“Kata mami, dilimu dikilim mami untuk menolongku dan papi. Apa dilimu ibu peli yang baik hati ? “
“A–aku ?! “
Ucapan anak laki-laki itu membuat Alana terkejut, dia tidak mengerti maksud dari perkataan anak tersebut.
Namun, siapa sangka kehadiran Alaska membuat Alana masuk ke kehidupan keluarga mereka dan siapa yang menyangka bahwa papi yang dimaksud Alaska adalah pria yang selama ini Alana tunggu kehadirannya.
Bagaimana dengan kisahnya ? Jangan lupa mampir !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dlbtstae_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan salahkan aku,
Nyatanya bukan hanya menggantikan sandalnya, Alana pun turut menggantikan pakaiannya dengan yang lebih menarik. Hali itu membuat, Araska tercenung melihat penampilan Alana yang berbeda dari sebelumnya.
Make up tipis yang menghiasi wajah cantiknya membuat Araska terpesona. Namun dengan cepat ia merubah ekspresinya menjadi datar.
Sesampainya mereka di taman hiburan, Arasyi, Alaska dan Marissa berteriak heboh saat melihat banyaknya wahana raksasa yang baru mereka lihat.
“Uwaaawwwwww, becalnaaaaa !!! Keleeennnn !” teriak Marissa heboh.
“Bisa nda ya kita main pelmainan itu !” tunjuk Marissa kepada Arasyi dan Alaska yang juga melihat ke arah Roller Coaster Raksasa.
“Sayangnya, nggak bisa !” celetuk Alana yang berdiri dibelakang ketiganya.
Marissa mendongakkan kepalanya menatap kakak sepupunya dengan raut wajah penasaran.
“Kenapa nda bica, kan itu pelmainan buat di main bukan dipajang !” seru Marissa heran.
“Ya coba tanya sama petugasnya, kalian bisa mainnya atau nggak. Nanti kasih tahu kakak jawabannya, oke !” ujar Alana membuat Marissa mengangguk dan berlari menghampiri petugas yang berdiri di depan loket.
Alana terkekeh melihat raut wajah Marissa yang sepertinya kecewa mendengar jawaban dari petugas Roller Coaster Raksasa.
Araska yang tak sengaja menatap Alana, membuat jantungnya seketika berdebar. Bahkan dia merasa nyaman di dekat Alana.
“Apa kita sebelumnya pernah bertemu ?”
Kalimat itu keluar begitu saja membuat Alana mengalihkan pandangannya. Kini tatapan keduanya terkunci di satu titik. Alana menatap wajah pria di hadapannya tanpa berkedip begitu juga dengan Araska.
Keduanya seperti memiliki dunia tersendiri sedangkan yang lain hanya mengontrak. Tatapan ketiga bocah terlihat syok, terlebih Marissa yang menganga lebar melihat kedekatan Alana dengan Araska.
“Cepelti mati lampu ya cayang, cepelti mati lampu ya cayang ! Dunia milik beldua cedangkan kami hanya mengontlak…” sindir Marissa membuat keduanya tersadar.
“A–ah ma–maaf “ ucap Alana dan langsung mengalihkan pandangannya.
Semburan merah dipipinya terlihat sangat jelas. Jantung keduanya sama-sama berdegup kencang. Namun, Araska pandai menyembunyikannya dengan tatapan tanpa ekspresi.
Sementara Alana masih mengatur detak jantungnya, “ seperti ingin lepas, hiii nggak kuat dudaaaa !!” jerit Alana dalam hatinya.
“Hm..hmmm..hmmm,” Alana membalik tubuhnya menghadap ketiga bocil yang kini menatapnya dengan tatapan berbeda.
“Gi–gimana jawaban petugasnya, Ica ?” tanya Alana mengalihkan rasa gugupnya.
Marissa menggeleng,” om na bilang, dibawah umul di lalang naik na,” ucapnya sedih.
“Artinya ?”
“Nda bica lah,” sahut Marissa kesal.
“Kita cari permainan yang lain saja, khusus anak dibawah umur !” ajak Alana menggandeng tangan Alaska dan Arasyi sementara Araska menggandeng tangan Marissa.
Lebih tepatnya Marissa yang menggandeng tangan Araska. Kedatangan mereka berlima disambut tatapan kagum oleh ibu-ibu, dimana Alana dan Araska tampak seperti sepasang suami istri dengan tiga anak.
Sangat serasi dan cocok. Bahkan ada yang iri dengan Alana karena berpikir, Alana mendapatkan suami yang sangat diimpi-impikan semua kaum hawa.
“Kalian mau main apa ?” tanya Alana saat mereka sudah berada di depan permainan khusus anak-anak.
Arasyi, Alaska dan Marissa tengah menatap beberapa permainan. Sementara Alana menunggu ketiganya memilih, dia juga turut melihat permainan yang cocol untuk dimainkan anak-anak.
“Maca mainna komedi putal, nda celu kali mutal-mutal…” gumam Marissa menggosok dagunya bingung ingin memilih permainan apa.
“ Kila-kila …” Arasyi menatap kakaknya dengan raut bingung.
“Laci nda tau mau main apa kakak,”
“Bagaimana kalo yang di sana !” tunjuk Alana pada salah satu Roller Coaster Mini kepada mereka.
“NDAAAAAAAA !!” pekik Alaska yang langsung menyembunyikan diri di balik kaki jenjang Araska.
Alana yang melihat itu sontak terkejut. Dia lalu menatap Araska untuk meminta jawaban tentang keanehan Alaska. Sangat disayangkan, Araska tidak menjawab keingintahuan Alana.
“Ya sudah cari yang lain saja !” putus Alana.
