Cyra Alesha wanita berusia 25 tahun wanita yang berhati baik dan tulus selalu di bully dan di hina karena fisiknya yang berbeda dari yang lain.Semua orang selalu memandang remeh Cyra akan karena fisik yang tak terawat.
Bagaimana kisah Cyra Alesha selanjutnya?
simak ya gess..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24
Mini yang melihat suaminya lama berdiri didepan pintu pun menyusulnya. "Ada apa sih Pa---Cyra, Rendi !?" Kagetnya, tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Melihat Ibu mertuanya muncul Cyra tersenyum, lalu memeluk Ibu mertuanya. "Assalamualaikum, Bapak dan Ibu apa kabar ?" Cyra juga merindukan Mini Ibu mertuanya.
"Waalaikumsalam, Ibu dan Bapak baik dan sehat Nak. Kau dari mana saja, kami sangat merindukanmu, Rendi juga sudah mencari mu ke mana-mana tapi kau tak ada di mana pun" Mini balas memeluk Cyra.
"Maaf kan Cyra ya Bu, Cyra pergi tanpa pamit. Cyra membuat kalian semua khawatir"
"Jangan pergi lagi, Nak berjanjilah" Ucap Mini.
Rendi tersenyum melihat pemandangan didepannya yang sangat membahagiakan. Jika biasanya menantu dan mertua tidak akur atau berselisih tapi berbeda dengan Cyra, ia sangat menghormati dan menyayangi Mini Ibu mertuanya.
"Nek, Hasa haus !" Teriakan Hasa terdengar dari dalam.
Cyra dan Mini melepas pelukan. "Hasa ada di dalam Bu?" Tanya Cyra.
Mini mengangguk dengan senyuman. "Iya, ayo masuk ! Hasa pasti senang Mamanya sudah kembali" Cyra pun masuk dengan merangkul Mini. Keduanya berjalan bersamaan seperti Ibu dan anak kandung.
Rizwan dan Rendi menatap kepergian para istrinya. Keduanya lalu beradu tatap. "Ren, kau memang tak salah pilih istri. Lihatlah istrimu sangat menyayangi Ibu mu" Puji Rizwan.
Rendi tersenyum, lalu merangkul bapak. "Itu berkat do'a dari Bapak dan Ibu"
Rizwan terkekeh, menepuk punggung Rendi. "Ayo masuk, setelah ini bapak yakin padamu Ren" Ucap Rizwan memapah Rendi yang masih sempoyongan.
"Yakin apa Pak?"
"Kau akan segera sembuh, kan obatmu sudah pulang" Bisik Rizwan ditelinga Rendi.
Rendi mengernyit. "Obat?"
"Tuh !" Rizwan menunjuk Cyra dengan ekor matanya.
"Ya Alloh, Pak !" Malu Rendi saat tahu obat yang dimaksud bapak adalah istrinya. Rendi pun segera memalingkan wajah menyembunyikan senyumnya.
Melihat Rendi yang salah tingkah Rizwan pun ikut memalingkan wajah, terkikik geli. "Dah lah cinta memang seaneh itu" Batin Rizwan geli.
Hasa yang sudah duduk bersandar di atas brankarrr terkejut melihat seseorang yang sangat lama ia rindukan. "Mama !" Serunya senang.
Cyra tersenyum lebar, sedikit berlari mendekati Hasa dan memeluknya penuh rasa rindu. "Ya Alloh, Hasa. Ada apa dengan mu sayank? Mama sedih mendengar kabar Hasa sedang sakit" Cyra mengusap kepala bagian belakang Hasa menghirup aroma telon yang selalu membuatnya tenang.
Hasa balas memeluk Cyra, walau nyata kedua tangan mungilnya belum bisa menjangkau seluruhnya. "Mama ke mana saja? Hasa merindukan Mama makanya Hasa jadi sakit"
Cyra tersenyum haru. "Maafkan Mama sayank, Mama pergi tanpa pamit" Cyra ingin melepas pelukan tapi Hasa menahannya.
"Mama tidak boleh pergi lagi, Hasa tidak akan melepaskan Mama lagi !" Celotehnya marah tapi terlihat lucu.
Rendi, Rizwan dan Mini yang melihat tingkah Hasa pada Mamanya pun tersenyum.
"Hasa tidak usah takut Mama akan tetap bersama kita, iya kan Ma?" Tanya Rendi mendekati Hasa mengecup pucuk kepalanya.
Cyra tersenyum manis. "Iya, makanya Hasa harus cepat sembuh. Tidak boleh sakit lagi, oke?" Cyra mengacungkan jari kelingkingnya di depan Hasa.
