Vernatha Aira Lexandra atau yang di panggil Natha, dia terlahir kembali.
Di kehidupan sebelumnya, Natha tidak pernah menyangka bahwa adik perempuannya mengambil suaminya dan mengambil semua yang Natha miliki.
Lalu, suami dan adik perempuannya itu yang selalu Natha percayai, mengkhianatinya. Mereka berhubungan di belakang Natha. Mereka juga bekerjasama untuk merebut warisan orang tua Natha sejak lama.
Natha merasa hidupnya selama 27 tahun di permainkan. Di detik-detik sebelum Natha mati, ia di tuntun mereka ke dalam sebuah jurang curam. Suaminya yang selalu Natha cintai dengan tulus, adiknya yang selalu Natha utamakan dalam segala hal, membunuh Natha dengan mendorongnya jatuh sehingga Natha mati di tempat dengan tubuh hancur.
Di sanalah hidup Natha berakhir dengan menyedihkan.
Natha bersumpah untuk membalas dendam.
Saat kelahirannya kembali, Natha mengubah semua takdirnya. Hal paling utama adalah Natha memilih suami pilihan pertamanya yang akan di jodohkan dengannya. Hanya saja dia mengalami cacat dan vegetatif. Pria itu tidak pernah bangun di kehidupan pertama Natha.
Namun suatu hari..
"Apakah kamu yang merawatku?"
Natha menoleh dan melotot kaget melihatnya bangun.
_______
Note;
• Konflik berputar-putar.
• Anti pelakor (Paling cuma pengganggu).
• Terdapat unsur dewasa 18+
• Bagi yang menderita uwuphobia, harap menjauh dari cerita ini!
• Harap Follow author sebelum membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febbfbrynt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 17
"Natha! Tadi ada seorang guru yang bertanya tentangmu. Apakah kamu akan mengikuti olimpiade fisika?" kata Theresa saat melihat Natha masuk kelas. "Sebenarnya kamu di haruskan. Tapi itu terserahmu saja."
Natha memang paling pintar dalam bidang fisika. Wajar, jika guru fisika mengajukan Natha ke seleksi bakat untuk olimpiade.
Melihat Natha yang terdiam, Theresa khawatir Natha tidak akan mengikutinya. Theresa membujuknya, "Nath, ayo ikuti saja! Internasional loh! Olimpiadenya pun di laksanakan di luar kota. Kamu bisa membanggakan sekolah kita!"
Teman sekelas lainnya yang berada di kelas mengangguk setuju dan mendukungnya.
"Ada apa?"
Natha akan membuka mulut, namun tertutup kembali saat mendengar pertanyaan orang yang baru memasuki kelas. Dia Aksa.
Theresa terlihat sangat antusias menjawab pertanyaan Aksa, "Begini, Natha di ajukan untuk mengikuti olimpiade fisika. Tadi, ada guru yang datang ke sini.."
Aksa langsung menatap Natha dengan senyum cerah, "Nath! Terima saja! Aku akan mendukungmu sampai akhir!" ujarnya semangat.
"Iya, Nath! Kita bakal mendukungmu di baris terdepan!"
"Terima saja!"
"Kamu mempunyai otak yang cerdas, jadi fisika pasti sangat mudah untukmu!"
"Iya! Selain bisa membanggakan sekolah, kelas kita pun akan menjadi populer karenamu!"
"Betul sekali!"
Natha di kerumuni dengan suara ramai yang merupakan dukungan semua teman kelasnya.
Natha terlihat kewalahan. Ia menghela nafas dalam-dalam, "Oke, oke. Aku akan mengikutinya."
Suara Natha menghentikan semua orang yang berbicara. Kelas menjadi hening. Beberapa detik kemudian, suara tepuk tengan dari Aksa menyebar ke semua orang.
Kelas menjadi sangat ramai. Mereka bersorak mendapatkan jawaban Natha.
Hati Natha terasa hangat mendapatkan dukungan dari mereka.
Dulu, mereka tidak seantusias ini. Natha merasa sendiri. Tidak ada yang mendukungnya. Ia di benci dan di acuhkan. Semua usahanya terasa sia-sia.
Sepertinya, Tuhan memberikan keadilan padanya--di kehidupan sekarang.
Natha akan berusaha dan tidak mengecewakan mereka.
***
"Nath! Kamu di panggil ke kantor untuk membahas tentang olimpiade itu," teriak Aksa dari luar kelas.
Hari ini memang jamkos. Jadi Natha hanya baca-baca buku di kelas. Sedangkan, orang lain berkeliaran entah kemana.
Natha mengangguk untuk menanggapi Aksa. Lalu, ia beranjak keluar.
"Mau aku temani tidak?" tawar Aksa saat Natha sudah keluar pintu kelas.
Natha menggeleng, "Tidak perlu. Aku akan ke sana sendiri saja."
Aksa nengangguk mengerti.
"Aku duluan, yah!" pamit Natha yang di balas senyuman manis Aksa.
Natha mulai melangkahkan kakinya menuju kantor. Letaknya tidak terlalu jauh, hanya butuh 4 menit untuk sampai di sana.
Natha mengetuk pintu. Lalu, ada suara dari dalam untuk menyuruhnya masuk.
