NovelToon NovelToon
Dr. Brain

Dr. Brain

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sci-Fi / Horror Thriller-Horror / Kehidupan di Kantor
Popularitas:312
Nilai: 5
Nama Author: Here Line

Raisha seorang agen rahasia ditugaskan menjaga seorang pegawai kantor bernama Arya dari kemungkinan ancaman pembunuhan Dr. Brain, seorang ilmuwan gila yang terobsesi menguasai negara dan dunia menggunakan alat pengendali pikiran yang terus di upgrade menggunakan energi kecerdasan orang-orang jenius. Temukan keseruan konflik cinta, keluarga, ketegangan dan plot twist mengejutkan dalam novel ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Here Line, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 2 : Markas Tersembunyi

Markas NIMBIS tersembunyi dengan cerdik di balik fasad sebuah hotel mewah di pusat kota. Dari luar, hotel ini tidak tampak berbeda dari hotel-hotel bintang lima lainnya di Jakarta. Megah, ramai, dan selalu sibuk dengan arus keluar-masuk para tamu.

Tidak ada satu pun yang mencurigakan, seolah tempat ini hanya sebuah destinasi untuk bisnis dan pelancong yang mencari kenyamanan. Namun, di balik kilauan gedung tinggi itu, terdapat bagian lain yang tak pernah diketahui oleh siapa pun kecuali mereka yang terlibat langsung dengan biro khusus ini.

Raisha mengendarai mobilnya dengan tenang memasuki jalur parkiran hotel. Layaknya pengunjung biasa ia mengikuti alur menuju parkiran bawah tanah, tempat di mana mobil-mobil pengunjung terparkir.

Lampu-lampu neon menyala terang, memberikan suasana normal yang mengesankan bahwa tidak ada sesuatu yang luar biasa di sini. Parkiran itu dipenuhi dengan mobil-mobil mewah tamu hotel, tampak seperti parkiran pada umumnya.

Namun, mobil Raisha terus melaju ke area parkir yang lebih dalam, ia mengarahkan mobilnya ke area parkir khusus staf hotel, bahkan semakin dalam lagi hingga Raisha berhenti di depan sebuah pintu gerbang baja tebal yang terletak di sudut dan sedikit menjorok ke dalam. Pintu baja itu tampak kurang mencolok dan bertuliskan sebuah tulisan kecil dan samar :

GUDANG BARANG

Orang awam termasuk staf hotel akan mengira itu hanya akses lain menuju area penyimpanan barang keperluan hotel. Meski mereka tak pernah bisa memeriksanya. Tak ada yang tahu bahwa gerbang baja itu adalah pintu masuk menuju markas NIMBIS.

Raisha mengeluarkan kartu anggota khususnya, sebuah kartu kecil yang tampak biasa saja namun memiliki chip keamanan tertanam di dalamnya. Dengan tenang, dari jendela mobil dia menempelkan kartu itu pada sebuah pemindai tersembunyi di dinding samping.

Suara desis halus terdengar saat pintu gerbang baja terbuka perlahan, memperlihatkan sebuah lorong gelap berlapis baja, sangat berbeda dengan suasana terang di bagian luar.

Raisa segera melajukan mobilnya. Sebuah sensor membaca pergerakan itu dan dengan segera pintu baja tertutup kembali bersamaan dengan lampu modern bercahaya putih yang menyala di sepanjang lorong.

Lorong itu memutar, membawa Raisha ke bagian lain gedung hotel—area yang tak terlihat oleh tamu mana pun. Ini adalah parkiran khusus agen, terpisah dari parkiran tamu biasa bahkan dari staf hotel biasa. Tentu saja, para anggota NIMBIS mungkin dikenal sebagai staf hotel logistik, namun kenyataannya mereka semua adalah para petugas intejen rahasia negara.

Raisha memarkir mobilnya di parkiran dalam yang luas, sebuah pintu masuk lain tampak belasan meter di depannya. Sementara mobil-mobil agen berderet rapi, mencerminkan profesionalisme mereka.

Raisha keluar dari mobil, menutup pintu dengan cepat. Raisha membuka pintu belakang. Ransel besar bergambar Hello Kitty tergolek di kursi belakang, dan ia dengan santai menggendong ransel itu di punggungnya.

Sudah beberapa kali penampilannya sangat bertolak belakang dengan agen rahasia yang biasanya tampil formal dan rapi. Jaket hoodie pink yang ia kenakan, dipadu dengan jeans longgar dan sepatu kets, memberikan kesan seperti anak muda biasa.

Saat berjalan menuju gerbang utama, ia sempat tersenyum kecil kepada seorang penjaga keamanan yang mengenalnya.

Sang penjaga keamanan tersenyum kembali, meski tak dapat menyembunyikan keterkejutannya setiap kali melihat Raisha yang berpenampilan santai. Bagaimana mungkin gadis ini, yang terlihat seperti anak-anak dengan ransel bergambar karakter kartun, sebenarnya adalah salah satu agen dengan prestasi tertinggi di NIMBIS?

"Selamat pagi, Bu Raisha," sapa penjaga keamanan dengan sopan, menundukkan kepala sedikit.

"Pagi," jawab Raisha singkat sambil berjalan melewatinya dengan langkah tenang, tanpa tergesa.

Penjaga keamanan itu kemudian menatap kepergian Raisha lebih lama. Ia kembali menggelengkan kepala, teringat bahwa Raisha adalah peraih sabuk hitam Taekwondo dan memiliki IQ 155, yang diakui sebagai agen dengan otak terpandai di NIMBIS. Meski tubuhnya tampak mungil dan penampilannya jauh dari kata formal, Raisha memiliki reputasi luar biasa.

