Season 1~
Seorang wanita yang dikhianati sang suami. Memiliki wanita kedua dalam hatinya. Membagi cinta dan kasih sayang.
Akankah dua cinta dalam satu hati akan bertahan?
Dendam, penghianatan dan penyesalan.
Kisah masa lalu yang selalu mengiringi perjalanan hidupnya.
Pemeran utama bukan wanita lemah. Dia licik dan tak berperasaan.
Kimberly lebih mengerikan dari yang di ketahui orang. Bahkan suaminya sendiri.
Ia seperti malaikat maut berwajah polos yang memegang senjata api di balik punggungnya.
Akankah takdir membuatnya bertahan atau melepaskan?! Lalu akankah ia menemukan kebahagiaan setelah melewati hujan badai?!
🌸
Season 2~
Setelah merasakan pengkhianatan mantan suaminya, Kim merasakan hatinya beku.
Sikapnya semakin dingin dan tak tersentuh.
Namun lelaki tak tahu malu itu mampu mengetarkan sudut hatinya yang kosong.
“Oh Mr Mafia.”
Akankah Kimberly berbahagia setelah ini ataukah kisah Wanita Kedua akan terulang kembali?!
Alur lambat,santai, tidak buru-buru! Yang suka cerita dengan ritme cepat, cerita ini bukan pilihan. Namun kalian bisa coba baca aja dulu, siapa tau malah ketagihan ✌😂
Follow IG me @mhemeyyy_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mei-Yin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wanita Kedua 34
Follow IG me @mhemeyyy
⤵
Perhatian!
Di part ini pasti ada yang pro dan kontra, tapi it’s okay memang begitu adanya.
Ada yang setuju dan tidak, itu hal biasa.
Sebenarnya saat anak sedang mengamuk dan melampiaskan amarahnya, merupakan proses ia belajar. Belajar untuk mengeluarkan emosi negatif yang dirasakannya. Bisa karena marah, kesal, kecewa atau mungkin hanya karena lelah dan mengantuk.
Percaya atau tidak, ketika anak marah, sebenarnya sangat penting pada kesehatan emosi anak, kita pun bisa belajar lebih tenang dengan menghadapi mereka. Termasuk mengajari si kecil bagaimana mengontrol emosinya. Biarkan sesaat ketika anak marah dan menangis.
" Air mata mengandung kortisol, hormon stres. Ketika kita menangis, secara tidak langsung kita melepaskan stres dari tubuh. Air mata juga ditemukan sebagai penurun tekanan darah.
Ketika anak Anda marah, frustasi, atau merengek, nantinya ia akan merasa lebih baik. Menangis bukan artinya sedang terluka, tapi proses agar tidak terluka," ujar Deborah MacNamara, Ph.D, seorang konselor parenting, dikutip dari Parents.
Menangis juga bisa membantu anak belajar. Mungkin saat bermain anak bingung harus melakukan apa lagi dan akibatnya ia marah. Setelah selesai marah biasanya ia akan duduk dan melanjutkan permainannya.
" Itu tanda bahwa anak sedang mengekspresikan frustasi untuk membantunya menyegarkan pikiran sehingga ia bisa belajar hal baru. Ketika anak tidak bisa berkonsentrasi atau mendengarkan, biasanya ada permasalahan emosi yang menutupinya langkahnya," ujar Patty Wipfler, pendiri Hand in Hand Parenting.
Saat anak melampiaskan emosi, juga bisa mendekatkan hubungan dengan orangtuanya. Mungkin sulit dipercaya, tapi perhatikan dan tunggu saja. Anak yang marah mungkin kelihatannya tidak seperti menghargai orang tua, tapi dengan respons yang hangat dari orang tua yang terjadi malah sebaliknya.
" Biarkan amarahnya tanpa mencoba untuk menghentikannya. Jangan bicara terlalu banyak dan tenangkan mereka seperti memeluknya. Dengan banyak memeluk anak akan tahu kalau Anda mencintainya dalam kondisi apapun," ujar Wipfler.
DIKUTIP DARI MEDIA HEALTHY 10 November 2020.
*
Saat ini Kim sudah berada di ruangannya. Ia tengah menghubungi seseorang yang entah itu siapa tak ada yang tahu.
Terkait penyerangan yang terjadi beberapa waktu lalu, wanita itu sudah tahu siapa dalangnya. Siapa lagi jika bukan wanita tua yang licik, Livy Lea Smith.
