Salahkah jika aku penasaran dengan yang namanya cinta dan kasih sayang? Salahkah jika aku sangat haus akan dua rasa itu? Sebenarnya, apa itu kasih sayang? Apa itu cinta?
Disinilah aku, tinggal sebagai seorang keponakan, sepupu, serta orang asing dalam keluarga paman yang sangat membenci kehadiranku. Berbagai cacian, siksaan, serta hinaan, semuanya aku terima. Sampai dimana... dia datang. Tiba-tiba saja, tangannya terulur, membawaku entah kemana dengan kata-katanya yang begitu hangat namun menakutkan.
"Jika kamu sangat ingin merasakan cinta dan kasih sayang, mari kita buat bersama. Mulai sekarang, sampai selamanya... akulah tempatmu untuk pulang."- Adam.
"Jika Anda benar-benar rumah saya, izinkan saya untuk selalu pulang dalam dekapan Anda. Saya mohon, jadilah rumah untuk tempat saya pulang, Tuan Adam."- Ayna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wawawiee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 Jangan Abaikan Berkah Baik Tuhan
***
"Ayna. Ayna. Ya Allah ini anak. bangun sayang."
Berhari-hari kejadian dimana Ayna menjadi sangat manja, kini kandungan Ayna menginjak usia 3 bulan. Sekarang, wanita itu ada di kantor suaminya, Adam. Bukan apa, Adam yang mengajaknya untuk pergi bersama ke kantor. Karena ia khawatir Ayna sendirian di rumah.
"Baru aja aku tinggal rapat, lah tidur lagi. Ini juga ngga bangun-bangun. Mengantuk banget kah kamu sayang?"
Pemandangan Ayna yang begitu nyenyak tidur membuat Adam terkikik geli. Ia tahu bagaimana keadaannya jadi ia memutuskan untuk membiarkannya saja.
"Berta bilang ini normal sih. Apalagi orang anemia seperti dirinya. Haaahh ya sudahlah Adam, biarkan saja. Toh nanti juga bangun-bangun sendiri."
Adam memilih untuk menyenderkan diri di samping Ayna yang tertidur. Ia memandang lekat-lekat wajah cantik nan manis istrinya itu.
"Perasaanku saja atau kamu yang semakin mempesona sayang? Rasanya ingin menyerang kamu hehehe. Tapi... Yaahh ayah bakal menahan diri buat sementara waktu. Apalagi yang waktu usia satu bulan waktu itu, bundamu malah ngerasa kesakitan. Untung ngga kenapa-napa."
Adam teringat atas apa yang dilakukannya di ruang keluarga saat Ayna tertidur disana. Setelah beberapa saat melakukannya, Ayna kesakitan saat merasakan kram perut yang sangat menyakitkan. Hal itu membuat Adam panik bukan kepalang.
Tapi itu tidaklah lama. Saat ia mengelus perutnya dengan lembut, rasanya sudah tidak sakit lagi dan menjadi lebih rileks.
"Padahal aku sudah selembut mungkin. Sebentar, ya masa kamu mau menjauhi ayah dari bunda nak? Oooo ternyata mulai ya sejak dalam perut bundamu ini..." gumam Adam, tangannya tak berhenti mengelus perut Ayna.
"Hmmm..."
Ayna menggeliatkan tubuhnya, ia mulai merasa tidak nyaman apalagi seperti ada seseorang yang ada di dekatnya. Ia membuka matanya, alhasil ia cukup terkejut karena... Adam ada di sampingnya.
"M-Mas..."
"Bangun putri tidur. Mau seberapa lama lagi kami tidur?" ucap Adam geli.
"M-Maaf Mas, saya ngantuk banget..."
Ayna membangunkan dirinya, Adam dengan sigap ikut membantunya. Ia juga mengawasi Ayna apabila ada sesuatu yang tidak-tidak.
"Mas baru balik dari rapat kah?" tanya Ayna.
"Iya. Oh ya, kamu lapar sayang? Ayo kita makan di luar, terus kita pulang."
"Mmm.. Mas. Saya mau daging steak yang pernah Mas belikan dulu itu. Boleh?"
Adam tersenyum mendengar keinginan Ayna. Ia tahu istrinya mengidamkan sesuatu.
"Boleh. Makan sepuasnya ya. Kamu mau kue coklat stroberi juga?" tawar Adam.
