Suatu hari seorang ksatria yang kehilangan ingatannya terbangun di dalam sebuah rumah dan ternyata itu adalah rumah seorang gadis cantik yang buta bernama Alaina alaisa dan seekor gagak yang bisa berbicara.
Setelah berbincang-bincang akhirnya sang Ksatria di beri nama oleh alaina yaitu ali, mereka pun akhirnya hidup bersama.
Namun tanpa di sadari, awal dari pertemuan itu adalah takdir dari tuhan. karena mereka adalah orang terpilih yang akan menyelamatkan bumi dari ancaman iblis szamu yang akan bangkit.
Inilah kisah ali dan alaina yang akan memimpin umat manusia memerangi kedzaliman iblis szamu dan pengikutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukron bersyar'i, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
proses latihan
"Terbang lah seperti burung, meski ia menjatuhkan kotorannya, tetapi ia tidak pernah menjatuhkan teman-temannya"
Tiga hari berlalu pasca aku terjatuh dari genting, selama tiga hari itu yang aku lakukan hanyalah beristirahat sepanjang waktu, sebab bukan hanya terluka akibat terjatuh, tapi aku terkena demam karena seharian itu aku terlalu banyak bermain dengan air. Kini keadaanku sudah membaik, di pagi hari yang cerah ini aku sedang bersiap-siap untuk segera memperbaiki atap dan genting kamarku yang rusak tempo hari.
Beberapa jam berlalu, pagi telah menuju menjadi hampir siang, tanpa ada halangan dan kesialan seperti sebelumnya akhirnya aku berhasil memperbaiki atap dan genting.
"Sekarang walaupun hujan badai sekalipun, tidak akan lagi bocor." Gumamku, sambil memerhatikan hasil pekerjaanku.
"Ngapain kau senyum-senyum sendiri!" Celoteh Reno.
"Ngapain ke atuh, komen mulu ini burung" Gumamku.
"Engga apa-apa" Jawabku sambil menyeringai ke arah Reno.
"Wajahmu sangat menjengkelkan, kau pasti sedang mengejekku kan di dalam pikiranmu!".
"T- tidak, itu cuman p- perasaan guru saja itu!" Jawabku dan mengalihkan wajahku darinya
"Burung bukan sembarang burung, tau aja apa yang ada di pikiranku!" Gumamku.
"BENARKAN, KAU MEMANG SEDANG MENGEJEKKU!"
"PLAAKKK....!" suara baru yang mengenai kepalaku.
"Apasih? Perasaan aku tidak mengatakan apapun!" Celotehku sambil memegang kepalaku dan menoleh kearah Reno.
"Aah bodo amat, muka kau membuat aku kesal!" Ucap Reno lalu pergi, lalu tak berselang lama Alaina muncul dari belakangku sambil menepuk punggungku.
"Ada apa , Ali?" Tanya Alaina.
"Eh Alaina, tidak apa-apa kok, biasa, hanya pertikaian kecil dengan guru Reno." Jawabku.
"Emmm begitu, tapi jangan pernah benci dengan Reno ya, cara dia menunjukan kepeduliannya memang sedikit berbeda, dia hanya sulit untuk jujur dengan dirinya sendiri, tapi ku yakin dia menyukaimu berada disini" Ucap Alaina.
Kami berdua pun mengobrol hal-hal kecil sambil berjalan sampai pada dibawah pohon yang ada di halaman depan, dan kami melanjutkan perbincangan.
"Oh iya Ali, bagaimana hasil latihanmu? Apa kau sudah memahami dasarnya?" Tanya Alaina.
"Sejujurnya aku belum begitu faham, tapi aku sudah bisa melihat aura yang ada di dalam tubuhku saat aku latihan." Ujarku
"Oh begitu, pasti kau kesulitan saat belajar menekan auramu kan?" Tanya Alaina.
