Berry Aguelira adalah seorang wanita pembunuh bayaran yang sudah berumur 35 tahun.
Berry ingin pensiun dari pekerjaan gelap nya karena dia ingin menikmati sisa hidup nya untuk kegiatan normal. Seperti mencari kekasih dan menikah lalu hidup bahagia bersama anak-anak nya nanti.
Namun siapa sangka, keinginan sederhana nya itu harus hancur ketika musuh-musuh nya datang dan membunuh nya karena balas dendam.
Berry pun mati di tangan mereka tapi bukan nya mati dengan tenang. Wanita itu malah bertransmigrasi ke tubuh seorang anak SMA. Yang ternyata adalah seorang figuran dalam sebuah novel.
Berry pikir ini adalah kesempatan nya untuk menikmati hidup yang ia mau tapi sekali lagi ternyata dia salah. Tubuh figuran yang ia tempati ternyata memiliki banyak sekali masalah yang tidak dapat Berry bayangkan.
Apa yang harus dilakukan oleh seorang mantan pembunuh bayaran ditubuh seorang gadis SMA? Mampukah Berry menjalani hidup dengan baik atau malah menyerah??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hilnaarifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
"Ups... maaf yang gadis-gadis. Disini bukan tempat untuk merokok." Ucap Dian sambil mencabut rokok dari tangan seorang murid perempuan sekolah Lorence.
Pemuda itu segera menghancurkan nya di tanah dan menatap gadis-gadis itu dengan senyum profesional nya.
Gadis itu menatap Dian tajam karena pemuda itu sudah mengganggu ketenangan nya.
"Jangan protes, kalian tidak lupa kan, ini Dominic bukan Lorence. Jadi tolong ikuti peraturan nya jika tidak mau di usir." Sambung Dian dengan tegas.
Dia sudah mengawasi anak-anak dari sekolah Lorence seperti perintah Gama, dan ternyata benar. Mereka selalu ingin membuat masalah disini.
Gadis itu pun mendengus dan segera pergi mengajak teman-teman nya. Dian pun
menghela nafas, lelah juga jika harus kesana kemari untuk mengecek kelakuan buruk murid-murid Lorence.
Di atas sana, ada Alice yang menimbang untuk turun atau tidak ke bawah untuk mencari makan.
Ingin meminta bantuan Gama, dia tidak memiliki nomor pemuda itu. Tapi, perut nya sudah terlalu lapar dan ingin segera diisi. Dia sedikit menguap, sudah lah, lebih baik dia mementingkan keadaan perut nya dari pada yang lain.
Alice membawa jaket putih nya, kenapa tidak hitam? Karena geng sialan itu akan segera mengenal nya jika dia memakai jaket hitam.
Dia segera memasang kupluk jaket nya dan berjalan menuruni tangga dengan santai.
Lantai atas cukup sepi, karena semua murid memilih turun di bawah dan menonton pertandingan dari dekat sambil menikmati makanan yang ada di stand.
Sesampainya di bawah, dia cukup kesulitan melewati lorong yang sangat ramai, ini di akibatkan oleh kedatang murid dari sekolah tetangga.
Alice mengutuk dalam hati nya, mencari makan saja sungguh merepotkan dan menggali kesabaran nya.
Barangkali karena terlalu kesal, dengan
sengaja dia menabrak murid-murid lain. Tanpa meminta maaf dia segera melarikan diri.
Dia di maki sedari tadi oleh orang-orang yang ia tabrak tapi apa peduli Alice. Di kantin terlalu ramai, dia pun mengalihkan tujuan nya pada stand yang menjual makanan juga.
Kebetulan yang menjaga stand seangkatan dengan Alice. "Gue mau beli ini dong." Kata Alice santai, dengan cepat mereka membungkus pesanan Alice.
Gadis itu pun membawa jajanan nya dengan senang hati, kaki nya berjalan mencari tempat untuk duduk.
Kebetulan, ada tempat kosong yang terletak di sebelah kumpulan pemuda, Alice tidak terlalu memperhatikan mereka dari sekolah mana, dia hanya asal duduk dan menikmati makanan nya dengan tenang.
Dia lupa membeli minuman tadi tapi sudah lah.
