siapkan tisu sebelum membacanya ya geees.. cerita mengandung bawang 😅
" kamu harus menikah dengan Rayhan. Shena" ucap ibu lirih
"Kenapa harus Shena Bu? bagaimana dengan mas Arhan yang sedang berjuang untuk Shena?" aku menyentuh lembut jemari ibuku yang mulai keriput karena usia yang tidak muda lagi.
"menikahlah Shena. setidaknya demi kita semua, karena mereka banyak jasa untuk kita. kamu bisa menjadi suster juga karena jasa mereka, tidakkah ada sedikit rasa terima kasih untuk mereka Shena?"
ibuku terlihat memohon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENYUSUL MAS RAYHAN
Cukup lama aku berkeliling dan ikut memantau para pekerja menimbang hasil panen buah kali ini.
Setelah cukup lama aku di kebun. Aku ingin menemui Adit sahabatku sebelum aku pulang ke rumah. Adit adalah sahabatku yang selalu menemaniku di saat aku sedang kacau
Perjalanan cukup jauh karena rumah Adit berada di pinggir desa kami dan hampir mendekati kota. Hanya Adit yang mengerti lukaku. Hanya dia yang tahu seberapa kacaunya aku harus bertahan dalam pernikahan yang tidak aku inginkan ini.
Aku menghentikan mobilku di depan pagar rumah Adit. Saat itu Adit sedang duduk santai di teras rumahnya yang asri
“Rayhan, sendiri saja?” tanyanya.
“Iya, aku mau numpang mandi setelah itu numpang istirahat sekalian” ucapku yang langsung nyelonong masuk ke rumahnya
“Aku mau ke kafe, kamu mau istirahat di rumah atau di kafe?” tanyanya. Adit memiliki sebuah kafe di sebelah rumahnya
“Nanti aku menyusul, aku mau mandi dulu” ucapku
“Ya sudah” sahutnya
Aku menuju kamar Adit, menumpang mandi dan mengganti bajuku dengan bajunya. Aku sudah terbiasa dengan ini semua. Begitupun sebaliknya Adit denganku. Selesai mandi aku menyusul Adit ke kafenya
Kafe Adit cukup mewah dan estetik bagi anak muda. Tapi, banyak juga orang tua yang suka nongkrong di sini. Apalagi Adit suka menerima bookingan khusus dari para pria hidung belang.
Aku melangkah menuju kafe yang cukup ramai sore ini. Dan akan lebih ramai di saat malam hari. Aku menemui Adit yang berada di ruangan nya.
“Sibuk?” tanyaku.
“Nggak juga” jawab Adit seraya melangkah mendekatiku. “Kita ke sebelah saja, biar bisa sambil karaokean” sambungnya.
“Tidak ada wanita kan?” tanyaku penuh selidik.
Adit terkekeh dan menepuk bahuku cukup keras “Nggak tenang saja, aku tahu kamu tidak suka itu”
“Sialan!”
“mau minum apa? Jangan bir, ini masih sore” katanya.
“Nawarin tapi ngasih larangan juga. Aneh!”
“Aku malas kalau kamu mabuk di sini, bisa repot aku!”
“Terserahlah, aku hanya ingin bersantai” jawabku
Aku merebahkan tubuhku di sofa yang tidak terlalu empuk ini. Membuang jauh semua masalah yang selama ini membuatku gila. Aku cukup gila karena kehilangan Naila dan di tambah semakin gila dengan kehadiran Shena.
“Jus wortel biar mata terang” Adit menyodorkan segelas minuman berwarna orange.
Aku melotot menatap Adit yang sedang terkekeh. Dia tahu aku tidak suka wortel, dia malah membuatkan ku jus wortel dasar teman laknat.
“Jangan terlalu serius lah, karaokean saja biar nggak galau daripada main cewek malah tambah dosa kita” ucap Adit asal.
“Nyadar juga kamu Dit”
Adit menyalakan musik dengan keras. Aku mencoba bersantai. Waktu terus berlalu hingga malam tiba. Aku merasa lapar dan aku memesan makanan yang juga di sediakan di kafe ini.
Malam ini entah berapa batang rokok yang sudah aku habiskan
“kenapa? Kamu kelihatan frustasi. Kalau kamu gini terus bisa – bisa stok rokok di kafe ku habis hanya buatmu”
“Aku butuh pelampiasan malam ini” ucapku sambil bersandar di sofa ruang kerja Adit.
“Kamu kan sudah punya istri. Kenapa tidak bermanja dengan istrimu. Sudahlah buka hatimu untuk istrimu lupakan Naila. Tidak baik kamu selalu mengingat Naila. Tidak mungkin juga Naila kembali ke dunia ini. Mungkin sekarang pun dia sudah tinggal tulang”
Aku menghela napas dengan berat “Tidak semudah itu, hidupku rasanya sudah terbawa oleh Naila”
“Aku rasa kamu memang sudah gila”
Aku hanya terdiam, meraih gelas yang sudah terisi alkohol. Aku menenggaknya sampai gelas yang aku pegang kosong dan isinya pindah ke lambungku.