"Benar sekali, itu sangat sulit, dan tubuhku menjadi panas khusunya di area perutku" Jawabku dengan antusias.
"Wajar saja jika kamu merasakan itu, kesulitan saat menekan auramu, soalnya ada yang berbeda dari auramu, dibandingkan dengan milikku dan makhluk lain yang pernah aku lihat sebelumnya, dan aura yang kamu lihat saat latihan itu hanya sebagian dari aura yang sebenarnya kamu miliki."
"Hah, Berbeda ? Memang apa yang membuatnya berbeda?" Tanyaku, aku cukup bingung dengan penjelasan yang Alaina sampaikan.
"Pejamkan matamu sebentar, akan aku tunjukan, biar Ali lihat sendiri perbedaanya" Ucap Alaina memegang mataku dengan lembut sambil membacakan mantra. "Kepada tuhan yang maha Esa, berikanlah sedikit rahmat dan berkah pada hambamu ini, Mata ilahi!".
Lalu dengan seketika ada perasaan aneh yang aku rasakan, sesuatu yang mengalir masuk kedalam kepalaku.
"Coba sekarang kau buka kedua matamu, dan lihat apakah ada yang berbeda." Ucap Alaina sambil melepaskan tangannya dari mataku.
Akupun membuka kedua mataku secara perlahan, dan melihat kearah Alaina, tampak terlihat sangat menyilaukan, tubuhnya seakan-akan di kelilingi oleh cahaya yang terang. "Apakah ini adalah aura Alaina? Hebat, sangat putih, dan memenangkan, pantas saja aku merasakan tenang bila di dekatnya." Gumamku.
Dan aku perlahan mengubah pandanganku kepada kedua tanganku sendiri, dan melihat aura biru berkobar-kobar seperti api, namun aku dibuat terkejut dengan aura ku sendiri, ternyata auraku jauh lebih besar ketimbang saat aku lihat sendiri saat ketika latihan, bahkan saat ini seperti 10 kali lipat dibandingkan yang dimiliki oleh Alaina, mungkin ini adalah perbedaan yang di maksud, dan aku melihat pada sekelilingku, ternyata pohon-pohon dan bunga-bunga juga memiliki aura.
"Wah hebat, aku bisa melihat auramu dengan sangat jelas, putih bercahaya dan sangat indah" Ucapku pada Alaina.
"Coba kau lihat sekelilingmu, apa kau juga melihatnya?" Tanya Alaina.
"Yah aku melihatnya, pohon-pohon dan bunga bunga memiliki bentuk dan warna aura yang sama, bahkan rerumputan juga." Jawabku.
"Iya betul, jadi apa kau sudah tau perbedaan antara aura milikmu dan milikku?" Jawab Alaina.
"Iya, perbedaan warna dan bentuknya kan?" Jawabku.
"Tidak seutuhnya benar, setengah benar dan setengah salah, sepertinya kau kurang teliti." Jawab Alaina.
"Hmm yang benar? Tapi yang aku lihat hanya itu saja yang berbeda," Jawabku.
"Coba Ali perhatikan lebih baik, aura yang keluar dari aku itu hanya memiliki satu warna bukan, dan stabil tidak membuat bentuk? Sedangkan milikmu memiliki dua warna, biru gelap dan biru muda bukan?" Tanya Alaina.
"Oh iya kamu benar, milikku memiliki bentuk seperti api, dan memiliki dua warna, tapi memang apa masalahnya, apa itu berbahaya untuk tubuhku?" Tanyaku.
"Nah sebenarnya auramu itu hanya memiliki satu warna yaitu biru, namun yang membuat auramu memiliki dua warna adalah auramu telah terkontaminasi langsung oleh mana mu, atau lebih mudahnya auramu bercampur tapi tidak bercampur dengan baik, sehingga keduanya seperti saling bertabrakan dan itu yang membuat auramu berbentuk seperti kobaran api, itu adalah bentuk ketidakstabilan dan sangat berbahaya jika terus dibiarkan, tubuhmu tidak akan sanggup menahannya terus menerus. Karena seharusnya aura dan mana itu tidak bisa menyatu padu, hanya bisa di keluarkan secara bersamaan, namun aku tidak tahu mengapa itu bisa terjadi pada dirimu".
