Nara adalah anak bungsu dari tiga saudara, Kedua Kakak nya selalu hidup di perhatikan oleh orang tua nya. Segala sesuatu pasti di turuti, Beda hal nya dengan Nara yang selalu tersisih dalam keluarga, karena dia bukan lah anak dari istri sah nya Tono.
Suatu hari Nara berjuang untuk hidup dan mati karena di tabrak oleh Nayla Kakak nya sendiri, Saat sedang sekarat. Seorang pria misterius menyelamatkan nya dan mendidik Nara menjadi sosok yang kuat, Lima tahun kemudian Nara kembali lagi dan membalas sakit hati nya kepada keluarga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14. Alan datang
Alan mendatangi rumah yang sangat megah namun isi nya hanya para teman iblis semua, Pasti sekarang Nara sedang di hukum oleh mereka sehingga tak bisa pergi bekerja di kebun kopi. Ada rasa bersalah di hati Alan karena Nara hilang akibat ulah nya yang mendatangi Nayla dan Nadia, Mereka pasti sangat marah dan menghukum Nara lagi. Tidak ada orang yang bisa menolong Nara dalam rumah ini karena mereka semua memang membenci nya, Padahal tak ada salah gadis yang tidak berdosa itu. Yang salah tetap lah Tono dan Marda karena mereka yang sudah melakukan hubungan terlarang, Sedangkan Nara buah hasil hubungan yang sangat tercela itu.
Lastri membuka pintu ketika bel rumah berulang kali di tekan, Di hadapan nya ada pemuda yang berwajah tampan, Lastri mengenali bahwa pria ini adalah incaran nya Nayla dan Nadia. Baru kali ini Alan mau datang kerumah mereka, Selama ini tidak pernah dan Lastri juga pernah dengar bahwa Alan tak menyukai anak kembar nya, Namun mendadak saja dia datang kesini. Apa mungkin dia sudah berubah pikiran sehingga mau menerima Nayla atau Nadia, Bila salah satu yang di pilih oleh Alan, Maka siap siap saja satu nya akan mengamuk besar besar, Sudah bisa di tebak karena memang itu lah sifat si kembar bila keinginan nya tidak di turuti.
"Cari siapa?" Lastri bertanya pelan dengan mata merah karena habis menangis.
"Saya cari Nara, Bu. Apa dia ada di rumah?" Alan bertanya sopan sambil memperhatikan rambut Lastri yang berantakan.
"Nara tidak ada di rumah." Lastri menjawab ketus karena takut ketahuan Nara hilang.
"Tapi Nara tidak ada di kebun kopi, Bu! Biasa nya dia hanya di sana dan di rumah ini." Alan menaikan suara nya.
"Ya mana saya tau, Saya sibuk banyak urusan sehingga tak ada waktu untuk mengurus dia!" Sentak Lastri.
Semakin yakin hati Alan bahwa ada yang tidak beres dengan Nara, Bisa jadi sekarang gadis itu sedang menjalani hukuman nya. Entah Bu Lastri atau saudara kembar nya yang sedang menghukum, Toh mereka semua sama jahat nya tak ada yang bisa di pilih untuk di katakan baik kepada Nara, Selalu saja menyiksa tanpa melihat Nara sudah sangat kurus akibat tekanan batin yang sangat dalam dari mereka semua.
"Kalian mengurung nya kan! Katakan di mana dia?!" Teriak Alan menahan pintu yang akan di tutup.
"Pergi dari sini, Aku tak punya urusan dengan mu!" Bentak Lastri.
Ketika mereka dorong dorongan pintu, Mobil memasuki halaman dan itu adalah Nayla dan juga Nadia, Mereka baru pulang kerja dan sekarang melihat Ibu nya sedang debat dengan Alan. Kembar sudah bisa menduga bahwa Alan datang untuk meributkan masalah Nara yang sudah tiga hari hilang, Mereka berusaha cuek saja seolah tak tahu apa yang sedang menimpa Nara. Apa lagi Nayla, Padahal dia adalah pelaku utama nya di sini, Namun malah berlagak cuek seolah tak tahu apa apa.
"Di mana Nara?!" Alan menghadang langkah kembar.
"Apa sih kamu ini, Mas? Tolong lah ya aku lelah baru pulang kerja dan sekarang malah kamu todong dengan pertayaan sampah!" Geram Nayla.
