NovelToon NovelToon
Hidupku Seperti Dongeng

Hidupku Seperti Dongeng

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Beda Usia / Teen School/College / Mengubah Takdir / Persahabatan / Kutukan
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

Kisah berawal dari gadis bernama Inara Nuha kelas 10 SMA yang memiliki kutukan tidak bisa berteman dengan siapapun karena dia memiliki jarum tajam di dalam hatinya yang akan menusuk siapapun yang mau berteman dengannya.

Kutukan itu ada kaitannya dengan masa lalu ayahnya. Sehingga, kisah ayahnya juga akan ada di kisah "hidupku seperti dongeng."

Kemudian, dia bertemu dengan seorang mahasiswa yang banyak menyimpan teka-tekinya di dalam kehidupannya. Mahasiswa itu juga memiliki masa lalu kelam yang kisahnya juga seperti dongeng. Kehadirannya banyak memberikan perubahan pada diri Inara Nuha.

Inara Nuha juga bertemu dengan empat gadis yang hidupnya juga seperti dongeng. Mereka akhirnya menjalin persahabatan.

Perjalanan hidup Inara Nuha tidak bisa indah sebab kutukan yang dia bawa. Meski begitu, dia punya tekad dan keteguhan hati supaya hidupnya bisa berakhir bahagia.

Inara Nuha akan berjumpa dengan banyak karakter di kisah ini untuk membantu menumbuhkan karakter bagi Nuha sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22 Hidupku Seperti Dongeng

Nuha segera menarik tangan Naru...

Membawanya ke suatu tempat yang lebih tenang. Ketiga sahabatnya mengikuti, dan Dilan juga ingin tahu lebih lanjut.

Di ruangan bawah tangga, Nuha mulai mempertanyakan identitas asli kekasihnya. "Naru, apa benar kamu udah lulus?"

"Apa maksudmu, Nuha?" Naru beralasan seakan tidak mengerti.

"Jawab dengan jelas, Naru." pinta Nuha dengan tegas. "Kamu ini seorang mahasiswa?"

"Tunggu, tunggu, tunggu," Sifa menyela. "Nuha, siapa cowok ini? Kamu punya hubungan apa sama dia? Dan juga, tadi dia sampai peluk kamu. Apa dia pacar kamu? Kok kamu sampai nggak kasih tahu kita--"

Fani ikut menyela, "Dia kok gak kesakitan ya hatinya waktu bicara langsung sama Nuha?" Ia penasaran.

"Sebentar, Fani. Biar gue yang bicara. Kalian ini pacaran sejak kapan? Atau jangan-jangan..." sahut Sifa.

Dilan merasa aneh mengikuti percakapan mereka. Demi menjaga harga diri dan tidak ingin dianggap obat nyamuk, dia pun ingin pamit. "Ya udah, gue pamit aja ya kalau gini."

Sifa langsung menarik tangannya dengan sigap, "Eh, tunggu dulu. Elo gak bisa pergi gitu aja. Elo kan dalang dari semua ini."

"Kenapa elo masih nyalahin gue? Gue kan udah minta maaf sama Nuha," kata Dilan.

Sifa langsung memberikan lirikan mata kepada Nuha, memberinya isyarat untuk melakukan sesuatu. "Katakan sesuatu, Nuha. Katakan sesuatu," bisiknya.

Nuha berpikir sejenak untuk mencerna kode dari Sifa. Setelah mengingat kejadian-kejadian sebelumnya, akhirnya Nuha mengerti. "Di- Dilan, maafmu bi- bisa aku terima kalau... kalau kamu mau... mau jadiin Sifa pa- pacarmu selama sebulan," ucapnya terbata-bata sambil menundukkan kepala.

"Kamu bilang apa, Nuha?" Dilan tercengang tidak percaya Nuha sampai berani bicara seperti itu.