"Aku tidak mengerti maksudnya, jadi mana dan aura itu seharusnya tidak bercampur? Tetapi bisa di keluarkan secara bersamaan?" Tanyaku.
"Biar aku perlihatkan saja..." Ucap Alaina.
"Ali lihat kan ini adalah aura ku, dan sekarang aku coba mengeluarkan sedikit mana untuk melapisi auraku". Ujar Alaina sambil mengeluarkan mananya, yang melapisi auranya dengan mana berwarna biru muda.
"Dan lihat ini, sekarang aku mencoba menggabungkan aura dan mana ku menjadi satu, lihat kan auraku dan mana ku menjadi tidak stabil, karena sejatinya aura dan mana adalah dua hal yang berdampingan namun tidak bisa menjadi satu kesatuan, positif dan negatif". Ucap Alaina.
"Lihat, Sekarang kau mengerti?" Tanya Alaina.
"Iya sekarang aku sudah mengerti perbedaanya, dan cara kerjanya" Jawabku.
Setelah mendengar dan melihat Alaina menjelaskan dan mencontohkan apa perbedaan kondisi auraku dan auranya, aku jadi faham, namun masih ada beberapa hal yang menggangguku.
"Jadi sekarang apa yang harus aku lakukan? Memisahkan keduanya?" Tanyaku.
"Tidak, kau tidak perlu memisahkannya, karena itu tidak mungkin melihat keduanya sudah bercampur begitu dalam, yang harus kau lakukan adalah berusaha untuk lebih menyatukannya, menurutku pada kasus mu sekarang satu-satunya orang yang bisa melakukan itu, adalah hanya dirimu seorang".
"Tapi aku tidak tahu caranya bagaimana, bahkan untuk menekan aura saja aku masih kuwalahan." Jawabku.
"Iya semua itu butuh proses, dan dalam latihanmu kamu akan merasakan dan menemukan jawabannya untuk melakukan itu, kamu harus latihan dengan sungguh-sungguh dan berusaha semaksimal mungkin, karena seperti yang kamu lihat auramu sangat besar sekali." Ujar Alaina.
"Tapi mengapa auraku bisa lebih besar darimu Alaina?" Tanyaku.
"Itu tidak benar, sebenarnya aura kita tidak jauh berbeda." Jawab Alaina.
"Heh?" Aku kebingungan, karena terlihat jelas bahwa aura Alaina sangat sedikut dibandingkan milikku
"Biar ku perlihatkan" Ucap Alaina, lalu ia memperlihatkan sebagaimana besarnya aura yang ia miliki, dan aku dibuat terkejut oleh itu, sebab ternyata auranya tidak berbeda jauh darimu, dan itu sangat terang benderang, seperti cahaya ilahi. "Apakah sebenarnya Alaina adalah malaikat?" Gumamku.
"Ini adalah auraku, tidak jauh berbeda bukan? Aku juga menekan mana ku sepanjang hari dan hanya memancarkan aura seperti pada manusia normal lainnya, karena jika kita memancarkan aura yang berlebihan itu akan menarik perhatian orang lain, dan itu tidak baik kata Reno." Ujar Alaina.
"Tapi bukannya disini tidak ada siapa-siapa lagi selain kita?" Tanyaku.
"Kan tidak selamanya kita berada disini, siapa tahu dimasa depan kita akan berpetualang kan?". Jawab Alaina.
"Oh iya benar juga!" Jawabku.
"Yasudah, sekarang segeralah untuk latihan, dan temui Reno, aku ingin beristirahat sejenak" Ucap Alaina, dan Akupun tidak bisa melihat aura di sekelilingku lagi, sepertinya Alaina menonaktifkan sihirnya kepadaku.