Akhirnya keputusan anak-anak adalah bermain mobil-mobilan. Alana dan Araska duduk di kursi panjang menunggu Arasyi, Alaska dan Marissa bermain.
Sesekali Alana menyahuti panggilan Marissa, terkadang Alaska juga ikut memanggilnya membuat Araska seperti tidak dianggap putranya sendiri.
“Saya nggak tahu kamu pakai pel3t apa sehingga membuat putra saya begitu dekat denganmu bahkan dengan saya sendiri dia tidak seperti itu !” ucap Araska tiba-tiba.
“Ya, pelet kasih sayang lah !” sahut Alana yang menganggap ucapan Araska hanyalah ucapan biasa.
“Lagian ya,” kini Alana memalingkan wajahnya menatap Araska dengan gugup.
“Lagian kamu terlalu tembok semen yang nggak ada ekspresinya sehingga putramu merasa tertekan !” sambung Alana yang langsung memalingkan wajahnya hingga kalungnya keluar dari dalam pakaian yang dikenakannya.
Araska tak sengaja melihat kalung tersebut dan sontak meraihnya membuat Alana kembali menatap Araska.
Araska menatap tulisan kecil di kalung itu, “ Alaska, Alana Araska ?!” ucapan Araska membuat Alana terkejut dan langsung melihat kalungnya.
Benar, Alana baru sadar jika mata kalung itu bertulisan singkat nama Alaska yang artinya Alana dan Araska.
Tangan mulusnya mengusap mata kalung itu, dan memasukkannya kembali ke dalam bajunya. Tatapan Araska masih terkejut saat melihat nama di mata kalung Alana. Dia merasa familiar dengan tulisan dikalung tersebut.
Tiba-tiba saja kepala Araska terasa sangat pusing, dia memijat keningnya dengan pelan.
“Kamu kenapa ?” tanya Alana polos.
Araska menggelengkan kepalanya, dia merasa kepalanya sangat sakit. Hal itu membuat Alana sedikit khawatir.
“Apa sebaiknya kita pulang saja ? Sepertinya kamu sedang tidak enak badan,”
“To-tolong ambilkan obatku,” pinta Araska yang membuat Alana panik.
“Di–dimana obatmu ?” tanya Alana panik.
Araska menunjuk ke arah saku celananya membuat Alana membulatkan kedua matanya.
“Ma-maksudmu di sa-saku celana ?” tanya Alana pelan.
Melihat anggukan Araska membuat kedua tangan Alana meremas kuat. “ Pokoknya jangan salahkan aku, kalo kesentuh ya !” cicit Alana.
Alana sudah siap untuk mengambil obat yang dikatakan Araska, dengan hati-hati Alana memasukan tangannya ke dalam saku celana hingga saat dia sudah mendapatkan obat tersebut tiba-tiba….
“Jangan di sini, dihotel saja sana !”
“Eh ?!”
*
*
*
*
Sementara itu, Azalea telah tiba di sebuah restoran yang dikirim oleh opanya. Azalea datang dengan wajah bingung saat melihat opanya tengah berbincang dengan dua orang yang membelakangi dirinya.
Opa Cakro yang melihat kedatangan cucunya segera memanggil Azalea.
“Lea, kemarilah !” Azalea tersenyum kecil.
“Opa, ada apa opa meminta Lea datang kemari ?” tanya Azalea yang sudah duduk di sebelah opanya.
“Ah, kamu ini nanya itu terus. Opa mau minta kamu datang ke sini itu ada hal penting,”
“Hal penting apa, opa ?” tanya Azalea bingung.
Dua pria tadi masih diam menatap Opa Cakro dan Azalea berbicara, bahkan Azalea belum melihat siapa orang yang bersama opanya.
“Begini, Lea. Opa dan teman opa, —”
“Teman opa ?” tanya Azalea bingung. Lalu Azalea mengalihkan pandangannya untuk melihat siapa teman opanya.
Namun, saat melihat siapa teman opanya Azalea tersenyum tipis dan saat melihat sosok pria yang duduk disebelah pria paruh baya itu. Azalea sontak memekik keras, “ LOOOO ?!”
Sama halnya dengan sosok pria yang tadinya menunduk kini mengangkatkan kepalanya,dia juga terkejut melihat wanita yang menyalahi dirinya saat di rumah sakit beberapa bulan lalu.
“Kalian sudah saling kenal ?” tanya Tuan Anjelo kepada cucu laki-lakinya dengan cucu dari mantan atasannya yang sekarang menjadi teman.
“TIDAK !!” pekik keduanya kompak.
Hal itu membuat Opa Cakro dan Tuan Anjelo melongo, melihat kekompakan keduanya. Hingga pada akhirnya Opa Cakro mengatakan keinginannya.
“Opa mau menjodohkan kamu dengan nak Jonathan, Lea “
“A–apa ?!! Opa, yang benar aja ! Masa Lea dijodohin sama manusia tua sih ! Lea nggak mau pokoknya !” tolak Azalea keras.
“Heeeee !! Usia gue matang ya bukan tua ! Jadi jangan panggil gue manusia tua !!” pekik Jo kesal.
“Memang lo manusia tua !!” balas Azalea.
“ Lo , —”
“Hesss kalian berdua ini, setuju saja. Orang tua kamu sudah setuju !” seru Tuan Anjelo yang mana membuat Azalea kaget.
“Mana bisa begitu,” ucapnya.
“Ya, bisa lah…” sahut Opa Cakro tanpa merasa bersalah.
“Opaaaaaa !!” rengek Azalea.
“Jangan jodohkan Lea dengan manusia tuaaaa,”
ini meninggal bneran atau cuma sandiwara sih,,masa iya meninggal lea nya 🤔🤔