"Iya, bener gitu, Nuha," Sifa menyetujuinya. "Dilan, eh Kak Dilan, maafmu bisa kita terima kalau elo jadiin gue pacar selama 1 bulan."

"Enak aja, gak mau!" bantah Dilan.

"Gakpapa, Kak Dilan. Satu bulan aja, please.. satu bulan aja, yah?!" Sifa mulai merayu. Dilan berusaha menghindar dan berjalan cepat untuk menjauh, tapi Sifa malah terus mengikutinya.

Di samping itu, Naru sejenak menarik napas lega karena Nuha tidak melanjutkan interogasinya.

Melihat Sifa yang terus mengikuti Dilan, Nuha jadi ikut mengejarnya. "Sifa, udahlah. Dia gak mau ya udah. Aku takut nanti kita akan dapat masalah lagi."

"Nuha, tenang aja. Sekarang ini urusan gue. Gue yang berani menanggungnya."

Fani dan Asa menatap tajam ke arah Naru. Asa memberikan komentarnya, "Cowok memang serigala. Tapi, ternyata gak semua cowok adalah serigala. Kamu benar, Sifa." Asa menyetujui perkataan Sifa waktu lalu dan ikut mengejarnya bersama Fani.

Asa memegang pundak Nuha dan berkata, "Kamu hebat, Nuha. Kamu tadi sangat berani menghadapi mereka semua."

"Eh?" Nuha sedikit kaget. "Emm... itu karena kamu yang ngajarin aku, Asa. Kamu bilang, untuk menjadi baik tidak harus lembut. Kamu harus berani untuk membela kebenaran. Makanya aku jadi berani tadi karena ingin membela sahabatku," ucapnya sambil menunduk.

"Kalo bicara jangan menunduk, Nuha. Katakan dengan kepala yang tegak," pinta Asa.

"Gak mau, nanti hatimu kesakitan," jawab Nuha sambil mereka masih berlari kecil.

"Tapi hati cowok tadi gakpapa tuh," Sahut Fani. Nuha jadi bingung harus menjawab bagaimana. Dia hanya bisa diam.

Sementara itu, sampai di ruangan Dilan, Sifa masih terus mengikutinya. "Dilan the Beast! Gue serius. Satu bulan aja. Biar kita lihat apakah elo benar-benar menyesal dan mau berubah."

Dilan berhenti dan menatap Sifa dengan mata birunya yang menajam. "Sifa, elo gak bisa paksa gue gitu. Gue udah minta maaf dan berjanji akan berubah. Apa itu gak cukup?"

Sifa menghela napas. "Kak Dilan, ini bukan tentang maaf saja ya. Ini tentang gimana elo bisa memperbaiki diri dan membuktikan bahwa elo benar-benar berubah. Satu bulan bersamaku akan membuatmu belajar banyak hal."

Dilan terdiam sejenak, lalu berkata, "Baiklah. Satu bulan. Tapi setelah itu, gak ada lagi tuntutan aneh-aneh?!"

Sifa tersenyum tipis. "Deal."

Nuha yang melihat kejadian itu dari kejauhan merasa lega. Dia tahu bahwa Sifa hanya ingin membantu Dilan menjadi pribadi yang lebih baik. Di sisi lain, dia jadi melupakan Naru. "Lhoh, tadi kan aku bicara sama Naru. Kenapa jadi gak lanjut." Ucapnya.

"Aku harus balik untuk nanyain lagi," sahutnya segera bergegas. Tapi, Fani langsung menghentikannya. "Udahlah, Nuha. Kamu mau kemana?" Tanyanya.

"Itu.."

Asa tersenyum, "Hm, kamu mikirin dia? Gak usah khawatir tentang dia, Nuha. Dah ayo masuk kelas. Nanti kamu dikira bolos lagi."

"Um, iya." Nuha mengangguk.