Setelah itupun aku langsung pergi dengan semangat pergi menemui Reno dirumah untuk melanjutkan latihanku yang tertunda, dan kami pun pergi ke air terjun biasa untuk memulai latihanku.
Seperti biasa latihanku diawali dengan latihan fokus merasakan aura, setelah itu mencoba untuk mengontrol dan menekannya lalu bermeditasi di air terjun untuk me resonansi-kan nya sehingga bisa mengurangi efek dari menekan aura, dan pulangnya aku membawa empat gentong berisi air penuh, dan memindahkannya selangkah demi selangkah. Itu aku lakukan dari hari ke hari tanpa jeda.
"Tidak ada yang bisa menghentikan mu , kecuali dirimu sendiri".
Hari demi hari telah aku lewati latihan ku seperti biasa, hingga satu bulan berlalu, akhirnya aku mengalami kemajuan yang cukup pesat, sekarang aku bisa menjalani kegiatan sehari-hari sambil sedikit demi sedikit menahan auraku, dan sudah tidak butuh waktu lama bagiku untuk bisa fokus dan melihat aura di sekitarku meskipun hanya samar-samar saja, akan tetapi aku masih belum bisa melihat keseluruhan aura yang aku miliki, karena saat aku memaksa untuk fokus dan melihat seluruh auraku, tubuhku tidak kuat menahannya, sepertinya latihan ku belum cukup, fisik dan mental ku juga belum siap.
"Guru aku ingin bertanya". Ucapku pada Reno, sebelum aku memulai kembali latihan.
"Jangan tanyakan yang aneh-aneh!" Cetus Reno.
" Tidak, ini serius!". Ucapku
"Yasudah, katakan saja!". Ujarnya.
"Mengapa aku tidak bisa melihat keseluruhan auraku, meskipun aku sudah mengerahkan fokus ku kesana?, sedangkan saat diberi mantra sihir dengan Alaina aku waktu lalu, aku bisa melihat semua auraku, tetapi saat ini aku hanya bisa melihat seperempat nya saja?, apa latihanku masih kurang?" Ujarku.
"Udah tau pake nanya!" Jawab Reno.
"Guru! Aku serius! ..."
"Begini Ali tongtong, saat itu Alaina membantumu dengan sihir membagi penglihatan mata ilahi nya, sehingga kau bisa melihatnya, lagi pula ada sesuatu yang Alaina tidak tahu sehingga ia tidak bisa memberitahumu". Ujar Reno.
"Sesuatu yang ia tidak tahu, yang ada pada diriku? Begitu maksudnya?" Ucapku.
"Haah banyak nanya kau ini! biar aku jelaskan saja, aku juga ingin memberitahumu nanti, tapi karena kau cerewet jadi ku beri tahu sekarang, ingat bekas luka di dadamu?" Ujar Reno.
"Iya aku ingat, terus kenapa?" Ucapku.
"Jawab aja gausah pake balik nanya, nah di dalam luka mu itu tertanam sebuah kutukan, aku juga tidak tahu kutukan seperti apa, tetapi itu yang menyebabkan aura dan mana mu menyatu atau terkontaminasi, seharusnya kau mati tak lama ketika kau mendapatkan luka itu, untung saja saat itu Alaina... Eh tidak maksudku kau cukup beruntung masih bisa hidup sampai sekarang!". Ujar Reno.
"Kutukan? Tadi kau menyebut nama Alaina, apa dia ada hubungannya?" Tanyaku.
"Tidak! Aku tadi salah ucap, lupakan saja! Sekarang kau fokus pada latihanmu saja!" Ucap Reno dengan tegas.
"T- tapi guru? Apa kutukannya bisa di patahkan?" Tanyaku.
"Untuk itu aku menjadi gurumu, tenang saja akan aku cari solusinya". Ujar Reno.