Wajah Ayna langsung berubah pucat. Padahal kue itu adalah kue kesukaannya, masa masih seperti eneg untuk makan dessert itu?
"Ughh... Ngga mas, ngga mau." tolak Ayna lirih.
Adam langsung memijat kepala istrinya. Rasa bersalah menyelimuti hatinya. Kenapa pula ia menawarkan makanan penutup itu kalau Ayna masih merasa mual dengan rasa manisnya kue coklat stroberi?
"Iya iya, ngga usah beli juga kalau begitu. Sepertinya anak kita ngga suka yang manis-manis ya. Iya kan nak?"
Ayna tersenyum malu. Tapi memang benar, ia sangat menginginkan kue itu, tapi tubuhnya menolak. Benarlah itu bawaan dari sang buah hati.
"Hei nak, jangan pilih-pilih makanan. Ngga baik. Kasihan bundamu yang pingin makan kue. Mengerti keadaannya ya. Jangan merepotkan bundamu."
Adam menasihati sang calon buah hati. Ia seperti mengomel kepada janin yang masih bertumbuh di dalam perut Ayna. Tangannya tak berhenti mengelus perut sang istri tercinta.
"Mas, yang benar saja? Kena omel sedari dalam perut." Ayna terkekeh geli saat mendengar omelan suaminya.
"Sebagai bentuk kedisiplinan sedari kecil. Demi kebaikan pula." jawab Adam singkat.
"Heuuhh, bisa gitu juga ya."
"Ya sudah. Ayo kita pergi sekarang."
"Iya Mas."
***
Setibanya di restoran yang sangat terkenal itu, Adam langsung memesan daging steak terbaik untuk Ayna. Ia juga memastikan kepada pihak restoran agar bahan yang digunakan berkualitas dan tidak membahayakan. Sungguh calon ayah yang sangat perhatian ya.
"Silakan Tuan, Nona. Steak Wagyu dengan Caesar salad dan lemon tea. Selamat menikmati."
Seorang pramusaji memberikan hidangan makanan yang sudah jadi itu. Melihatnya saja membuat mata Ayna melebar bahagia. Ia ingin memakannya sekarang.
"Eh tapi... Kok ukurannya besar ya Mas? Yang waktu itu ngga sebesar ini."
"Aku minta ke koki buatkan ukuran yang besar, biar kamu puas makannya. Ngga usah pikir harganya, aku ada uang."
Baru saja Ayna ingin bertanya harga, malah ia dipotong dahulu oleh Adam. Hal itu membuatnya meringis dalam diam.
"Bismillah, selamat makan!"
***
"Mas Mas Mas! Lihat ini Mas! Lucu banget kan ya?"
Setelah makan siang, Adam mengajak istrinya untuk berjalan-jalan ke Mall sebelum pulang ke rumah. Niatnya ingin membelikan sang istri tas cantik, baju lolita baru, atau sepatu yang cantik juga. Tapi, mata Ayna malah tertuju pada baju-baju bayi yang mungil dan menggemaskan.
"Hehehe, kebayang banget kalau dedek pakai ini. Pasti imut, seperti Mas Adam." ucap Ayna gemas.
"Aku? imut? Ngga salah nih?"
"Ngga dong, hehehe. Eh, kereta bayi! Harganya..."
Melihat harga stroller langsung membuat Ayna shock. Ia lalu melihat baju bayi yang ia bawa. Harganya pun membuatnya merasa sesak nafas. Adam menyadari hal itu, dan ia hanya bisa tertawa.
"Memang harganya segitu sayang. Nanti kita beli ya sewaktu kandunganmu usia sekitar 7 bulan." ucap Adam.
"Harganya mahal banget... Jangan bilang kalau susu... Sama mahalnya juga..." lirih Ayna.
"Sudah sudah. Lihat saja barang-barangnya, jangan lihat harga. Yang pasti, nanti kita belinya ya pas usia kandunganmu 7 bulan."
Ayna mengangguk lemah. Ia melanjutkan kegiatannya melihat-lihat baju-baju bayi itu. Senyuman kembali mengembang karena ia sangat senang membayangkan sang buah hati akan mengenakan baju ini saat lahir nanti.
'Bakal seimut apa ya kamu, dedek sayang? Bunda jadi ngga sabar pengen ketemu sama kamu.'