Tak akan ada yang tahu seberapa luas sepak terjang seorang Kimberly. Bahkan untuk suaminya sendiri.
Wanita itu terlalu banyak menyimpan rahasia, tak ada satu orang pun yang bisa menebak isi pikirannya.
Tak ada yang tahu bagaimana sesungguhnya seorang Kimberly Queensa Dimitry, wanita berparas cantik dengan segala kelebihannya itu bak malaikat yang kapanpun bisa menjelma menjadi iblis pencabut nyawa.
Dia memang tenang dengan segala yang terjadi, ia tak akan mengambil keputusan dengan amarah, semua yang ia lakukan haruslah sempurna.
Begitupun dengan Alex dan dua rubah betina.
Ia bisa saja langsung menghancurkan mereka semua tanpa sisa, namun ia tak mau melakukannya. Ia memilih mengikuti permainan, membalas secara perlahan hingga mereka tak akan bisa lupa dan selalu mengingat namanya.
Kim bukan wanita yang akan melakukan apapun dengan emosi yang menggebu.
Dia lebih menggunakan otaknya daripada emosinya.
Tak lama pintu di ketuk dan masuklah Rose dengan membawa bunga mawar seperti sebelumnya.
"Ada paket untuk anda."
Tanpa menoleh Kim langsung berucap. "Buang saja! Berikan saja memo itu.
Rose menurut, seperti kemarin lagi bunga yang cantik itu harus masuk ke dalam tong sampah.
Lupakan apa yang membuatmu terluka, berjuanglah untuk meraih bahagia ❤
Semoga harimu menyenangkan!
Kim membaca memo tersebut dengan datar dan langsung membuangnya ke tempat sampah. Ia tak butuh rasa kasihan dari siapapun.
"Chris masuklah!" panggil Kim.
"Ya Nyonya."
"Kau urus semuanya. Aku tidak ingin dalam rapat besok ada kesalahan."
"Saya mengerti!"
Setelah Chris pergi, Kim merebahkan dirinya di sofa. Hari ini pekerjaannya lumayan banyak dan sungguh menguras pikiran.
Kim memejamkan mata sejenak.
Tiga puluh menit kemudian datanglah seseorang yang di tunggu. Dua orang yang sangat menyayanginya itu tak lain adalah mertuanya, Aldrick dan Amelia.
Keduanya datang dengan maksud tertentu.
"Apa kabar Mama, Papa?!" Kim bangun, memeluk mertuanya bergantian.
Amelia tersenyum hangat, membalas pelukan menantunya dengan erat. Bahkan saat dirimu terluka kau masih bertahan. "Bagaimana denganmu?" Amelia bertanya balik.
"Aku akan selalu baik-baik saja, Mama."
Kim beralih memeluk Aldrick.
"Papa sehat? Jangan lupa jaga kondisi tubuh Papa." Kim mengingatkan.
"Putriku!" air mata dari Aldrick tak bisa di bendung lagi. Lelaki itu sangat menyayangi Kim. Melihat anaknya menyakiti wanita sebaik ini tentu saja itu juga menyakiti mereka juga sebagai orang tua.
"Kenapa Papa dan Mama tidak datang ke mansion saja?!"
"Papa dan Mama ingin bicara sesuatu Kim."
***
Kim tersenyum penuh kemenangan. Ia benar-benar senang hari ini. Kim memilih meninggalkan kantor dan pulang untuk menemui anak-anaknya.
Tanpa harus meminta, mertuanya dengan sukarela memberikan haknya untuk cucunya.
Mobil yang di kendarai Chris berhenti di depan pintu utama. Kim langsung berjalan meninggalkan Chris.
Langkah kaki membawanya ke kamar, ia ingin segera membersihkan diri dan menemui anak-anak.
Satu jam kemudian Kim keluar dari kamar dengan hotpants dan tangtop hitam menuju kamar anak ketiganya.
Terlihat pemandangan yang membuat matanya tak berkedip. Kevan sudah mulai bisa tengkurap, ini adalah momen yang membahagiakan. Ia bisa secara langsung melihat perkembangan anaknya.
"Astaga, anak Mommy sudah besar ternyata." Kim mendekat ke arah ranjang. Mengangkat Kevan dan menciumi pipinya dengan lembut.
"Tuan kecil sudah sangat aktif, Nyonya."
Kim gemas sendiri ketika melihat anaknya bisa tertawa tanpa beban. Dalam hati ia selalu berharap semoga kebahagiaan ini akan selalu menyertai ketiga anaknya.
