Hai ketemu dengan karya mommy terbaru lagi.
happy reading.
Yolanda Fox, wanita bersuami Mikel Smit sudah lima tahun bahtera rumah tangganya harus tergoncang dengan kehadiran orang ketiga yang di nikahi oleh suaminya tanpa sepengetahuannya.
"Kenalkan dia adalah Nikita istriku yang kedua," dengan santai Mikel berucap.
"KAU! TEGA!" marah, kesal, kecewa, hancur hatinya menjadi satu saat di paksa hadir ke rumah orang tua suaminya. di kira mau di cemooh atau di omong mandul seperti biasanya.
"Tunggu, Ola! Jangan buat seolah aku salah besar! Ini suamuanya karena kamu! Kamu tidak bisa hamil!" bentaknya.
Yolanda dengan menyeka air matanya dan menghempaskan tangan suaminya yang menenahannya lalu keluar dari rumah itu tanpa pamit lagi.
"Kamu tega!!!!!!!!" teriaknya di dalam mobil yang masih di halaman itu.
"Aku tidak terima!!!! aku harus membalas ini!!!!" amarah yang membuncah dalam dirinya.
Bagaimana kisah kelanjutan Yolanda? Apakah mampu memisahkan madunya? atau dia memilih pergi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22: Surat Cerai
Kantor Axel, ruangan CEO.
Mikel menatap kosong ke arah Axel yang berdiri di depannya. Di tangannya, lembaran surat cerai yang telah ditandatanganinya diserahkan kepada Axel dengan penuh rasa berat. Hatinya bergejolak, penuh penyesalan yang belum bisa sepenuhnya ia atasi. Namun, dia tahu, ini adalah satu satunya jalan keluar dari kekacauan yang dia ciptakan sendiri.
"Ini dia, Axel. Sudah kutandatangani," ucap Mikel pelan, suaranya penuh dengan rasa bersalah.
"Jangan sampai Ola tahu bahwa aku masih ingin bertemu dengannya, hanya untuk meminta maaf." pintanya lagi yang tidak pernah putus asa.
Axel mengambil surat itu dengan raut wajah yang sulit ditebak, tapi ada sedikit senyum di bibirnya. Ia mengangguk pelan sambil menyimpan surat tersebut di dalam map cokelat yang sudah dia siapkan.
"Terima kasih, Mikel. Ini adalah keputusan terbaik untuk kalian," jawab Axel dengan tegas. Namun, di balik sikap tegasnya, Axel merasakan rasa puas yang mendalam. Ini adalah langkah terakhir yang ia butuhkan untuk memastikan Ola tidak lagi terikat pada Mikel. Dan langkah awal memulainya mengejar Ola.
"Aku harap dia bisa lebih bahagia sekarang." ucap Mikel yang tersenyum getir.
Axel hanya mengangguk lagi sebelum berpamitan. Dia tahu, tidak ada lagi yang bisa dikatakan untuk mengubah apa yang sudah terjadi. Dia harus fokus pada apa yang ada di depannya, kebahagiaan Ola.
***
Sementara itu, di rumah Ola, suasana hari itu terasa biasa saja. Ola tengah duduk di ruang tamu sambil menggendong Lei, yang sudah mulai tertidur pulas di pelukannya. Helda sudah pulang, setelah bermain dengan Lei.
Pintu terbuka, dan Axel melangkah masuk dengan wajah yang jauh lebih ceria dari biasanya. Senyumnya mengembang, begitu lebar, seakan akan ia baru saja memenangkan lotre besar. Satu hal yang paling di nantikannya telah terwujud saat ini.
"Axel?" tanya Ola bingung.
"Kenapa kau terlihat sangat bahagia hari ini?" lanjutnya.
"Ola, aku punya kabar yang sudah lama kau tunggu-tunggu." ucap Axel meletakkan map di meja dan mendekat ke arah Ola.
"Kabar apa?" tanya Ola menatap Axel dengan rasa penasaran yang semakin membuncah.
Axel mengambil napas dalam dalam, dan kemudian dengan penuh kebanggaan dia mengeluarkan selembar kertas dari dalam map itu.
"Ini dia, akta cerai yang sudah sah. Kamu... sudah resmi bercerai, Ola. Sekarang kamu benar benar bebas dari Mikel." ucap Axel dengan senyuman di bibirnya.
Mata Ola terbuka lebar, tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Ia terdiam sejenak, mencoba mencerna kata kata Axel. Setelah beberapa detik hening, seolah aliran emosi yang tak terbendung, senyumnya mekar, begitu besar dan lebar. Akhirnya, setelah sekian lama, apa yang ia inginkan menjadi kenyataan.
“Serius? Ini... ini benar benar terjadi?” ucap Ola hampir bergetar karena kegembiraan.
Akhirnya... Aku terlepas dari jeruji ini. Bebas sudah dengan pernikahan ini. Yang berakhir kandas walau sulit prosesnya, namun semuanya bisa terselesaikan semuanya.
