"Mimpi Anak Desa"
Anggara Al-fikri, pemuda berbakat dari desa kecil di Malang, mendapat kesempatan emas untuk mewujudkan mimpinya menjadi pemain profesional. setelah mencuri perhatian pelatih selama seleksi di Borussia Dormound II, Angga berkembang pesat dengan bantuan sistem misterius yang meningkatkan kemampuan fisik dan teknik yang diatas rata-rata. di tengah persaingan ketat dan berbagai tantangan, Angga memimpin timnya juara liga remaja jerman dan mencatak prestasi luar biasa, namun perjalanan Angga masih baru dimulai, karena ia kini harus membuktikan kemampuanya dipanggung yang lebih besar_liga profesioanal.
"mimpi anak desa" adalah kisah perjuangan seorang remaja Indonesia dalam meraih kejayaan didunia sepak bola internasional.
novel ini tidak menganut jadwal dan regulasi liga eropa secara menyeluruh, demi perkembangan jalan cerita, jadi mohon dimengerti bila ada jadwal melenceng jauh, seperti liga champion, piala AFF, dan kualifikasi piala dunia 😂🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pria_Misterius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 Emosi Yang Terpendam
Setelah dua kemenangan berturut-turut, Borussia Dortmund U17 semakin percaya diri, tetapi di tengah kemenangan itu , mulai muncul friksi di dalam tim.
Pertandingan berikutnya melawan Rot-Weib Essen akan menjadi ujian nyata, dan ketegangan di antara beberapa pemain mulai memuncak. Angga, dengan bakat yang luar biasanya, menarik perhatian semua orang, tetapi tidak semua senang dengan kehadirannya.
Di dalam ruang ganti, suasana tampak berbeda. Angga duduk di sudut, membuka sistemnya untuk mengecek misi baru.
......................
[ Misi : Bantu Borussia Dortmund U17 mengalahkan Rot-Weib Essen
Syarat : Hentikan serangan kunci mereka, ciptakan 3 peluang gol untuk tim
Hadiah : +10 poin atribut acak, dan skil baru terbuka ]
......................
Angga menarik napas dalam, "ini tidak akan mudah." pikirnya dalam hati. Sebelum dia sempat memenangkan diri, tiba-tiba salah satu rekan setimnya, Lars. Pemain tengah yang lebih senior, melontarkan komentar sinis.
Hei, Angga! Kau pikir semua tentang pertandingan ini tergantung padamu, ya? Kata Lars dengan nada tajam. "Kau memang berbakat, aku mengakui itu, tapi kau bukan bintang utama di sini!!! Kami semua bekerja keras, jangan merasa paling hebat."
Beberapa pemain lain, termasuk beberapa pemain muda, tampak setuju dengan Lars, dan suasana mulai memanas. Angga menatap Lars dengan tenang, meski dalam hati nya sedikit terluka.
Dia tidak pernah bermaksud membuat orang lain merasa terpinggirkan, tetapi jelas keberhasilannya membuat beberapa pemain iri.
Sven sahabat Angga segera berdiri untuk membela Angga. "Apa maksudmu, Lars? Angga sudah bekerja keras seperti kita semua. dia hanya melakukan yang tebaik untuk tim."
Lars mendengus. "Oh ya? Terlalu banyak perhatian yang dia dapat, semua kita tahu pelatih selalu memberi dia kesempatan lebih. Lihat saja, di setiap kesempatan, bola harus selalu lewat dia, ini tim. Bukan pertunjukkan satu orang."
Angga berdiri, meski dengan hati-hati memilih kata-kata nya. "Aku tidak pernah minta di perlakukan berbeda, Lars. Aku hanya melakukan yang di minta pelatih, sama seperti kalian, kita satu tim, kita butuh kerja sama untuk menang."
