"Hai wanita murahan! Jangan pergi dulu!" Suara Siska begitu nyaring. " Ada yang mau aku bicarakan sama kamu, sebelum kamu pergi dari resto ini."
menceritakan wanita kuat.
recommended banget