Sepulang sekolah, Nuha berjalan menuju parkiran untuk mengambil sepedanya. Sejenak dia bernafas untuk mengucap rasa syukur. "Terima kasih, Tuhan. Hariku baik hari ini. Meski tadi ada masalah, tapi itu sudah selesai. Aku udah gak memikirkannya lagi."

Ketika dia mengambil sepedanya, Naru sudah duduk di atasnya. "Nuha, silahkan naik," pinta Pangeran Cinderella dengan senyum yang menenangkan.

"Naru? Sejak kapan kamu di sini?"

"Udah, naik aja. Aku akan antar kamu pulang. Akan aku jadiin kamu seorang putri yang naik kereta istana. My Cinderella."

Nuha tertawa kecil. "Haha, gimana bisa sepeda jadi kereta istana."

Naru tersenyum, "Hehe, gitu aja udah bisa bikin kamu ketawa. Ayo, naik. Nanti akan aku ceritain tentang diriku."

"Um.. baiklah," Nuha setuju, kemudian naik di boncengan sepeda yang dikendarai Naru.

Mereka berdua melaju pelan di pinggir jalan, angin sepoi-sepoi meniup rambut mereka. Nuha merasa tenang, seolah semua masalah yang tadi terjadi telah hilang begitu saja.

"Naru, sebenarnya apa yang kamu sembunyikan dariku?" tanya Nuha memecah kesunyian di antara mereka.

Naru menarik napas panjang sebelum menjawab. "Nuha, sebenarnya aku udah lulus dari sekolah ini, seperti yang Guru BK katakan. Aku kuliah di Universitas NS. Tapi aku kembali karena aku.." Naru menjeda ucapannya karena ucapan itu mengarah kepada rasa sukanya kepada Nuha. Cinta pada pandangan pertamanya sewaktu Nuha SMP. Ia tidak ingin itu terdengar naif.

"Karena aku apa?" Tanya Nuha.

"Emm.." Naru berfikir, lalu melanjutkan, "Aku mendengar tentang masalah yang kamu hadapi. Aku tidak bisa membiarkanmu sendirian."

Nuha terdiam, mencerna kata-kata kekasihnya. "Jadi, kamu kembali hanya untuk membantuku?"

"Iya. Kamu adalah seseorang yang penting bagiku. Aku gak bisa melihatmu terluka tanpa melakukan apa-apa."

Nuha merasa tersentuh dengan pengakuan Naru. "Terima kasih, Naru. Aku sangat menghargai apa yang kamu lakukan untukku. Tapi, kamu gak perlu mengorbankan waktu kuliahmu hanya untuk aku." Dia menyandarkan kepalanya di punggung kekasihnya.

Naru tersenyum lalu menggelengkan kepalanya. "Gak, Nuha. Ini adalah keputusan yang aku buat sendiri. Aku tahu resikonya, tapi kamu lebih penting."

Nuha menunduk, merasa hangat di hatinya. "Naru, aku gak tahu harus berkata apa. Kamu benar-benar membuatku merasa dihargai."

Mereka melanjutkan perjalanan mereka dalam diam, menikmati kebersamaan yang penuh arti. Dari tempat Nuha duduk, dia melihat sebuah panti yang memiliki halaman yang sangat luas. Ada mobil yang pernah Nuha lihat sebelumnya.

"Aku gak tau kalo disini ada panti. Dan mobil itu, kayaknya tadi aku tau deh."

"Da da kakak.. sampai jumpa.."

Nuha sekilas mengingat kejadiannya tadi pagi. Mobil itu mengingatkannya pada anak-anak kecil yang penuh canda dan tawa.

1
Tara
we can not 😂predict the future..buat we can always try 🤔🫢
Tara
pemalu kah or nanti disangka sombong lagi🤔
Miu Nurhuda: Gimana kak menurutmu sifat Nuha itu?
total 1 replies
Miu Nurhuda
hope so...
masih panjang kak perjalanannya ✍✍
Tara
smoga happy ending
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!