Florian, salah satu pemain senior, yang biasanya tenang, juga angkat bicara. "Sudah, hentikan ini. Tidak ada gunanya saling menyerang sebelum pertandingan penting, kita semua tahu bahwa Angga memberikan kontribusi besar, tapi itu tidak berarti dia lebih penting dari tim. Kita semua punya peran di sini."
Tapi pertengkaran itu sudah menimbulkan keretakan kecil dalam tim. Beberapa pemain, seperti Lars, tetap merasa kesal dan tidak puas. Saat Roger, pelatih mereka masuk dengan papan strategi mereka, dia segera menangkap suasana tegang di ruang ganti, wajahnya serius.
"KALIAN SEMUA, dengarkan saya sekarang!! Tidak ada tempat untuk egosentrisme di sini, kits menang bersama. Kita kalah bersama, jika ada merasa dirinya lebih penting dari pada tim, dia tidak akan bermain. Sekarang fokus pada pertandingan."
......................
Pertandingan dimulai
Begitu wasit meniup peluit, Borussia Dortmund U17 dan Rot-Weib Essen langsung terlibat dalam pertarungan yang sengit. Para pemain lawan terkenal dengan permainan fisik mereka, dan di menit awal-awal, mereka beberapa kali menjatuhkan Angga dengan tekel keras.
Angga mencoba tetap tenang, meski ia bisa merasakan bahwa beberapa tekan setim nya, termasuk Lars, tidak terlalu mendukungnya seperti biasanya.
Ketika Angga menerima bola, ada momen di mana dia mencari rekan untuk memberikan umpan, tetapi justru tidak ada yang bergerak membuka ruang. Sekilas, ia melihat Lars yang seharusnya berada di posisi terbaik, tapi dia sengaja tidak bergerak.
Hati Angga mulai bergejolak, "mereka sengaja tidak memberiku dukungan?" Pikirnya. Tapi ia menyingkirkan perasaan itu, dan terus fokus pada permainan.
Di menit ke-25'. Rot-Weib Essen melancarkan serangan balik cepat, dan Angga harus kembali membantu pertahanan.
Di sisi lain lapangan, Lars malah kehilangan bola di tengah lapangan, membuat mereka hampir kebobolan. Florian berteriak frustrasi, "Lars, apa yang kau lakukan?"
Angga, alih-alih merasa bersalah, Lars menatap Angga dengan pandangan penuh kekecewaan. "Lihat, bahlan dengamu di sini, kita tetap tertekan. Apa gunanya bakatmu kalau kita tidak bisa menang?"
Angga tidak menjawab, memilih untuk tetap fokus. Tapi di dalam dirinya, dia merasakan konflik, dia tahu dia tidak bisa melawan rekan satu timnya di saat seperti ini. Ada sesuatu yang lebih penting yaitu kemenangan.
......................
Babak ke dua
Di babak kedua, suasana semakin memanas. Angga berusaha untuk tetap bermain seperti biasa, tetapi ketidak paduan tim mulai terasa. Lars dan beberapa pemain sengaja bermain lebih egois, tidak memberikan umpan yang seharusnya, dan akibat serangan Borussia Dortmund U17 sering gagal.
Pada menit ke-60'. Sebuah peluang emas tercipta. Angga berhasil menerobos pertahanan lawan, dan melihat Sven bebas di sisi kanan. Dia mengirimkan umpam terobosan yang sempurna, tetapi, alih-alih memberikan umpan silang. Lars yang berada di dekat Sven memaksa dirinya untuk menembak dari jarak jauh. Bola melambung tinggi di atas mistar gawang, dan kesempatan itu hilang.
Roger berteriak dari pinggir lapangan wajahnya penuh kemarahan, "LARS! FOKUS PADA TIM, BUKAN DIRIMU SENDIRI."
Angga menahan rasa frustasinya, ini bukan waktunya untuk bertengkar di lapangan, tapi jelas bahwa masalah di dalam tim mulai terganggu permainan mereka.
