Bagaimana jadinya jika seorang siswa SMA yang hidup sebatang kara mendapatkan anugrah sebuah Sistem Spin Kekayaan dan Kekuatan oleh seorang pengemis yang ternyata adalah seorang Dewa?.
Rendi Murdianto, seorang anak laki-laki yang hidup sebatang kara, orang tuanya meninggalkan dirinya ketika masih kecil bersama neneknya.
Hidup Rendi sangatlah miskin, untung saja biaya sekolah di gratiskan oleh pemerintah, meskipun masih ada kebutuhan lain yang harus dia penuhi, setidaknya dia tidak perlu membayar biaya sekolah.
Seragam sekolah Rendi pemberian tetangganya, sepatu, dan perlengkapan lainnya juga di berikan oleh orang-orang yang kasihan padanya. Bahkan Rendi mau saja mengambil buku bekas yang kertas kosongnya hanya tinggal beberapa lembar.
Kehidupan Rendi jauh dari kata layak, Neneknya mencoba menghidupi dia semampunya. Namun, ketika Rendi duduk di bangku SMP, Neneknya harus di panggil sang pencipta, sehingga Rendi mulai menjalankan hidupnya seorang diri.
Hidup tanpa keluarga tentu mem
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alveandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jika Sudah Pergi Baru Terasa
Tentu saja Rendi tidak mau pamer dengan teman-temannya meskipun dia sekarang sudah memiliki banyak uang, di tambah Motor Aerox merupakan Motor yang cukup bagus di Kota Wakanda, banyak juga yang ingin memiliki Motor tersebut di kota tersebut.
Karena itulah saat pulang sekolah, Motor Rendi di kerumuni banyak siswa, mereka semua bertanya-tanya siapa pemilik Motor tersebut.
Rendi sengaja tidak memerlihatkan batang hidungnya, dia tidak mau membuat heboh teman-temannya di sekolah, karena tahu Motor itu miliknya.
Rendi seperti biasa sebelum pulang membantu Rinto mengunci ruang kelas, mengumpulkan sampah dan yang lainnya, dia memang selalu seperti itu setiap harinya.
"Kak Rinto, nanti sehabis ini ajari Rendi naik Motor yah." ucap Rendi tiba-tiba saat sedang mengumpulkan sampah.
Rinto menoleh. "belajar Motor? Motor siapa Ren? Kakak saja tidak punya Motor."
Rinto belum mendengar kalau Rendi membeli Motor, karena hanya beberapa guru saja yang mendengarnya. Karena Rendi memang tidak bilang pada siapapun.
"Aku habis beli Motor kak, nanti ajarin yah." jawab Rendi sambil tersenyum.
Rinto menatap Rendi dengan seksama, dia kemudian tertawa. "Hahahaha... Ren, Ren, Mbok ya kalau mimpi itu malam hari, jangan sore-sore seperti ini."
Rendi mengambil kunci Motor dari tas usangnya. "ini buktinya kak."
Rinto sontak saja terkejut, dia langsung mengambil kunci Motor yang ada di tangan Rendi, matanya membelalak saat tahu itu kunci Motor apa, karena mau bagaimanapun dia tidak seperti Rendi yang kudet.
"Ren, kamu serius ini kunci motormu?!" tanya Rinto menyelidik.
Rendi mengangguk. "iya Kak, bagaimana apa kakak mau mengajari aku naik Motor?"
"Cepat selesaikan pekerjaanmu, sesudah ini kita langsung latihan!" ucap Rinto bersemangat.
"Baik Kak!" Rendi pun senang mendengar Rinto mau mengajarinya naik Motor.
Mereka berdua bergegas menyelesaikan pekerjaan membersihkan sampah, setelah semuanya selesai, keduanya langsung ke parkiran, di sana hanya tinggal Motor Aerox milik Rendi seorang.
Rinto langsung menghampiri Motor tersebut. "ya ampun Ren, kamu beruntung banget bisa memiliki Motor ini, kakak juga pengen punya loh."
Rinto mengusap Motor tersebut sambil memandanginya dengan seksama, dia berharap bisa seperti Rendi yang bisa membeli Motor tersebut.
"Ngomong-ngomong kamu dapat uang dari mana, besi beli Motor ini Ren?" tanya Rinto menyelidik.
Rendi tersenyum. "aku buka usaha kecil-kecilan kak selama ini, sekarang sudah terkumpul uangnya, semoga saja mulai hari ini hidupku akan berubah menjadi lebih baik lagi."
Rendi memang berencana membuka usaha, dia tidak mau terus-menerus tinggal di Rumah pak Kosim, meskipun di beri gaji, dia berencana ingin mandiri.
Tentu saja hal tersebut sudah Rendi pertimbangkan masak-masak, karena mau bagaimanapun cepat atau lambat dia harus berjuang sendiri.
"Sejak kapan kamu buka usaha? Kamu tidak pernah cerita sama aku?" cecar Rinto sambil mengerutkan keningnya.
