Dia bukannya tidak sayang sama suaminya lagi, tapi sudah muak karena merasa dipermainkan selama ini. Apalagi, dia divonis menderita penyakit mematikan hingga enggan hidup lagi. Dia bukan hanya cemburu tapi sakit hatinya lebih perih karena tuduhan keji pada ayahnya sendiri. Akhirnya, dia hanya bisa berkata pada suaminya itu "Jangan melarangku untuk bercerai darimu!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Geisya Tin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Deril tertidur setelah itu dan saat bangun, dia sangat semangat. Membangunkan Candra yang tidur di kamar sebelah dan mencecarnya dengan banyak pertanyaan.
“Kamu sudah mengurus orang yang akan melakukan wawancara?” katanya sambil duduk di sofa yang ada di dekat tempat tidur Candra. Dia sudah memakai piyama panjang berwarna gelap seperti kebiasaannya.
Kamar Candra dan kamar Deril, saling bersebelahan karena masih berada dalam satu ruangan. Di presidential switch room, lantai paling atas di gedung Tower Trojan.
Candra masih mengucek matanya saat sadar dan menjawab pertanyaan Deril sambil memulihkan kesadaran.
“Wawancara untuk siapa? Eh, sudah Tuan! Untuk Nyonya, kan?”
“Ya, siapa lagi memangnya?”
“Saya menyuruh Hendro, tim HRD langsung yang nanti akan menghadapi Nyonya, saya juga sudah mengatur Nyonya di grup D, yang langsung dengan tim periklanan!”
“Kenapa mereka?”
“Tuan, grup pemasaran sebenarnya sudah penuh, dan mereka semua lulusan pemasaran, saya hanya meminimalisir kekurangan Nyonya di bagian itu!”
“Mereka tidak bisa melakukan apa pun pada Shima karena aku yang ada dibelakangnya!”
Candra menelan ludahnya kasar, saat mendengar pendapat Deril. Semua orang di divisi pemasaran, tidak ada yang mengenal Shima sebagai istri direktur mereka.
“Ya! Anda benar Tuan!”
Harapan Deril sebenarnya adalah, Shima menjadi orang yang akan sangat bergantung padanya, di perusahaan.
“Kabari dia untuk berangkat besok!”
“Baik, Tuan!”
Candra bangkit dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi. Dia harus segera bersiap-siap kembali mengurus segala keperluan dan perintah Deril.
#####
Di rumahnya, Shima sedang membuat makanan untuk dirinya sendiri. Dia juga membuat sedikit kue manis yang akan dia berikan pada Elbara dan Harya. Dia akan bertemu dengan mereka nanti.
Mereka akan makan siang bersama sekaligus membicarakan tentang penyelidikan. Shima sangat penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi pada kematian Gani.
Saat waktu yang ditentukan tiba, Shima mendatangi rumah Harya sesuai janji. Pemilik rumah menyambutnya dengan gembira.
Tugas Elbara adalah menjaga ayahnya hingga, dia selalu berada di rumah, setelah selesai tugas dan juga belajarnya. Lebih banyak waktu yang dihabiskan Elbara bersama Harya. Dia menjadikan ayahnya itu sebagai sumber ilmu sekaligus teman, dalam menyelesaikan semua kasus yang ditanganinya.
Mereka pun makan siang bersama dan tetap duduk melingkari meja, walau hidangan di hadapan mereka hampir habis.
“Jadi, begitu ceritanya,” kata Shima setelah menyimak data yang diberikan Elbara, dari awal sampai akhir. Walaupun bukan cerita sedih, tapi dia tetap berurai air mata.
“Intinya Paman Wisra gak bersalah,” kata Elbara.
“Apa kamu tidak bisa membawa dokumennya agar aku bisa meyakinkan Deril Pratama?” ujar Shima.
“Membawa dokumen kepolisian di luar negeri itu agak sulit, kita bukan warga negara asli, apalagi di Gideon sudah susah payah mengusahakannya, mendapatkan foto kopinya saja tidak bisa!” kata Harta sambil menikmati kue manis buatan Shima.
Harya ikut menjelaskan karena dia juga berupaya sebisa mungkin untuk membantu Elbara. Ada juga utusan yang bekerja di luar negeri demi penyelidikannya.
Orang yang disebut Gideon itu adalah orang dalam di kepolisian negara itu. Dia menjadi andalan Harya dan Elbara, dalam mencari informasi kasus Gani Arta, yang telah ditutup dua tahun lamanya.
Shima hanya menggambarkan sekilas tentang foto yang pernah dilihatnya. Dia menyesal, tidak bisa menunjukkan foto apa pun, yang bisa dijadikan referensi. Dia sudah berusaha mencuri foto saat berada di rumah Deril waktu itu. Namun, dia tidak berhasil.
Meskipun begitu, Elbara bisa memberikan foto-foto tanda bukti resmi, yang berhasil dia dapatkan dari kepolisian di sana.
Dia bisa menjelaskan kejadian yang sebenarnya.
Hari itu tepat jam dua siang waktu setempat, ada seorang pencopet yang berlari dengan cepat, melintas di depan restoran Gani. Pada saat yang sama, pria itu keluar untuk membuang sampah. Lalu, dengan cekatan dia berusaha menghentikan pencopet.
Hal yang tidak terduga selanjutnya adalah pencopet itu menusuk dada Gani tepat di jantungnya. Setelah berhasil membuat Gani jatuh, dia kembali berlari sekencang-kencangnya tanpa mencabut pisau itu, dari tubuh korbannya.
Kebetulan pula Wisra baru saja keluar dari hotel yang letaknya berdekatan dengan restoran milik Gani Arta. Naluri penolongnya pun bangkit, dia segera mendekati korban yang terlihat sangat kesakitan dan tak berdaya tergeletak di sisi jalan raya.
Tanpa pikir panjang, Wisra langsung mencabut pisau yang tertancap di dada. Kemudian, menekan bagian yang terluka dengan tangannya untuk menghentikan pendarahan.
Pada saat itulah, ada seseorang yang mengambil gambarnya.
Posisi yang diambil oleh orang yang memotret kejadian itu adalah, saat di mana Wisro sedang memegang pisau. Sebenarnya, pisau itu dicabut dari tubuh Gani dan bukannya hendak ditusukkan kepadanya.
Ambulans datang beberapa saat kemudian, setelah dihubungi oleh beberapa orang yang ada di sekitar kejadian.
Polisi juga segera datang dan Wisra harus memberi keterangan, sebagai saksi dan juga beberapa orang lainnya.
Hanya saja, ada kesalahan kecil yang dilakukan Wisra saat itu. Menurut para petugas medis, seseorang mencabut pisau sembarangan arah. Seharusnya hal itu, tidak boleh dilakukan tanpa perhitungan yang matang.
Kalau berada di tangan para medis dan penanganan yang tepat, tidak akan mencabut pisau dengan cara yang dilakukan Wisra. Sebab, akan menambah luka semakin lebar dan pendarahan semakin banyak.
semoga mendapatkan lelaki sederhana walaupun tidak kayak raya tapi hidup bahagia
aku cuma bisa 1 bab sehari😭