Tanpa Ayna sadari, banyak pasang mata yang melihatnya. Mereka kebanyakan adalah para pria yang memandang Ayna. Mereka terpesona dengan kecantikan Ayna yang bagaikan boneka, apalagi dalam balutan baju lolitanya.
Adam menyadari hal itu dari awal. Awalnya ia membiarkannya saja, tapi lama-lama ia gerah juga. Langsung saja ia menarik pinggang Ayna dan berkata agak lantang.
"Istriku. Mau egg waffle? sepertinya sudah buka beberapa menit yang lalu." tawar Adam.
"Egg waffle? Yang bentuknya bulat-bulat seperti waffle itu Mas?"
"Yep. Mau?"
"Bangeettt! Ayo Mas! Eh iya, pakai selai caramel ya!"
Adam mengangguk, ia juga melirik tajam ke arah pria-pria itu. Dimana mereka langsung menghela nafas kecewa. Ternyata, Ayna sudah bersuami dan suaminya sendiri begitu posesif. Tapi mereka juga ketakutan saat melihat lirikan tajam Adam yang seolah-olah mengatakan sesuatu.
'Jangan lihat istriku dalam-dalam. Dia milikku! Masih saja melihatnya, habis kalian!'
Yap, begitulah ucapan tajam yang ada dalam lirikannya yang menyeramkan.
***
"Uwaahh imutnya! Siapa ini namanya?"
Saat sedang menunggu pesanan datang, ada seorang wanita yang juga ikut menunggu pesanan. Dan wanita itu juga mebawa stroller yang ada seorang bayi kecil yang imut sedang tertidur.
"Namanya Aylin bunda. umurnya baru jalan 4 bulan." jawab wanita itu ramah.
"Aylin? Cantik ya namanya, seperti ibunya."
Ayna menyentuh pipi gembul bayi itu. Ia sangat gemas akannya. Saat Ayna menoleh ke arah wanita itu untuk bertanya setelah darimana, ia tertegun saat melihat wanita itu menatap datar bayi itu.
"Cantik ya? Saya lebih melihatnya sebagai sosok tercela. Kenapa dia yang hidup? Kenapa kakak kembarnya yang mati? Saya selalu berpikir buat menghabisi dia, tapi ayahnya selalu melindunginya. Saya benci anak ini." ucap wanita itu datar.
"Bu. Apa maksudnya-..."
GREEBBB
"Heh?"
"Kamu... Kamu harus punya anak laki-laki! Dia adalah pembawa keberuntungan daripada bayi perempuan! Bayi perempuan hanya membawa petaka dan aib bagi keluarga besar! karena itu... Karena itulah... mumpung kamu belum isi, dengarlah ucapanku!"
Wanita itu menggenggam kedua tangan Ayna erat. Ia menatap tajam Ayna dan mengatakan kalau Ayna harus punya anak laki-laki, jangan anak perempuan. Dan itu harus!
CTAASSS
"Apa-apaan sih?! memangnya Anda siapa?! ibu saya?! Kenapa Anda mengatur saya ha?!"
Ayna berhasil melepaskan diri. Ia berteriak kepada wanita itu. Orang-orang di sekitar melihat pertengkaran itu, bahkan Adam yang mengambil pesanan juga melihatnya. Ia langsung mendekati Ayna.
"Ada apa ini?" tanya Adam dingin.
"Kamu suaminya kan? Kamu harus doktrin dia!"
"Hah?" sungguh, Adam tidak mengerti maksud dari perkataan itu.
"Harus! Kalian harus punya anak laki-laki! agar kalian tidak sepertiku, yang diabaikan keluarga besar hanya karena memiliki anak laki-laki! Harusnya anak ini yang mati, bukan kakak kembarnya!" teriaknya.
"Kenapa bisa berkata seperti itu?" lirih Ayna.
karena keadaan semakin runyam dan Adam tidak mau masalah semakin membesar, ia memilih untuk pergi saja. Tapi sebelum mereka berdua pergi...
"Wanita gila. Kamu hanya memikirkan dirimu sendiri ternyata. Anak itu titipan Tuhan. Jaga dan rawat dengan baik berkah baik itu. Atau kamu akan menyesal karena kamu mengabaikan berkah baik itu."
~Bersambung~