Namanya Erik, pria muda berusia 21 tahun itu selalu mendapat perlakuan yang buruk dari rekan kerjanya hanya karena dia seorang karyawan baru sebagai Office Boy di perusahaan paling terkenal di negaranya.
Kehidupan asmaranya pun sama buruknya. Tiga kali menjalin asmara, tiga kali pula dia dikhianati hanya karena masalah ekonomi dan pekerjaannya.
Tapi, apa yang akan terjadi, jika para pembenci Erik, mengetahui siapa Erik yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Acara Santai
Setelah acara inti selesai, kini waktunya acara santai sembari menikmati hidangan yang telah dipersiapkan. Selain sebagai acara perkenalan Erik kepada seluruh dunia, acara tersebut juga sebagai ungkapan rasa syukur Castilo karena berkumpul kembali dengan keluarga kecilnya.
Sepanjang jalannya acara, Erik selalu mengikuti sang ayah, yang mengajaknya untuk berkenalan dengan beberapa rekan bisnis yang hadir. Sedangkan Namira, memilih duduk sembari berbincang dengan beberapa wanita yang baru dia kenal.
Namira sebenarnya kurang nyaman berada di lingkungan seperti itu. Mungkin karena sudah terbiasa hidup sederhana dengan sikap para tetangga yang apa adanya, Narima merasa sedikit risih kala beberapa wanita membahas tentang aktivitas mereka.
Tentunya aktivitas yang dimaksud para wanita itu seperti arisan, liburan ke luar negeri, perhiasan mewah, dan beberapa kegiatan lainnya yang lebih cenderung ke arah pamer.
Sedangkan Erik malah terlihat nyaman mengikuti setiap obrolan bersama sang Ayah. Selain karena dia putra dari Castilo, Erik merasa nyaman karena dari perbincangan yang dia ikuti, Erik dapat mengambil beberapa pelajaran yang berhubungan dengan bisnis ayahnya.
Banyak nasehat positif yang Erik terima, yang bisa menjadi pegangan pemuda itu sebagai pewaris perusahaan ayahnya.
"Jangan pedulikan cibiran orang-orang, yang mengatakan anda tidak hebat karena anda hanya seorang pewaris bukan perintis, Tuan muda," nasehat seorang pria yang memiliki usaha dibidang jasa transportasi.
"Pewaris itu tanggung jawabnya lebih besar dari perintis. Kalau Pewaris tidak mampu mempertahankan usaha dari orang tuanya, maka sudah pasti, usaha tersebut bakalan hancur."
"Benar," sahut pengusaha lainnya. "Lihat, ayah anda, Tuan muda, dia juga seorang pewaris. Karena kerja kerasnya, perusahaan Tuan besar bertahan hingga sekarang, bahkan berkembang makin meluas."
Erik mengangguk sembari tersenyum. Tentu saja dia sangat menerima semua nasehat itu dengan senang hati.
"Saya bisa membayangkan, kalau perusahaan ini jatuh ke tangan Dave dan Morgan. Dilihat dari kelakuan mereka, pasti perusahaan ini bisa hancur dalam waktu yang singkat," ungkap seorang pengusaha tempat hiburan.
"Saya juga berpikir seperti itu," sahut pengusaha dibidang kebutuhan dapur. "Mereka hanya bisa bersenang-senang, menghabiskan uang dan bikin masalah. Benar-benar menjatuhkan reputasi Tuan besar di mata dunia."
"Yah, untungnya mereka bukan anak saya," balas Castilo tertawa senang. Seketika semuanya ikut tertawa.
"Tapi Tuan muda juga harus hati-hati," ucap pengusaha transportasi. "Sekarang Tuan muda memiliki kekuasan dengan harta yang melimpah. Pasti, akan banyak godaan-godaan yang menghampiri. Hal itu jug bisa menghancurkan masa depan Tuan muda."
"Nah, setuju itu," sahut pengusaha pakaian. "Tuan muda bisa mengambil contoh, dari kisah Tuan besar. Anda tahu kan dua wanita mantan istri Tuan besar?"
"Iya Tuan," balas Erik singkat.
"Akan banyak wanita yang mendekati anda dengan berbagai cara. Dari sini Tuan muda akan di uji. Apa Tuan muda harus bersikap angkuh dan sombong, atau bersikap hangat dan merendah."
"Kalau saya sih lebih baik bersikap sombong dan angkuh, Tuan muda," ujar pengusaha makanan cepat saji. "Karena cara itu juga, saya terapkan pada anak-anak saya. Kalau kita bersikap hangat dan merendah, justru kita akan dianggap sepele dan banyak dimanfaatkan orang-orang."
