Dinda harus menulikan telinga ketika ia selalu disebut sebagai perawan tua karena di usia yang sudah menginjak 36 tahun tak kunjung menikah bahkan tidak ada tanda-tanda dia punya pacar hingga membuat spekulasi liar bahwa dia adalah seorang penyuka sesama jenis! Dinda geram dengan ocehan orang-orang tak tahu menahu soal hidupnya hingga akhirnya semesta memertemukan dia dengan Alexander Dunn, seorang brondong berusia 25 tahun dari Skotlandia yang kebetulan saat itu menginap di hotel yang sama dengannya. Apa yang akan terjadi pada hidup Dinda selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiba Di Rumah Mertua
Dinda dan Alex baru saja tiba di Edinburgh setelah menempuh perjalanan panjang dan sekali transit di Dubai. Dinda untuk pertama kalinya menginjakan kaki di Skotlandia sebuah negara yang memang menjadi salah satu impiannya untuk bertandang. Dinda dan Alex baru saja selesai melewati imigrasi dan untungnya saja tak ada drama yang biasanya terjadi ketika melalui imigrasi seperti yang beberapa kali pernah Dinda alami sebelumnya kala melancong ke luar negeri. Kini Dinda dan Alex tengah sarapan terlebih dahulu di salah satu food court yang masih ada di area bandara. Bandara nampak sibuk pagi ini oleh orang-orang yang hendak liburan atau melakukan perjalanan bisnis.
"Sudah selesai makannya?" tanya Alex.
"Sudah."
Maka setelah itu mereka naik taksi untuk mencapai rumah Alex. Sepanjang perjalanan dari Indonesia sampai ke sini, suaminya itu sama sekali tidak bicara banyak. Kalau Dinda lihat dari raut wajahnya nampaknya Alex tengah memikirkan sesuatu atau tengah gugup karena sudah lama sekali katanya ia tak datang kembali ke tanah kelahirannya dan setelah sekian lama akhirnya ia kembali juga namun ia tak sendirian karena ia kali ini datang dengan membawa istrinya. Dinda sendiri tak mau mengganggu sang suami dan memilih untuk melemparkan pandangan keluar jendela yang menampakan kota Edinburgh yang selama ini hanya bisa Dinda lihat lewat internet saja. Beberapa kali wanita itu mengabadikan foto lewat ponselnya karena ada hal-hal yang menarik perhatiannya. Akhirnya setelah hampir 30 menit berkendara, mereka tiba di sebuah mansion mewah dan Alex meminta mereka turun di sana.
"Kita turun di sini?"
"Iya Dinda, apakah kamu tidak mendengarkan aku barusan?"
Dinda kemudian mengikuti sang suami turun dari dalam taksi dan mengambil koper mereka dari bagasi sebelum ia digandeng oleh Alex menuju pintu gerbang yang dijaga oleh seseorang yang sepertinya satpam.
"Tuan muda."
Saat satpam itu menyapa Alex dengan ramah dan raut wajah bahagia membuat Dinda terheran-heran, Alex sendiri tidak menatap Dinda dan ia sibuk bicara dengan satpam itu dengan aksen Skotlandia yang kental. Cukup sulit bagi Dinda paham apa yang mereka bicarakan karena selama ini kalaupun mereka mengobrol pakai Bahasa Inggris, Alex tak pernah bicara dengan aksen Skotlandia seperti saat ini.
"Silakan masuk, Tuan membawa siapa ini?"
"Dia adalah istriku, namanya Dinda."
Dinda yang diperkenalkan Alex sontak tersenyum ramah dan menerima jabat tangan pria yang merupakan satpam di mansion mewah ini.
****
Dinda dibawa masuk ke dalam mansion mewah ini oleh Alex, ia tak mau banyak bertanya terlebih dahulu dan ia malah sibuk menatap kagum mansion mewah ini yang bagunannya sangat klasik dan estetik seperti film-film yang pernah Dinda tonton di aplikasi streaming.
"Tuan muda, anda akhirnya kembali juga. Tuan Dunn sangat merindukan anda hingga kesehatan beliau sangat menurun belakangan ini."
"Di mana papaku?"
"Beliau ada di ruangannya. Apakah perlu saya mengantarkan anda?"
"Tidak perlu, saya masih ingat di mana ruangan papa saya."
"Maaf Tuan muda, tapi siapa wanita ini?"
"Dia adalah istriku, Dinda. Kami sudah menikah 1 bulan yang lalu."