Aku pun tertegun sejenak setelah mengetahui bahwa aku telah terkena kutukan, bahkan seharusnya aku mati pada saat aku terkena kutukan itu. Seketika kepalaku mendadak sakit memikirkan hal-hal yang begitu rumit.
"Plaak!" Reno memukul ku dengan sayapnya.
"Sudah tidak perlu difikirkan! Fokus saja pada latihanmu, apa latihanmu kurang?" Ujar Reno.
"Iya guru, aku merasa sekarang porsi latihanku kurang," Jawabku.
"Bagus jika kau merasa seperti itu, aku menyukainya, sekarang jika kau bisa menyelesaikan musim dalam waktu setengah hari, akan aku persiapkan latihan tambahan untukmu, dan jangan lepaskan aura yang berhasil kau tekan!" Ujar Reno sambil pergi meninggalkanku.
"Baiklah guru!" Jawabku, akupun segera melakukan latihanku seperti biasa, dan berhasil membawa ke empat gentong berisi air sampai ke halaman rumah tanpa setetes pun air yang tumpah, akupun segera mencari Reno untuk meminta latihan selanjutnya.
"Alaina, apa kamu melihat Reno?" tanyaku.
"Oh Reno, ia berada di ditepi sungai sebelum hutan, ia sedang menyiapkan latihan untukmu" ujar Alaina.
"Baiklah, terimakasih Alaina." Ucapku, akupun langsung bergegas menuju Reno yang sedang berada di tepian sungai sebelum hutan.
beberapa saat kemudian aku tiba di tepian sungai, namun aku tidak melihat adanya Reno, aku pun mencari di sekitaran sambil meneriaki namanya. "Guru!.. guru! dimana dirimu?" Teriakku.
"Oii Ali aku disini!" jawab Reno dari balik batu besar, akupun segera menghampirinya.
"Untuk apa batu besar ini guru?" Tanyaku.
"Jangan tanya dulu, bantu aku mengikat tali pada batu ini". ucapnya, akupun mambantu mengikat tali itu dengan tali mati.
"Sekarang ikatkan ujung talinya di tubuhmu!" ucap Reno.
"Baiklah , untuk apa?" tanyaku, sambil mengikat ujung tali pada tubuhku.
"Nah sekarang, tarik batu itu sampai depan halaman rumah!" ucap Reno.
"Eh? bagaimana bisa? batu ini sungguh besar! itu sangat mustahil!" keluhku.
"Katanya mau latihan tambahan! udah disiapin malah ngeluh!" Celoteh Reno.
"ya tapi ..."
"Tidak ada tapi-tapian, lakukan saja, kau tarik sambil menekan auramu!" Tegasnya.
akupun mau tidak mau menuruti perintahnya , karena memang itu permintaanku untuk menambah porsi latihan. segenap kekuatanku mencoba menarik batu itu, tetapi batu itu tidak bergerak sedikitpun, berulang-ulang aku coba tapi hasilnya tetap sama saja.
"Guru ini sangat mustahil, aku tidak mungkin bisa melakukannya!" ucapku.
"Tidak ada yang mustahil di dunia ini! lakukan saja, aku kasih tips, dengarkan baik-baik!karena mana mu menyatu dengan auramu, alirkan aura itu pada kakimu, bayangkan dan rasakan kekuatan yang mengalir pada otot kakimu, lalu langkahkan kaki dengan segenap kekuatanmu!" Ujar Reno.
"Bicara memang mudah, dasar Reno memang sangat ahli menyiksaku!" Gumamku.
Akupun mencoba untuk fokus untuk mengalirkan sebagian auraku ke kakiku, namun tidak semudah perkataannya, berulang-ulang aku mencoba melakukannya hingga beberapa saat kemudian aku mampu mengalirkan mana ke kakiku.