Di menit ke-85'. Borussia Dortmund U17 masih berjuang untuk setidak nya menghasilkan hasil imbang. Rot-Weib Essen terus menekan, dan pertahanan Dortmund U17 mulai kelelahan. Saat pertandingan memasuki masa injury time, Angga mendapatkan bola di tengah lapangan.
Dengan dribble cepatnya, ia berhasil melewati dua lawan, di depan nya Sven dan Florian berlari membuka ruang. Tapi saat Angga akan memberikan umpan, Lars justru menutup ruang gerak, membuat situasi menjadi kacau. Angga kesal, tapi tetap fokus. Ia memilih untuk berlari sendiri, mencoba menciptakan peluang terakhir.
Angga berhasil menembus kotak pinalti, dan dengan satu gerakan cepat, ia menembak ke arah gawang. Kiper Rot-Weib Essen sudah mati langkah, tetapi bola membentur tiang gawang dan keluar.
Aaaaaahhhhh.......sial, siallll. Angga dengan rasa frustasi menendang rumput lapangan, itu adalah umpatan pertama Angga, dia meluapkan semua emosi nya.
......................
Pertandingan berakhir imbang 0-0, dan di ruang ganti, ketegangan semakin terasa. Pelatih Roger masuk dan langsung menghampiri Lars, "Aku tahu apa yang kau lakukan di lapangan, dan itu tidak bisa di terima. Jika kau tidak bisa bermain untuk tim, maka kau tidak akan bermain sama sekali."
Lars diam, tapi wajahnya menunjukkan rasa tidak puas. Angga duduk di bangkunya merasa lega bahwa pertandingan sudah berakhir, tapi dia tahu masalah di tim masih belum selesai.
Beberapa pemain lain juga mulai menunjukkan rasa ketidak puasan terhadap Lars. Dan situasi ini bisa memecah tim jika tidak segera ditangani.
Sven Kruger mendekati Angga dan menepuk pundaknya. "Jangan khawatir, aku tahu ini sulit. Tapi kau sudah melakukan yang terbaik, kita akan menghadapi ini bersama."
Angga tersenyum kecil, meski di dalam hatinya, ia tahu konflik di dalam tim ini masih jauh kata selesai.
Malam hari Angga duduk sendiri di atas ranjangnya, dia melihat pembaruan sistem nya setelah gagal menyelesaikan misi nya.
Nama : Anggara Al-fikri
Umur : 17 tahun
Tinggi : 179 cm
Berat : 72 kg
Kecakapan kaki kiri/kanan : 66/100
Atribut teknik
Dribbling : 69 (-2) 67
Passing : 74 (-2) 72
Shooting : 80 (-2) 78
Shot accuracy : 70 (-2) 68
Heading : 70 (-2) 68
Atribut fisik
Kekuatan : 78 (-2) 76
Kecepatan : 80 (-2) 78
Stamina : 76 (-2) 74
Serangan : 73 (-2) 71
Kharisma : 70 (-2) 68
Inventori :
2 boost recovery stamina
Skill yang di miliki :
Dribble ala Ronaldinho (lv4)
Kecepatan ala Thierry Hendry (lv4)
Tembakan jarak jauh ala Frank Lampard (lv3)
Sundulan ala Gerd Muller (lv2)
Visi permainan ala Inzaghi (lv3)
Tendangan bebas ala David Beckham (lv3)
Tekad baja (lv4)
Leadership Aura (lv2)
Negosiator (lv1)
Visi permainan ala Pirlo (lv2)
Tendangan sudut (lv1)
[ Hukuman gagal menyelesaikan misi : Karena host gagal menyelesaikan syarat misi, semua poin atribut (-2) ]
......................
Angga merasakan kekuatan nya sedikit melemah saat semua poin atributnya berkurang. "Tidak apa apa, ayo tetap fokus, jamgan sampai ini menjadi masalah yang lebih besar."
Angga hanya bisa menyemangati diri nya sendiri.
...****************...
Ketemu lagi di bab 20 para warga.....
_see you