"Nah, iya," sahut pengusaha lain. "Kita juga jangan terlalu low profil, kecuali sama orang-orang yang benar-benar dekat dengan kita. Jaman sekarang, kalau terlalu low profil, maka orang-orang akan bersikap seenaknya sama kita. Apa lagi, jika sudah berhubungan dengan uang dan hutang. Kita bakalan dimanfaatin. Percaya deh, Tuan muda."
"Hahaha... benar," sahut pengusaha pakaian. "Intinya sih, Tuan muda sebisa mungkin harus jeli, kapan waktunya bersikap angkuh, dan kapan waktunya merendah. Karena secara tak langsung, setiap gerak-gerik anda, pasti selalu diawasi dan dikomentari para netizen yang selalu merasa benar."
Para pengusaha yang didominasi oleh pria seusia Castilo itu nampak terbahak serentak. Erik yang paling muda diantara mereka pun ikut tersenyum.
Biar bagaimanapun, apa yang dikatakan para pengusaha sukses itu memang banyak benarnya.
"Maaf, sebelumnya," ucap Erik tiba-tiba lalu dia menoleh ke arah ayahnya. "Yah, apa saya boleh berkeliling? Saya ingin menemui teman saya, Yah," dengan sopan Erik meminta ijin.
"Oh, tentu, silahkan," balas Castilo dengan senang hati. "Mau sendirian apa ditemani pengawal?"
"Sendiri saja, Yah. Cuma sekitar kantor doang."
"Baiklah."
Erik pun segera pamit kepada rekan bisnis Ayahnya, lalu dia bergegas keluar dari ruang itu. Tentu saja, Castilo tetap memberi perintah kepada beberapa orang untuk mengawasi Erik dari jarak jauh.
"Anda beruntung, Tuan besar, anda memiliki putra yang sangat sopan," puji seorang pengusaha.
"Yah, itu semua berkat didikan Ibunya," balas Castilo bangga.
Mereka pun melanjutkan obrolan seputar perkembangan bisnis dan yang lainnya.
Erik sendiri saat ini sudah berada di luar ruangan. Anak muda itu merasakan suasana yang berbeda saat menapaki tiap lorong gedung.
Jika kemarin, orang-orang nampak cuek saat Erik menjalankan pekerjaanya sebagai petugas keamanan. Namun sekarang, orang-orang yang sama langsung menunjukan sikap hormat begitu mereka melihat Erik.
"Selamat siang, Tuan muda, apa ada yang bisa saya bantu?" sapa seseorang dengan sikap yang begitu ramah.
Padahal Erik ingat betul, selama kerja menjadi petugas kebersihan, orang itu sama sekali tidak pernah menyapa Erik. Bahkan setiap Erik atau petugas kebersihan lainnya menyapa, orang itu malah bersikap seakan tidak mendengar sapaan untuknya.
"Tidak, saya hanya ingin berkeliling saja," balas Erik tanpa terlihat angkuh.
"Apa Tuan muda butuh teman? Saya bersedia menemani Tuan muda," orang yang sama nampak begitu semangat.
Erik pun tersenyum. "Tidak perlu. Saya bisa sendiri, permisi," pria muda itu segera berlalu. Dia tidak peduli dengan muka masam yang ditunjukan pria tadi.
Erik terus melangkah. Dia sadar kalau saat ini para karyawan wanita juga banyak yang memandangnya. Bahkan ada beberapa yang sengaja menyapa Erik.
Namun Erik menanggapinya dengan sikap biasa saja. Biarlah mereka berpikiran kalau sikap Erik yang sekarang sangat sombong. Padahal kemarin, para wanita itu boro-boro mau melihat Erik karena pekerjannya.
"Selamat siang, Tuan muda," sapa seseorang dengan kepala sedikit menunduk sebagai rasa hormat, saat tanpa sengaja dia berpas-pasan dengan Erik. Orang itu terlihat salah tingkah dan merasa sedikit takut.
"Siang juga," balas Erik singkat, dan dia langsung melenggang pergi.
Erik ingat betul, hinaan dari orang tersebut, saat kemarin pagi bertemu di tempat yang sama. Erik yakin, pria bernama Aldi tidak pernah menyangka kalau Erik yang dia rendahkan, adalah calon pemimpin yang bisa memecatnya kapanpun Erik mau.
Erik bisa saja membalas hinaan paca dari mantannya itu, tapi untuk saat ini Erik memilih tak melakukannya. Erik terus melangkah hingga saat dia sampai di tempat tujuan, seseorang langsung menyapanya.
"Selamat siang, Tuan muda, apa ada yang bisa saya bantu?" Kedatangan Erik di tempat itu, membuat orang-orang yang ada di sana, menunjukan reaksi yang berbeda.