"Lah, masa aku buka usaha harus bilang sama kakak dulu, memangnya kakak mau modalin?" Rendi malah Halah bertanya.
"Heleh, kamu ini malah membalikan pertanyaan, sudah ayo kita latihan di lapangan bola saja yang luas!" ajak Rinto pada Rendi.
Rendi mengangguk, mereka berdua langsung ke lapangan Bola, di sana Rendi belajar tentang dasar-dasar naik Motor, dari lampu Sent, klakson dan lainnya.
Mengingat Rendi sudah bisa naik sepeda, dia dengan cepat bisa naik Motor, Rinto hanya menyaksikan dari jauh sambil tersenyum.
Setelah selesai berlatih, Rendi mengantar Rinto pulang terlebih dahulu, sebelum dia kembali ke Rumah Pak Kosim, untuk meminta Ijin, kalau mulai besok dia sudah tidak bisa bekerja di Rumahnya lagi.
***
Rendi pulang ke Rumah pak Kosim sambil membawa Motornya, jelas saja Santoso terkejut saat Rendi membawa Motor.
"Astaga Rendi! Ini Motor siapa? Jangan bilang dapat nyolong?" tanya Santoso menyilidik.
"Nyolong Mbahmu!" gerutu Rendi kesal.
"Lah, terus kamu dapat darimana?" tanya Santoso penasaran.
"Kamu tahu Trading saham tidak?" Rendi malah balik bertanya pada Santoso.
Santoso menggelengkan kepalanya. "makanya kalau punya hp itu gunakan dengan baik, aku dapat dari trading sama temenku di sekolah."
Rendi sebenarnya tidak mau berbohong, tapi mau bagaimana lagi, masa dia harus jujur kalau mendapatkan Sistem yang ada Santoso nanti malah merebut Sistem Spin-nya.
"Kamu tidak membodohi aku 'kan?" tanya Santoso sedikit tidak percaya.
"Cari tahu saja di Mbah Gugel, trading itu apa! Dah aku mau menemui pak Kosim dulu." Rendi memarkirkan Motornya dengan dengan pos penjagaan.
Selepas kepergian Rendi, Santoso langsung mencari trading saham itu apa, tapi bukannya dapat info dia malah bingung apa maksudnya.
"Halah, tuh bocah kayaknya ngerjain aku!" gerutu Santoso kesal.
Sementara itu Rendi menghampiri Pak Kosim Yang sedang duduk di kursi teras Rumahnya. Dia mengumpulkan keberanian untuk mengatakan yang sebenarnya kepada Pak Kosim.
"Permisi Pak." tegur Rendi pada pak Kosim yang sedang melihat Video tok-tok gadis yang sedang pamer pinggulnya, di ponselnya.
Pak Kosim tentu saja terkejut. "ya ampun Rendi! Kamu bikin kaget saja."
Rendi tersenyum kecut. "maaf Pak, saya mau ngomong sesuatu."
Pak Kosim mematikan Ponselnya." ngomong apa?"
"Besok saya tidak bisa kerja di sini lagi Pak, saya sudah mendapatkan pekerjaan, lagi pula saya tidak mau bikin susah Pak Kosim terus." ucap Rendi langsung terus terang.
"Lah, kok mendadak banget? Pasti kamu tidak kerasan dengan Sulis yah? Maaf yah Ren, dia memang seperti itu, tapi aslinya baik kok." tebak Pak Kosim tidak berdaya.
"Bu-Bukan Pak, Kalian semuanya baik sama saya Kok, saya hanya mau mandiri saja, kebetulan ada temen juga yang ngajak bekerja Rendi." Rendi terus memutar otaknya agar di perbolehkan keluar dari sana.
Pak Kosim menghela napas. "ya sudah, semua terserah kamu saja, tapi kalau kamu butuh sesuatu tinggal kemari saja."
"Siap Pak, dan terima kasih atas semua yang telah Bapak berikan untuk saya." Rendi membungkuk hormat, dia kemudian pamit undur diri dan pergi dari sana.
Rendi dalam hati sangat senang, karena dengan begitu dia bisa bebas membelanjakan uangnya nanti, tanpa harus berbohong kesana kemari.
Dia sudah merencanakan semuanya, dari menyewa kontrakan terlebih dahulu, dan akan segera membuka usaha kecil-kecilan.
Selepas kepergian Rendi, Sulis yang kebetulan tadi mendengar percakapan Rendi dan Ayahnya, dia keluar dari dalam dan melihat kepergian Rendi.
"Ayah yakin mau membiarkan dia pergi? Apa tidak apa-apa Yah? Nanti dia kekurangan makan dan juga tidak ada tempat berteduh juga?" terlihat raut wajah cemas Sulis saat mengatakan hal tersebut.
Pak Kosim mengerutkan keningnya. "kamu ini, kalau orangnya ada di marahi terus, giliran dia mau pergi bilang begitu, tau lah Ayah bingung sama kamu."
Pak Kosim beranjak dari duduknya dan meninggalkan Putrinya tersebut, yang masih menatap nanar kepergian Rendi.
😅😅😅