"Katakan saja di mana dia? Kalian pasti sudah menyiksa nya kan." Tuding Alan.
"Jangan sembarangan saja kamu, Memang nya ada bukti kalau kami menyiksa Nara?!" Tantang Nadia.
"Kalau kalian memang tidak menyiksa nya, Izin kan aku masuk kedalam untuk mencari dia." Desak Alan.
"Silahkan! Biar kan saja dia masuk, Bu." Nayla membuka kan pintu lebar.
Alan masuk kedalam rumah dengan pandangan liar karena dia juga tidak tahu yang mana kamar Nara, Nayla berjalan duluan menunjukan kamar nya Nara yang paling belakang, Hati Alan kian teremas melihat anak orang kaya tapi kamar nya sama dengan pembantu. Hanya ada kasur tipis yang hampir mirip dengan tikar, Bantal nya juga usang sekali, Tak ada apa apa di kamar nya Nara.
"Dia tidak ada! Anak itu minggat dengan sendiri nya." Nayla berkata sambil bersidekap tangan.
"Aku tidak percaya, Pasti kalian sembunyikan di suatu tempat!" Desak Alan.
"Bang Inaaaalll!"
Nayla berteriak keras memanggil tukang kebun nya, Inal yang di panggil langsung datang karena tidak mau kena marah, Maka dia segera menghampiri Nona nya.
"Tunjukan semua tempat pada dia." Titah Nayla.
"Baik, Nona." Angguk Inal.
Alan mengikuti langkah nya Inal yang mengajak dia berkeliling mencari keberadaan nya Nara yang sama sekali tak ada di mana pun, Inal merasa ini adalah kesempatan nya untuk bicara, Lagi pula Nona nya sedang tidak mendengar.
"Aden teman nya Non Nara ya?" Tanya Inal menatap Alan.
"Iya, Kenal kan nama saya Alan." Alan mengenal kan diri.
"Non Nara memang sudah tiga hari hilang, Den! Dia habis di hajar oleh Tuan Tono malam itu, Lalu sampai sekarang saya juga tidak tahu di ada di mana." Jelas Inal.
"Ayah nya yang menghajar?!" Kaget Alan.
"Benar! Seperti nya Nona kembar mengadu sesuatu kepada Tuan sehingga membuat Tuan marah kepada Non Nara." Ujar Inal.
"Kurang ajar sekali mereka! Sangat tidak punya hati." Geram Alan.
"Biasa nya mereka akan menaruh Non Nara dalam kamar bila sudah di hajar, Tapi ini kok tak ada." Bingung Inal.
"Kemana lagi biasa nya mereka menaruh Nara? Aku takut bila Nara sampai celaka karena terlalu parah menghajar nya." Cemas Alan.
"Tidak tahu saya, Den! Kali ini Non Nara hilang begitu saja, Drum sana juga sudah saya cek namun tak ada apa apa." Jelas Inal tampak cemas.
"Sudah selesai kau cek rumah ku ini? Bila sudah silahkan pergi dari sini." Usir Nayla.
"Aku juga akan pergi dan menemukan Nara! Kau lihat saja nanti." Geram Alan.
Pemuda ini segera pergi meninggalkan rumah ini, Dia sangay bingung mau mencari Nara kemana sekarang, Gadis itu pasti sedang sakit bila mendengar penuturan dari Inal tadi. Bagai mana mungkin seorang Ayah tega memukuli anak nya menggunakan tongkat besi, Sungguh tak punya hati nurani.
"Bagai mana ini, Nay?!" Nadia cemas sekali sekarang.
"Apa nya yang bagai mana? Selama kau diam maka tak akan apa apa." Jawab Nayla santai.
"Alan pasti akan terus berusaha mencari, Aku takut bila sampai ketahuan." Nadia ketakutan bila sampai ketahuan orang.
"Kita membuang Nara itu di kota! Alan mencari nya hanya di sini, Tak mungkin bisa ketemu." Sentak Nayla.
Dia tak sadar bahwa Inal mendengarkan semua nya, Pria ini terperangah karena tidak percaya kalau kembar sejahat ini kepada Nara.
Hallo guys seperti biasa ya, Hari minggu cuma bisa up satu karena banyak kondangan dan urusan lain juga.
😆
Tapi bagus sih, berani nulis kyk gini