Tak langsung setuju Hasa justru memalingkan wajah tak mau menatap Mamanya. Membuat Cyra, Rendi, Rizwan dan Mini mengerut kening, bingung dengan tingkah Hasa.
"Hasa kenapa?" Tanya Cyra mewakili semuanya.
Hasa menatap Cyra sedih. "Mama tidak sayank Hasa, Mama jahat sudah meninggalkan Hasa sendirian, hiks...hiks..." Hasa menangis kecil.
Cyra menatap Hasa ikut sedih, Cyra sadar jika dirinya memang salah. Tapi saat itu pilihan yang terbaik adalah pergi. Cyra tak mau membawa Hasa karena tak ingin anaknya melihat dirinya yang menangis dan terpuruk.
"Hasa sayaaank, Mama sudah pulang Nak. Jangan membuatnya sedih, janganlah kau marah padanya. Nanti jika Mama pergi lagi Hasa pasti akan menyesal" Mini mendekati cucunya mengusap puncak kepalanya dengan sayang.
Mendengar tutur kata Nenek yang lembut Hasa memeluk erat Cyra. "Maaf kan Hasa, Ma. Hasa tidak marah lagi kok, Mama janji ya jangan tinggalkan Hasa lagi" Suaranya sedikit gemetar menahan untuk tak menangis.
Cyra mengelus bahu Hasa, mengusap air mata yang penuh di pelupuk supaya tak jatuh. "Mama janji sayank, Mama janji tidak akan meninggalkan Hasa lagi. Maafkan Mama sayank, maaf" Ucap Cyra menyelami kesakitannya waktu itu, teringat akan hari di mana dia meninggalkan Hasa.
"Hasa sayank Mama" Hasa memeluk Cyra bahagia, namun mata cerahnya mengeluarkan air asin.
Rendi, Rizwan dan Mini ikut terharu. mereka ikut merasakan sedih dan bahagia bersamaan.
🔹🔹🔹
Agam yang sudah selesai dengan ibadahnya menyusul sang atasan kekantin rumah sakit. Dan benar saja tak jauh dari tempatnya ia berdiri, nampak dokter Rudi tengah makan dengan teman satu frekuensi di pojok belakang sebelah pinggir kiri nomor dua.
Agam segera memesan makanan lalu membawanya menghampiri ke meja sang atasan. "Dok, permisi. Assalamualaikum" Sapa Agam sembari duduk di kursi yang masih kosong menaruh makanan diatas meja dihadapannya.
Meja kantinnya bulat dan ada tiga kursi jadi mereka bertiga duduknya melingkari meja.
"Waalaikumsalam" Jawab dokter Rudi dan teman satu frekuensinya, yaitu dokter Aya dokter spesialis mata.
"Asisten Agam kau dari mana saja?" Tanya Dokter Aya akrab. "Biasanya di mana ada dok Rudi pasti ada As Agam" Sembari mengunyah cuilan daging lele bakar.
"Ada tugas dari dok Rudi makanya saya baru hadir di antara kalian"
Uhuk Uhuk Uhuk !
"Dok, kau tidak apa-apa?" Tanya Dokter Aya saat dokter Rudi tersedak.
Dok Rudi menggeleng, telinga dan wajah putihnya memerah karena rasa panas dan pedas akibat tersedak sambal cumi.
Agam mengambilkan minum untuk atasannya dan dok Rudi pun segera menerima dan meminumnya.
"Alhamdulilah, Ya Alloh" Lirih Dokter Rudi merasa sudah mendingan.
"Jika boleh jujur, baru kali ini saya melihat seorang dokter tersedak saat makan"
Plukkk
"Aw..!" Pekik Agam saat dok Rudi memukul kuku jarinya dengan sendok.
"Jaga bicaramu Gam, jangan membuat saya malu. Kata-katamu itu yang buat saya tersedak" Sebal dok Rudi melirik kesal pada Agam.
Dokter Aya yang melihat pemandangan lucu didepannya merasa sangat terhibur, senyum tulus terukir dibibirnya yang terolesi lipstik warna merah.
"Maaf Dok hehehe, ternyata seorang dokter juga punya rasa mal--- Eh, jangan-jangan ! Maaf Dok, ampun dok !" Agam tak jadi melanjutkan katanya, dokter Rudi sudah mengangkat mangkok kecil berisi sambal dan akan melemparkan kearahnya.
"Ampun dok, ampun ! Maaf !" Agam mengangkat kedua tangan untuk menutup wajahnya. Takut jika atasannya benar-benar menyiramnya dengan sambal cumi yang lezat itu.
"Kalian berdua sangat lucu, saya suka" Ucap Dok Aya.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
hihihi