Di tengah kesibukan kota modern yang serba cepat, Ferdy, seorang pria yang dulunya memiliki segalanya, kini menjadi pecundang. Ditinggal istri yang telah meninggalkannya, Ferdy merasa hidupnya hancur dan tak memiliki arah. Kesehariannya dipenuhi dengan kesedihan dan keraguan, mengingat kembali kejatuhannya dari puncak keberhasilan hingga menjadi seseorang yang tidak diperhitungkan.
Suatu hari, untuk melarikan diri dari kenyataan pahitnya, Ferdy memutuskan untuk pergi ke gunung, mencari ketenangan dan mungkin sebuah jawaban. Dalam perjalanan menuju puncak, ia terperosok ke sebuah gua misterius yang tersembunyi dari pandangan umum. Di dalam kegelapan gua itu, Ferdy menemukan sebuah gelang antik yang mengeluarkan cahaya lembut. Tanpa disadari, gelang itu adalah kunci dari sebuah sistem kekayaan dan kekuatan yang tak terbayangkan sebelumnya.
bagaimana cerita ferdy bangkit dari keterpurukan menuju ke kekuasaan tetapi masih memiliki kebaikan dan membantu sesama yang kesusahan dan menderita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon F3rdy 25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehancuran the lion
Ferdy berdiri tegap di tengah arena gudang yang berantakan. Satu per satu anak buah Andi yang mencapai ribuan, terus menyerang tanpa henti. Meski bertangan kosong, Ferdy dengan konyolnya terus menghindar, menangkis, dan sesekali melontarkan candaan sambil melumpuhkan musuh.
Ferdy (tertawa, sambil menghindari sabetan pisau):
"Wah, gue kayak main game di level yang salah nih. Masa gue lawan seribu orang?! Ini kayak lagi main Dynasty Warriors!"
Preman 1 (kesal, sambil menyerang dengan golok):
"Jangan bercanda, lo! Gue bakal abisin lo!"
Ferdy dengan cepat menunduk dan menyapu kaki preman itu, membuatnya jatuh berdebam ke lantai. Setelah itu, ia melompat ke atas dan menghindari pukulan dari preman lain.
Ferdy (melompat ke arah belakang, sambil menendang preman lainnya):
"Wah, maaf, bro! Udah gue bilang, lo nggak usah serius-serius amat. Gue baru warming up!"
Dalam satu jam penuh, Ferdy terus bergerak dengan lincah, mengelak dari senjata-senjata tajam yang melayang ke arahnya. Sebagian anak buah Andi menggunakan golok, sebagian lagi memakai pentungan, rantai, dan bahkan beberapa mencoba menyerang dengan besi. Tapi Ferdy, dengan kekuatannya yang baru diperoleh dari Sisum, bisa menghindar dengan mudah, meski sesekali terlihat santai.
Ferdy (tersenyum sambil mengelak dari rantai yang dilemparkan ke arahnya):
"Kayak di film aksi, nih! Satu lawan seribu! Mana popcorn gue?"
Satu demi satu, preman-preman Andi mulai tumbang, entah karena mereka kelelahan atau karena Ferdy berhasil melumpuhkan mereka dengan jurus-jurus yang tak terduga. Ferdy juga sering kali berimprovisasi dengan gaya bertarung konyolnya.
Ferdy (menggunakan helm yang tergeletak di lantai sebagai perisai, tertawa):
"Helm ojol ternyata bisa buat bertarung juga ya, siapa sangka?"
Akhirnya, setelah satu jam penuh bertarung, semua anak buah Andi terkapar di lantai gudang. Ferdy yang masih berdiri tegak, terlihat sedikit berkeringat, tapi masih segar bugar. Ia melirik sekeliling, memastikan bahwa tidak ada lagi preman yang tersisa.
Ferdy (sambil menghela napas):
"Capek juga ya, lawan seribu orang. Tapi gue masih kuat. Kayak superhero yang belum dapet waktu istirahat!"
Namun, dari pojok ruangan, terdengar suara tawa lembut. Di sofa tua yang ada di sudut gudang, Andi sedang duduk dengan santai. Di sisinya, dua wanita kembar yang seksi, dikenal sebagai Twin Puppies, sedang bermesraan dengannya. Mereka adalah anak buah kepercayaan Andi, terkenal kejam dan tak mengenal ampun.
Andi (tersenyum licik, sambil memeluk kedua wanita itu):
"Ferdy, lo hebat juga. Tapi lo belum ketemu anak buah gue yang sesungguhnya. Biarkan mereka yang ngurus lo. Twin Puppies, abisin dia!"
Twin Puppies (berdiri serentak, tersenyum licik):
"Hihihi... Sudah lama kami tidak bersenang-senang. Siap-siap, Ferdy."