Setelah puas bermain dengan Kevan, Kim meletakkan anaknya di ranjang lagi.
"Dimana Kia dan Kalvin?!"
"Tuan muda dan Nona muda sedang latihan di taman."
Tanpa menjawab lagi, Kim melangkah pergi. Menuju ke tempat dimana dua anaknya berada.
Dari pintu belakang ia bisa melihat kedua anaknya dengan wajah datar seperti dirinya.
Peluh membasahi dahi mereka ketika mengikuti intruksi dari pelatihnya. Setelah terdiam mengamati, Kim mulai mendekat ke arah ketiga orang yang tengah fokus.
Kim memegang pundak Kia namun siapa sangka reflek Kia sangat bagus. Anak perempuan itu langsung memutar tangan Kim dengan keras.
Namun Kim balas dengan menendang kaki Kia, namun lagi dan lagi Kia bisa menebak gerakan Kim.
Akhirnya terjadilah adu kekuatan antara ibu dan anak tersebut. Kim hanya ingin mencoba melihat kemampuan anaknya. Ia juga tak memukul dengan keras, namun Kia dengan cepat malah melumpuhkan titik lemah Kim.
Prok! Prok! Prok!
Kalvin dan juga pelatihnya bertepuk tangan melihat aksi dua wanita ini.
"Bagus! Kemampuanmu semakin di atas rata-rata."
"Terima kasih, Mommy!"
"Jadi setelah ini kami boleh menghajar Daddy?!" tanya Kalvin menyahut.
"Tentu saja, kalian bisa membuat Daddy babak belur sesuka kalian tapi jangan sampai membuatnya patah tulang. Karena Daddy dan Mommy besok ada rapat penting."
Pelatih yang mendengarnya sempat tercengang dengan ucapan kedua majikan kecilnya namun melihat respon wanita dewasa yang ada di hadapannya ia malah semakin terbengong.
Ini ayahnya sendiri saja di hajar, bagaimana dengan orang lain?!
"Baiklah, ayo Kal kita tunggu Daddy di ruang tamu." ajak Kia pada adiknya.
"Kalvin akan buat Daddy memohon ampun nanti."
"Ya Kia juga mau buat Daddy supaya tidak berani lagi menyakiti Mommy."
Obrolan keduanya yang masih terdengar di telinga sang pelatih membuatnya bergidik ngeri. Namun berbeda dengan respon Kim yang malah mengacungkan dua jempolnya.
"Good luck anak-anak."
***
Kia dan Kalvin sudah menunggu kedatangan Alex di ruang tamu.
Tak lama terlihat mobil yang sangat di kenalnya berhenti di pelataran mansion.
Lelaki itu berjalan dengan gontai, wajah yang sangat kusut dan juga rambut yang sudah berantakan.
Kalvin yang sudah bersiap di belakang pintu langsung naik ke punggung lelaki yang tak lain adalah ayahnya.
Kalvin sudah berada di atas punggung Alex dengan tangan yang mengapit leher lelaki tersebut.
Mungkin karena kuncian yang di lakukan Kalvin terlalu kuat, Alex terbatuk beberapa kali.
Uhuk! Uhuk!
"Kalvin, Dad tidak bisa bernafas-"
Belum sempat Alex melanjutkan ucapannya, Kia datang dan langsung menendang lutut Alex hingga lelaki tersebut bertekuk di hadapannya.
Tanpa membiarkan Alex bicara, kedua anaknya sudah melayangkan tangan ke arah tubuh Alex.
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Pukulan yang di lakukan dua anak ini tak bisa di anggap remeh.
Belum sempat Alex menghindar, lagi dan lagi Kia dan Kalvin langsung mendaratkan kakinya. Bukan lagi pukulan melainkan tendangan.
Tanpa ampun dua kaki sekaligus bersamaan.
Bugh!
"Untuk Daddy yang berani berteriak pada kami."
Bugh!
"Untuk Daddy yang telah menyakiti kami."
Bugh!
"Untuk Daddy yang telah menyakiti Mommyku."
Duak! Bugh!
Kaki Kia menghantam rahang Alex sedangkan kaki Kalvin meluncur lurus ke arah perut.
"Untuk Daddy yang membuat Mommyku menangis." ucap Kia diiringi mata yang telah basah.
Alex yang menerima pukulan bertubi-tubi hilang keseimbangan hingga tersungkur.