Raisha melangkah mantap menuju lobi markas, sebuah ruangan dengan interior modern, luas dan kokoh, seakan melambangkan kekuatan yang tersembunyi di dalamnya. logo NIMBIS terpampang jelas di depannya diikuti kepanjangan dari singkatan itu :

National Intelligence and Military Bureau of Indonesia Specialties

Namun suasana modern yang memajakan mata di bagian lobi itu bukan tujuannya, melainkan markas inti di bawah tanah, Raisa bergegas masuk ke dalam lift dan turun ke ruang bawah tanah beberapa lantai.

Begitu tiba di sana, suasana terasa berbeda. Beberapa agen rahasia lain sudah berkumpul di ruang briefing, semuanya telah berseragam hitam dengan emblem resmi NIMBIS di lengan kanan mereka. Sementara seragam staf logistik hotel tersampir di masing-masing sandaran kursi.

Ruangan ini dipenuhi layar besar, peta dunia interaktif, dan meja konferensi yang panjang. Semua agen duduk dengan fokus pada layar yang sedang menampilkan slide dengan kata "WELLCOME" dalam huruf kapital besar-besar.

Raisha masuk ke dalam ruangan tanpa terburu-buru. Beberapa agen langsung melirik ke arah Raisha, menyadari ada pemandangan tidak biasa. Penampilan Raisha yang masih santai membuatnya tampak berbeda dari rekan-rekannya yang sudah berseragam rapi.

Meski begitu, Raisha sudah punya jawaban untuk membalas semua tatapan aneh mereka. Setelah menatap semua anggota agen rahasia, Raisha langsung berkata dengan nada datar, "Ini hari libur, dan aku membawa seragamku di ransel."

Beberapa agen yang tadinya ingin berkomentar hanya mengangguk kecil, mengerti bahwa Raisha datang dengan panggilan mendadak di hari libur, seperti yang mereka semua alami.

Raisha duduk di kursi yang masih kosong dan membiarkan ranselnya tergolek di lantai. Matanya langsung tertuju pada slide yang ada di depan, fokus pada tugas yang akan diberikan.

Greg, kepala agen yang berwibawa, sudah berdiri di samping layar besar. Pria bertubuh tinggi besar dengan rambut mulai memutih itu menatap Raisha sekilas dengan sedikit rasa heran di wajahnya. Namun dia tahu, ini memang panggilan di hari libur.

Raisha adalah agen yang luar biasa, seorang agen dengan IQ tertinggi di antara rekan-rekannya serta rekam jejak prestasi yang menonjol di berbagai misi. Greg sadar, setelan santai Raisha tidak mengubah ketangguhan Raisha sama sekali. Lagi pula bukan salah Raisha jika kali ini harus memenuhi panggilan tugas di hari libur. Namun, Greg tetaplah orang yang disiplin.

"Raisha," panggil Greg dengan nada sedikit tegas, tapi tak menunjukkan kemarahan. "Waktumu nanti hanya dua menit setelah ini."

Raisha mengangguk mengerti, matanya tetap terfokus pada Greg. Tanpa banyak bicara, dia menegaskan dirinya siap untuk mengikuti apa pun instruksi yang diberikan.

Greg menatap semua agen yang telah berkumpul, termasuk Raisha yang belum berseragam. Dalam pikirannya, Greg menghargai dedikasi dan kemampuan luar biasa Raisha. Dia tahu Raisha tak pernah mengecewakan dalam tugasnya, bahkan dalam keadaan mendesak sekalipun. Dan dia tahu kali inj tugas khusus menanti Raisha.

"Baik, briefing akan segera dimulai," ucapnya dengan nada berat dan dalam, menunjukkan bahwa yang akan disampaikan kali ini bukanlah hal biasa.

"Meski kita dalam suasana mendadak, semua harus tetap fokus," lanjut Greg, sambil menatap layar besar di belakangnya. Matanya mengamati setiap agen yang duduk di depannya, menilai kesiapan mereka.

Greg adalah pria yang sangat dihormati di NIMBIS. Tubuhnya yang tegap dan wajah kerasnya mencerminkan sifatnya yang tegas dan tanpa kompromi. Dia telah memimpin banyak operasi besar dan menjadi ujung tombak dalam menangani krisis intelijen yang mengancam keamanan nasional.

Pengalaman puluhan tahun di dunia intelijen membuatnya mampu membaca situasi dengan ketenangan luar biasa. Namun, di balik sikap dinginnya, Greg juga sangat mengutamakan keberhasilan timnya dan tidak ragu memberikan apresiasi pada agen-agen yang berprestasi, termasuk Raisha.

Meskipun Greg tahu Raisha memiliki bakat luar biasa dan menjadi salah satu agen paling berharga, dia juga tahu pentingnya kedisiplinan. Dia harus memastikan Raisha, meskipun dalam suasana libur, tetap menjaga etos kerjanya, dan dalam hal ini dia memberikan waktu singkat untuk Raisha berganti seragam setelah briefing usai.

"Bersiaplah. Penjelasan ini takkan lama. Setelah itu, kita semua akan beralih ke mode operasional penuh." Suara Greg terdengar tegas dan membuat semua orang di ruangan itu menyadari betapa serius situasi kali ini.

TBC

Dukung terus "Raisha & Arya" menghadapi kejahatan Dr. Brain di novel ini ya teman-teman ! Jangan lupa LIKE, COMMENT, KASIH BINTANG & IKUTI Author, biar Author tambah semangat !!! Sampai jumpa di chapter berikutnya, daaah... !!!

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!