Tuk
Kepala Alice tidak sengaja terkena lemparan kaleng minuman soda dari sampingnya, tidak lama terdengar suara tawa para pemuda yang cukup membuat Alice merasa jengkel.
"Sorry ya, gue nggak sengaja." Kata seorang pemuda bertopi yang seperti nya pelaku pelemparan kaleng soda ke kepala Alice.
Tidak ada rasa bersalah di wajah nya, pemuda itu bahkan seperti sedang menahan tawa.
Alice mengunyah makanan nya sambil menatap sekumpulan pemuda itu dengan kosong, dia menaikkan salah satu alis nya tidak senang. "Gue tahu Lo pada sengaja, nggak usah sok merasa bersalah." Ucap Alice datar.
Mereka menatap Alice aneh, seakan-akan gadis itu berasal dari dunia lain meski memang benar.
"Ya, terus? Kalau memang sengaja kenapa, Lo mau balas?"Tanya penmuda tadi dengan nada menghina.
Teman-teman nya kembali tertawa mengejek Alice, mata tajam Alice tidak sengaja melihat lambang sekolah pemuda sialan itu.
Pantas saja, ternyata dari sekolah geng Jupiter. Penghuni nya tidak berbeda jauh dengan para pembuat onar sana.
Alice mengambil kertas bungkus donat nya, dia mengoyakkan nya menjadi sedikit lebih kecil dan meremas nya hingga berbentuk bola.
Dia menyipitkan matanya, "Woi" Panggil Alice pada pemuda tadi.
"Ha?"
Tuk
Alice menyentil gumpalan kertas itu dengan kuat dan mengenai kening pemuda tadi. Pemuda itu pun meringis pelan, lemparan itu dalam sekejap dapat membuat kening nya memerah.
"Maaf ya, gue nggak sengaja. Tadi nya mau mukul lalat nakal, yang gangguin gue tadi." Ucap Alice dengan senyuman tipisnya namun mata nya kosong dan tidak ada emosi di dalamnya.
Pemuda itu menggeram dan mengerutkan kening nya tidak senang. Dia menatap tajam pada Alice, "Berani juga ya Lo"Ucap nya kasar pada Alice.
Gadis itu hanya mengangkat bahu acuh, "Makanya jangan jadi lalat yang nakal." Balas Alice santai.
Gadis itu kembali melanjutkan memakan donat nya yang tersisa separuh. Pemuda itu mengambil kaleng lain dan segera melempar Alice lagi dengan sedikit lebih kuat dari yang tadi.
Alice yang sibuk memakan donat nya, dengan santai memiringkan kepalanya hingga kaleng itu melesat dan tidak jadi mengenai nya.
Para pemuda itu cukup terkejut melihat sikap santai Alice dalam menghindari lemparan kaleng itu.
"Jangan coba-coba, gue lagi malas berantem soal nya." Ucap Alice datar tapi pandangannya hanya fokus pada pemandangan lapangan, dia bahkan tidak melihat para pemuda itu.
Pemuda itu merasa terhina dengan sikap Alice, dia pun ingin mendatangi gadis itu, namun seseorang menahan nya dari belakang.
Dia segera berbalik dan mendadak terdiam.
"Bagas?" Gumam nya pelan, orang yang menahannya adalah Bagas, si ketua Jupiter.
Pemuda itu menyuruh teman nya mundur, "Hentikan." Kata nya sebagai peringatan. Mau tidak mau, pemuda itu pun menurut.
Bagas menatap gadis itu penasaran, dia pun mendatanginya. "Maaf atas kelakuan teman-teman gue." Ucap nya pada Alice dengan ramah.
Alice berhenti makan, dia mengalihkan perhatian nya pada orang yang mendatanginya.
Mata kedua nya bertemu sesaat. Alice cukup terkejut, dan segera menyingkir dari pemuda itu.
Bagas terdiam. Namun, sedetik kemudian dia pun tersenyum miring sambil menatap lekat gadis tersebut. Alice mengumpat dalam hati nya, kenapa nasibnya selalu saja sial?
"Ketemu juga ternyata." Ucap Bagas dengan main-main. Alice hanya mencoba bersikap biasa saja setelah mendengar ucapan pemuda itu. Dalam hati dia berteriak agar Gama membawa nya pergi dari sini sekarang.
^^
tp yg baca ko dikit y..
yooo ramaikan hahhlah
semangat kk