Sedangkan dua anaknya berdiri angkuh di hadapan Alex dengan tangan bersilang.
Bukan iba namun lebih pada kepuasan. Sejujurnya mereka juga sakit, namun ketika melihat sang mommy, rasa sakit itu semakin dalam.
Puas karena telah melampiaskan kekecewaan dan kemarahan pada ayah yang telah menyakiti ibunya.
Bukannya Alex tak bisa membalas namun ia masih sangat waras untuk tak menyakiti anaknya sendiri. Itulah sebabnya ia hanya diam menerima.
Maka dari ini pula Kim mengizinkan, biarkan mereka mengeluarkan apa yang membuat mereka bersedih. Alex tak akan membalas atau menyakiti anak-anak.
"Apa itu sakit Dad?!"
"Itu pasti sakit, Kakak. Ayo kita tolong Dad." Kalvin berubah menjadi polos lagi.
Namun siapa sangka, bukan kedua tangan Alex yang di raih kedua anaknya, namun tangan mereka tertuju pada rambut Alex.
Kia dan Kalvin menjambak rambut Alex hingga lelaki itu mengaduh kesakitan.
"Astaga, maaf kami tidak sengaja Dad." ucap Kia mengejek.
Alex hanya mematung menyaksikan kedua anaknya berbalik dan melangkah pergi.
Namun sebelum itu, Kia berhenti dan menoleh ke arah Alex yang masih terduduk di lantai.
"Sakit mana dengan apa yang Dad lakukan pada Mommy? Mommy merasakan sakit yang bahkan tak bisa dijelaskan. Tolong berhenti bertingkah, Dad. Kami menyayangi, Mommy."
Jleb!
Pertanyaan telak yang di ucapkan Kia menusuk hati Alex yang paling dalam.
Di tempat lain Kim menyaksikan kejadian tersebut, ia tersenyum miring. Alex seolah ingin membalas namun ia tak bisa. Terlihat lelaki itu mengepalkan tangan erat hingga baku jarinya memutih.
"Pelan tapi pasti! Kalian akan mendapat giliran satu persatu, ini hanya sedang proses."
*
Terdapat sebuah riwayat yang menceritakan tentang seorang yang durhaka pada anaknya. Seorang yang menemui Umar bin Khathab untuk menceritakan sikap anak durhaka dalam Islam yang dilakukan anaknya dan kemudian Umar memanggil anak tersebut kemudian menegur apa yang sudah dilakukan anak tersebut.
Anak itu kemudian bertanya, "Wahai Amirul Mukminin, bukankah anak memiliki hak atas orangtuanya?" dan Umar membenarkan perkataan anak tersebut sembari menjelaskan jika haknya adalah memilihkan calon ibu yang baik untuknya, memberi nama baik dan mengajari tentang Al Quran.
Kemudian anak tersebut berkata, "Wahai Amirul Mukminin, ayahku tidak melakukan satu pun dari apa yang tuan sebutkan itu. Ibuku wanita berkulit hitam bekas budak beragama Majusi. Ia menamakanku Ju'lan (tikus atau curut), dan dia tidak mengajariku satu huruf pun dari Alquran.
Umar lalu memandangi orangtua tersebut sembari berkata, "Engkau datang mengadukan kedurhakaan anakmu, padahal engkau telah durhaka kepadanya sebelum ia mendurhakaimu. Engkau telah berbuat buruk kepadanya sebelum ia berbuat buruk kepadamu."
Orangtua yang menyakiti hati anak ditambah dengan menelantarkan anaknya tersebut mengartikan jika orangtua baik ayah atau ibu sudah berdosa pada anak anaknya.
Rasulullah SAW bersabda, "seseorang dikatakan telah cukup berbuat dosa bilamana menelantarkan orang-orang yang menjadi tanggungannya. (H.R. Abu Daud dan Nasa'i). Sebagai orangtua, tidak boleh beranggapan dapat memperlakukan anak seenaknya, sebab orangtua memiliki tanggung jawab tidak hanya dalam urusan melahirkan, namun berbagai penyebab lainnya di dunia. Segala kebutuhan dan hak seorang anak juga harus terpenuhi mulai dari kasih sayang, makanan, pakaian, tempat bernaung dan juga pendidikan anak dalam Islam yang menjadi kewajiban orangtua terhadap anaknya.
DIKUTIP DARI DETIK.COM
🌸🌸🌸🌸🌸
JANGAN LUPA LIKE • KOMENT • DAN BERIKAN VOTE! •