Lagi dan lagi Dinda tersenyum ramah saat ia diperkenalkan oleh suaminya pada asisten rumah tangga yang berjumlah hampir 5 orang itu. Setelah beramah-tamah sebentar akhirnya Alex mengajak Dinda menuju ruangan di mana sang papa berada.
****
Pintu diketuk dan terdengar suara seseorang dari dalam yang mempersilakan untuk masuk ke dalam. Setelah mendapatkan izin maka Alex membuka pintu ruangan itu bersama Dinda di belakangnya yang masih mengekor. Pria tua yang rambutnya sudah memutih nampak tengah duduk di kursi kebesarannya tengah membolak-balikan berkas yang ada di depannya namun kemudian ia mengalihkan atensinya dari tumpukan berkas itu dan melepas kacamata bacanya yang sejak tadi ia gunakan.
"Alex? Inikah kamu?"
"Iya, ini aku."
Pria tua itu langsung bangkit dari kursinya dan memeluk Alex. Pria tua itu nampak haru dan bahagia karena bisa bertemu lagi dengan sang putra. Pria tua itu mengusap wajah Alex dan masih tak bisa membendung air mata harunya.
"Akhirnya kamu kembali juga, Papa sangat merindukan kamu."
Pria tua itu kemudian mengalihkan padangan pada Dinda yang dibawa oleh Alex bersamanya ke ruangan ini.
"Siapa dia?"
"Dia adalah Dinda, istriku."
Dinda tersenyum ramah pada pria tua yang merupakan mertuanya itu namun rasanya Dinda seperti familiar dengan wajah pria tua ini namun ia lupa di mana ia pernah bertemu dengan pria tua ini.
"Dia--"
"Tolong jangan pisahkan kami, aku datang karena ingin memperkenalkan dia sebagai istriku. Aku tidak menerima perjodohan yang akan Papa lakukan."
Pria tua yang bernama tuan Dunn itu nampak terkekeh geli mendengar apa yang Alex katakan barusan.
****
Awalnya Dinda canggung dan merasa sungkan karena ekspresi tuan Dunn yang memang serius dan dingin namun tuan Dunn menunjukan sisi ramahnya pada Dinda dan kini mereka tengah mengobrol di ruangan pria tua itu membahas soal Dinda dan pekerjaannya hingga bagaimana mereka bisa menikah.
"Sepertinya wajah anda tidak asing, apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya tuan Dunn.
"Saya juga ingin mengatakan itu, sepertinya kita pernah bertemu sebelumnya."
"Kamu memangnya tidak tahu kalau papaku ini adalah Komisaris Utama dari perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaan tempat kamu bekerja?" ujar Alex yang sejak tadi sudah gatal mulutnya ingin mengatakan ini.
"Apa?!"
Dinda kemudian mengamati wajah sang mertua dengan lekat dan seketika ia ingat beberapa tahun lalu kala ia masih menjadi manager research and development pernah bertemu dengan tuan Dunn kala pria tua ini berkunjung ke Indonesia namun sayangnya perusahaan tempatnya bekerja tidak berhasil mengajak perusahaan milik tuan Dunn bekerja sama.
"Ah iya, aku ingat sekarang. Kita pernah bertemu saat aku melakukan kunjungan ke Jakarta beberapa tahun lalu dan ingin menjalin kerja sama dengan perusahaan tempat di mana kamu bekerja. Apakah kamu masih bekerja di sana?"
****
Suasana hangat dan penuh keakraban itu harus sirna saat pintu ruangan tuan Dunn terbuka dan menampakan seorang wanita dengan pakaian glamor masuk ke dalam ruangan itu. Dinda memerhatikan wajah wanita tua itu yang mungkin usianya seperti bundanya, wanita itu nampak tidak ramah pada Dinda dan Alex bisa Dinda lihat dari bagaimana tatapan tajam wanita itu pada mereka.
"Helen, lihat Alex sudah kembali dan dia datang ke sini membawa istrinya."
"Kenapa tiba-tiba sekali dia datang? Apakah dia sudah mendengar kalau saat ini kondisi kesehatanmu sudah menurun dan berharap bisa menjilat kamu supaya bisa diterima lagi di keluarga ini?"
"Jangan bicara sembarangan pada Alex," ujar tuan Dunn murka.
Tuan Dunn kemudian meminta Alex dan Dinda untuk pergi ke kamar mereka karena ia dan Helen perlu bicara saat ini. Alex menarik tangan Dinda menuju kamar yang ada di lantai dua rumah itu, sayup-sayup sebelum pintu tertutup dengan sempurna Dinda bisa mendengar Helen dan tuan Dunn tengah cekcok di dalam sana.