“Aku lihat istrimu sangat baik, cantik dan sepertinya Sholihah. Kenapa kamu tidak berusaha membuka hatimu untuknya. Jangan menyiksa dirimu seperti ini terus.” Adit menasihati ku
“Aku sudah berniat membawanya ke rumahku untuk memulai kehidupan baru. Tapi, dia tidak mau. Mungkin dia takut tinggal berdua denganku”
“tentu saja dia takut jika sikapmu seperti ini. Mana ada wanita baik – baik yang mau tinggal berdua denganmu. Sama saja seperti bunuh diri” ucapnya ketus. “Ubahlah sikapmu dengannya, mungkin dia akan menerimamu”
Tak sadar aku sudah terlalu banyak minum, Adit menarik paksa botol yang aku pegang. “Sudah cukup, Ray. Kamu benar – benar gila, cintamu untuk Naila membuatmu benar – benar gila”
Aku mengabaikan omelan Adit yang sudah seperti ibu mengomeliku. “Heh! Ray berhentilah merusak diri sendiri, sadar Ray” teriaknya di telingaku
Aku tetap diam, aku masih merebahkan tubuhku di sofa, rasanya aku ingin tidur, sambil membayangkan Naila ada di dekapanku saat ini.
“Naila, sini sayang aku merindukanmu” aku mendekap tubuhku sendiri seolah – olah aku lagi memeluk erat Naila.
“Gila!”
Aku mengabaikan segala umpatan Adit.
Tiba – tiba Gea menarik tubuhku, dia menjauhkan ku dari Naila dan dia memelukku. Aku nggak tahu sejak kapan dia ada di sini.
“Heh! Apa – apaan ini!” teriakku sambil menepis pelukan Gea.
“Aku Gea mas, berhentilah membayangkan yang sudah mati.
“Pergi kamu, jangan sentuh aku. Kamu membuat Naila marah”
Plak!
“Ray, sadar!” Adit menampar pipiku cukup keras
“Mas kenapa sih kenapa selalu Naila, Naila dan Naila. Kamu tahu Naila sudah mati dan sekarang dia tinggal tulang di dalam tanah sana”
“Jangan ikut campur kamu! Naila meninggalkanku dan sekarang Shena menolak ku” racauku. “Tidak ada yang menerimaku selain Naila”
Aku kambali menyandarkan punggungku di sofa.
“Ray, buka matamu. Ada Shena di sini. Dia menjemputmu” ucap Adit
“Aku tidak mau bertemu Shena, buat apa dia di sini. Melihatnya membuat aku merasa bersalah. Aku nggak mau menduakan Naila dengan Shena” aku meracau nggak jelas. Entah apa yang sudah aku ucapkan aku pun tak menyadarinya.
************* Arshena Humaira*************
Aku memandang Mas Rayhan yang sudah ngelantur sejak tadi. Bahkan dia menolak Gea terang – terangan. Hanya ada nama Naila yang terus menerus dia sebut. Siapa lagi Naila ini?
“Mas, maksudnya apa?” aku memandang teman mas Rayhan yang tadi menghubungiku agar aku menjemput Mas Rayhan di kafe miliknya.
“Maaf Shena, dia lagi mabuk. Naila itu pacarnya yang sudah tiada. Kamu tidak perlu khawatir soal itu” jelasnya
"Jadi gimana caranya saya membawa Mas rayhan?” tanyaku pada teman Mas Rayhan itu.
“Kalian menginap saja di sini” ucapnya sambil menunjuk sebuah kamar yang ada di ruangan itu.
Aku mengusir Gea dari ruangan ini. Karena dia terus saja berusaha menyentuh Mas Rayhan. Padahal aku lihat mas Rayhan sudah menolaknya
“Gea, sudah cukup. Sebaiknya kamu pergi dari sini. Lagian mas Rayhan sudah nggak mau kamu sentuh” usirku.
“Ini semua gara – gara kamu!” teriaknya
“Karena aku katamu. Apa kamu tidak punya malu, jelas – jelas mas Rayhan sudah nggak mau kamu Sentuh” aku menatap tajam ke arah Gea yang terlihat kesal itu. Dia terus memakiku sambil melangkah pergi.
paling yaah jealous 2 dikit laaah
manusiawi kok...
biar si Rayhan 'lupa' pd naila..
kini dia hrs menjaga shena, masa depan nya
apa aj itu isinya????
wkwkwk
stlh shena sembuh,
gugat cerai ajalah si Rayhan...
Kdrt pun...
hahhh.
walaupun cerai itu boleh tp ttp dibenci.Alloh....
dan shena masa depanmu..
Ray...
bisakah kamu membedakannya?
bukan berarti kamu hrs melupakan Naila...
pria bermuka dua