Kedua wanita kembar itu melangkah maju dengan anggun, tetapi setiap gerakan mereka terlihat mematikan. Mereka dikenal tak hanya karena kecantikan mereka, tapi juga karena kemampuan bertarung pedang yang luar biasa. Mereka terkenal mampu menghabisi lawan tanpa sedikit pun merasakan belas kasihan.
Ferdy (tertawa gugup, melihat mereka mendekat):
"Wah, wah. Ini sih bahaya. Gue lawan dua orang cewek? Tapi... cantik juga sih. Hmm, tapi mereka kembar, kan? Jadi, ya... tantangan dua kali lipat."
Twin Puppies (tersenyum, memamerkan pedang mereka):
"Siap-siaplah, Ferdy. Ini akan menyakitkan. Hihihi..."
Tanpa peringatan, Twin Puppies langsung menyerang. Gerakan mereka cepat dan mematikan. Setiap sabetan pedang mereka mendesing di udara, mencoba menebas Ferdy. Ferdy, yang tadinya santai, kini mulai serius mengelak dan bertahan.
Ferdy (sambil melompat ke belakang, menghindari serangan):
"Wah, wah! Ini beda level, nih! Kayaknya gue nggak bisa main-main lagi!"
Merasa terdesak, Ferdy melihat pedang yang tergeletak tak jauh dari tempatnya berdiri. Dengan cepat, ia mengambil pedang itu dan bersiap melawan kedua wanita kembar tersebut.
Ferdy (dalam hati):
"Gue cuma punya satu pedang, tapi mereka berdua... Ini bakal seru. Tapi kalau gue pakai semua kekuatan gue, bisa-bisa gue nggak ngendaliin diri. Santai dulu, Ferdy, santai."
Pertarungan pedang pun dimulai. Twin Puppies menyerang dengan gerakan yang sinkron dan penuh kecepatan. Meski terlihat tidak adil karena Ferdy harus melawan dua orang sekaligus, dia mampu mengimbangi serangan mereka. Setiap kali mereka menyerang, Ferdy berhasil menangkis dengan pedangnya, sambil sesekali melontarkan candaan.
Ferdy (tertawa sambil menangkis serangan):
"Wah, gue kayak lagi main dance battle! Lo berdua sinkron banget, kayak boyband! Tapi gue juga punya jurus joget, nih!"
Salah satu kembar, mencoba menebas dari samping, tapi Ferdy dengan cekatan menghindar dan balas menyerang. Pertarungan semakin intens, gerakan mereka begitu cepat hingga terlihat seperti kilatan cahaya di dalam gudang yang gelap itu.
Twin Puppy 1 (tersenyum licik, sambil menyerang dengan cepat):
"Gue suka cowok yang tangguh. Tapi lo nggak bakal menang lawan kami."
Ferdy (sambil menangkis dan memutar pedangnya):
"Gue juga suka cewek yang tangguh, tapi... gue lebih suka kalau kita nongkrong aja daripada berantem begini!"
Pertarungan terus berlangsung, semakin panjang dan melelahkan. Ferdy mulai merasa kelelahan, tapi Twin Puppies juga terlihat mulai kehabisan tenaga. Mereka mulai melambat, dan Ferdy tahu ini adalah saatnya untuk menyudahi pertarungan.
Dengan serangkaian gerakan cepat, Ferdy berhasil menjatuhkan pedang salah satu dari mereka. Twin Puppy itu terjatuh ke tanah, terengah-engah, sementara yang satunya berusaha keras untuk terus menyerang, meski tenaganya semakin melemah.
Ferdy (menghela napas, sambil mempersiapkan serangan terakhir):
"Waktunya udahan, girls. Gue nggak mau ada yang mati hari ini."
Dengan satu gerakan tegas, Ferdy berhasil melumpuhkan kedua kembar itu tanpa membunuh mereka. Twin Puppies terjatuh, kehabisan tenaga, dan pingsan di tempat.
Ferdy (mengusap keringat di dahinya, tersenyum):
"Huh, akhirnya kelar juga. Capek, sih, tapi... keren juga ya, gue."
Andi yang sedari tadi hanya menonton, berdiri dari tempat duduknya, terkejut melihat kedua anak buahnya kalah.
Andi (marah, menggertak):
"Nggak mungkin! Twin Puppies kalah?! Ferdy, gue bakal abisin lo!"
Saat akan menyerang andi, ferdy kaget dengan suara keras bagai dentuman bom dari arah samping dipun berhenti dan saat menoleh kesamping kanan disaat bersamaan dentum dinding pun hancur.
Dengan bertebar debu mengelilingi reruntuhan dinding, terlihat siluet seekor banteng tapi berdiri dengan dua kaki dan memegang gada besar.