“Iya, ini sudah sah. Tidak ada lagi yang menghalangi, tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Kau sekarang bebas, Ola. Kau bukan lagi istri Mikel.” ucap Axel mengangguk, senyum puas masih menghiasi wajahnya.
Mata Ola berkilauan, tanpa bisa menahan diri, dia bangkit dari kursinya dan mendekati Axel. Tanpa peringatan, dia memeluk Axel erat, begitu erat hingga Axel bisa merasakan degup jantungnya. Axel terdiam sesaat, terkejut dengan pelukan itu, tapi kemudian ia merasakan kehangatan yang membuatnya tersenyum semakin lebar.
"Ola...," bisik Axel pelan, mencoba menahan gejolak batinnya yang tiba tiba membuncah. Ini adalah momen yang sudah lama dia impikan. Untuk pertama kalinya, ia merasakan Ola begitu dekat dengannya, lebih dari sekadar sahabat.
"Terima kasih, Axel... Terima kasih," lirih Ola, suaranya penuh rasa syukur dan kebahagiaan. Dia tidak melepaskan pelukannya, seolah takut kalau kebahagiaan ini hanyalah mimpi yang akan segera berakhir. Axel, yang masih merasakan kehangatan pelukan itu, tersenyum lebar.
“Ini semua adalah hasil dari perjuanganmu juga, Ola. Kamu layak mendapat kebahagiaan ini.” ucap Axel.
Akhirnya Ola melepaskan pelukannya, dia menyeka air mata yang mulai jatuh di pipinya. Rasa bahagia yang memang tidak bisa di ingkarinya. Perjuangannya, tekadnya, semangatnya tidak lepas dari Axel.
"Aku tidak tahu harus berkata apa lagi. Ini semua terasa seperti mimpi. Akhirnya... aku bisa menjalani hidupku tanpa beban, tanpa Mikel, tanpa semua masalah itu." ucap Ola.
Axel mengangguk, berusaha menjaga ketenangannya meski dalam hatinya dia merasa luar biasa senang.
"Sekarang kamu bisa fokus pada dirimu dan Lei. Hidupmu akan lebih tenang, lebih damai." ucap Axel.
Ola tersenyum, kali ini dengan tatapan yang lebih lembut. “Aku tidak akan bisa melewati semua ini tanpa bantuanmu, Axel. Kamu selalu ada untukku.” ucap Ola.
Axel menatapnya dalam dalam, sejenak ingin mengungkapkan semua perasaannya. Namun, ia memilih menahan diri.
"Aku akan selalu ada untukmu, Ola. Selalu." ucap Axel.
Mereka berdua terdiam sesaat, saling bertatapan dalam keheningan yang nyaman. Di dalam hati Axel, harapan kecil mulai tumbuh. Kini Ola sudah tidak terikat dengan siapa pun. Mungkin, suatu hari nanti, Ola akan melihatnya lebih dari sekadar sahabat. Tapi Axel tahu, ini bukan saatnya untuk memaksakan apa pun. Ia akan menunggu, menunggu hingga Ola benar benar siap.
Ola tersenyum lagi, kali ini lebih ringan dan tanpa beban. "Axel... Aku benar benar berterima kasih. Aku tidak tahu bagaimana membalas semua kebaikanmu." ucap Ola penuh semangat kali ini.
"Kamu tidak perlu membalas apa pun, Ola. Melihatmu bahagia sudah lebih dari cukup untukku." ucap Axel hanya tersenyum.
Dalam hatinya, Ola merasa lebih lega dari sebelumnya. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang sangat lama, dia merasa benar benar bebas. Tidak ada lagi bayang bayang Mikel, tidak ada lagi pertengkaran, tidak ada lagi rasa sakit yang harus ia tanggung. Kini, ia bisa fokus pada dirinya dan Lei menjalani hidup yang lebih damai.
Axel melihat kebahagiaan di mata Ola, dan itu sudah cukup untuk membuat hatinya bergejolak senang. Walau perlahan, dia yakin, suatu saat nanti, dia akan membuat Ola melihat bahwa cintanya selalu ada untuknya, tanpa pernah berubah.
***
Ola di dalam kamar.
"Terima kasih Mikel, kamu sudah mau melepaskanku. Saat ini aku masih akan menyembunyikan Lei darimu hingga aku benar benar siap mengatakannya." lirihnya memang Lei tengah terlelap.
"Kamu tahu kenapa aku tidak pernah mau menemuimu, Mikel? Namamu masih ada disini, memang aku kecewa, marah, kesal dan benci padamu. Tapi aku tidak pungkiri aku masih mencintaimu." lirih Ola.
Salahkan Ola yang menyembunyikan anak Mikel, Lei? Mampukah Axel mengubah hati Ola berdebar padanya? Bukan karena hutang budi?
...****************...
Hi!!! Tinggalkan jejak kalian disini ya.
Keren banget 🔥😍