"Fokus!!... fokus!!. FOKUS!!!. ya sedikit lagi!!!... FOKUS!!!... ALIRKAN.... ALIRKAAANNN..!!! YA BERHASIL..!!! HiaaAAAAATTTTTTTTTT!!!!" Teriakku saat berhasil mengalirkan aura ke kakiku dan mencoba menarik batu itu sekuat tenaga ku.
"Aku suka semangatmu anak muda! TARIK!" ucap Reno dari atas batu yang aku tarik.
"brrrrrkk ..."Suara batu yang bergeser.
"Kau berhasil! terus tarik! perjalananmu masih panjang anak muda!" ucap Reno dengan antusias. namun baru beberapa langkah saja tenagaku langsung habis tak tersisa. "Huhh.. Haah... huuh.. Haahhh!".
"Oii, oiii!! jangan berhenti, baru juga sebentar!" Ucap Reno.
"Aku tidak sanggup lagi guru! tenagaku habis". Ucapku sambil terengah-engah.
"Cihh, baru segitu udah kehabisan tenaga, payah!". celoteh Reno.
"Memang guru bisa menariknya?" Celetuk ku.
"Oh berani menantangku?" Jawabnya.
"Aduh keceplosan!" Gumamku.
"T- tidak guru, maafkan aku. " Jawabku.
"Baiklah, aku akan menariknya, ayo kita bertaruh! jika aku tidak menariknya kau akan terbebas dari latihan ini, tetapi jika aku bisa menariknya akan ku tambahkan batu ini menjadi dua tumpuk? bagaimana?" Ujar Reno.
"Menarik, tapi aku ragu untuk meladeni tantangannya, ah tapi seekor burung mana bisa menarik batu sebesar ini!". Gumamku.
"Baiklah, aku Terima". jawabku dengan penuh percaya diri.
"Hoh, percaya diri sekali kau Ali tongtong, sepertinya kau meremehkan ku, biar ku tunjukan, alasan mengapa kau harus menghormati gurumu!" Ujar Reno, sambil bersiap siap menarik batu itu dengan tali yang ia sisipkan pada paruhnya. akupun langsung fokus untuk melihat aura dan mana yang Reno keluarkan saat ia sedang bersiap untuk menarik batu besar itu, namun aku tidak melihat Reno sedikitpun mengeluarkan aura dan mana berlebih, yang ia keluarkan biasa saja seperti burung pada umumnya. "Huh, ternyata benar Reno hanya burung biasa yang banyak bicara!" Gumamku.
namun beberapa saat kemudian aku dibuat terkejut, tertegun dan diam mematung, saat Reno mampu menarik batu besar itu dengan tubuhnya yang kecil.
"haah?.. b-bagaimana b-bisa,.. m- mustahil!" Gumamku, saat melihat Reno menarik batu besar itu dengan mudahnya.
"Ahahaha,lihat mudahkan bagiku melakukannya? pujilah aku sebanyak-banyaknya, muridku yang bodoh!" Celoteh Reno mengolok-olok ku dengan girang.
"Puja burung gagak jelmaan iblis!" celetukku.
"Oi!!...oi...!!oi...!!puja aku dengan benar!" Ucap Reno sambil menjambak rambutku dengan keras.
"M- maaf, Puji burung gagak yang agung!" Ucapku sambil menundukkan kepalaku.
"bagus bagus... sekarang tarik kedua batu ini!" Ucap Reno dengan cepat mengambil batu lainnya di pinggiran sungai dan menumpuknya menjadi satu.
"T-tidaaaaaak!!!!" Teriakku,
waktu pun berlalu hingga larut malam, namun aku hanya mampu menggeser tumpukan batu besar itu sejauh sepuluh langkah. akupun meminta keringanan untuk di lanjutkan pada hari esok, karena hari ini tenaga ku benar-benar terkuras habis, mental ku juga habis
"jangan pernah melihat seseorang dari tampilannya, kadang iblis juga rupawan".