Natha membuka pintu bercat cokelat itu. Pandangannya di sambut dengan rak-rak dengan berbagai macam buku dan kertas yang menumpuk, meja guru, serta kursi panjang.
Mala--guru fisika, saat melihat Natha masuk, ia langsung tersenyum, "Natha, duduklah," katanya seraya menunjuk ke kursi di hadapannya.
Natha mengangguk.
Namun, gerakan Natha terhenti saat melihat seseorang di kursi yang akan dia duduki. Ia baru sadar ada orang lain di depan Bu Mala.
Mala yang melihat pandangan Natha, mulai mengerti dan menjelaskan, "Dia yang akan menjadi pasangan olimpiade kamu."
Kening Natha mengerut tidak suka seraya menatap orang itu.
Yang akan menjadi pasangannya..
Galen?
Hati Natha menegang. Ini kali pertamanya bertemu dengan Galen sejak kelahirannya kembali. Jantungnya berdegup kencang. Natha menutup matanya berusaha untuk menahan ingatannya masa lalunya. Natha menarik nafas dalam-dalam. Setelah membuangnya ia menjadi sedikit tenang.
Natha tidak menduga ia akan bertemu Galen secepat ini. Ia memang tidak pernah bertemu. Walaupun berada di tingkatan yang sama, Natha berbeda jurusan dengan Galen. Jarak kelasnya pun cukup jauh. Jadi, Natha tidak perlu waswas dan menghindar jika menemui Galen.
Galen memang pintar. Namun, dia pemalas. Natha ingat kembali, Galen tidak mengikuti olimpiade di masa lalu. Tapi, kenapa sekarang Galen mengikutinya?
Galen dan Bu Mala bingung melihat keterdiaman Natha yang tidak wajar.
Lalu Natha menatap Bu Mala dengan senyuman yang tidak sampai ke matanya, "Bu, Maaf. Sepertinya aku tidak bisa mengikuti olimpiade."
Ucapan Natha membuat Bu Mala dan Galen sama-sama mengernyit.
"Loh? Kenapa Natha? Kalian sudah saling mengenal, kan?" kata Mala melihat ketidaksenangan di wajah Natha saat menatap Galen.
Natha tersenyum pongah, "Bukan itu maksud saya, Bu. Saya mempunyai sesuatu yang tidak bisa saya tinggalkan di rumah," jawabnya antara benar dan tidak.
Awalnya, Natha memang akan mengikuti. Namun, setelah melihat Galen dan juga saat mengingat Abyan di rumah, Natha berubah pikiran. Lebih baik ia merawat Abyan daripada harus bersama Galen untuk olimpiade.
Walaupun kecewa, Bu Mala tetap mengangguk mengerti. Ia tidak akan terlalu memaksa.
Sedangkan ekspresi Galen berubah. Galen tahu apa yang di maksud Natha. Hatinya panas dan merasa kesal. Awalnya, ia tidak mau ikut olimpiade, namun Galen mendengar Bu Mala menyuruh seseorang untuk memberitahu dan menawarkan Natha mengikuti olimpiade. Galen merasa tertarik dan ikut mengikutinya.
Tidak terbayangkan, Natha mundur. Sekarang, saat Natha menatapnya, bukanlah tatapan antusias dan senang, tapi tatapan tidak suka dan sedikit dingin.
Galen yakin, Natha tidak jadi ikut pasti karena dia sendiri yang akan menjadi pasangannya. Galen tidak yakin dengan alasan yang Natha ucapkan. Natha tidak akan suka dan merawat lelaki cacat itu! Natha pasti masih menyukainya! Mungkin tatapan tidak suka yang Galen lihat di mata Natha kepadanya pasti karena pernikahannya yang tidak jadi!
Memikirkan itu, wajah Galen sedikit pulih.
"Kalau begitu, saya pamit, Bu," ucap Natha seraya mencium tangan Bu Mala.
Bu Mala menghela nafas berat, "jika kamu berubah pikiran, temui ibu di sini. Waktunya masih beberapa hari lagi."
Natha mengangguk dan tersenyum sopan. Lalu, dia keluar dari ruangan itu. Namun setelah langkah, suara seseorang memanggilnya.
"Natha!"
Langkah langsung Natha berhenti. Ia sangat tahu suara siapa yang memanggilnya. Natha diam tanpa menoleh.
"Kenapa?" tanya Galen dengan kening mengerut, setelah dia sampai di depan Natha.
Natha tidak perlu berpura-pura, ia menatap Galen dingin.
Penderitaannya di masa lalu terus-menerus melintas di benaknya. Walaupun Natha mempunyai rasa takut, trauma dengan apa yang sudah Galen lakukan di masa lalu, ia mencoba melawan rasa takutnya.
Galen semakin bingung dengan mata dingin mata. Apalagi, Galen melihat kebencian yang sangat dalam. Ia tidak pernah melihatnya. Kenapa? Galen juga merupakan korban. Ia tidak pernah menduga, bukan Natha yang ia nikahi.
Natha tidak menjawab. Dengan acuh tak acuh malah melanjutkan langkah kakinya.
Galen sangat kesal, ia langsung menarik lengan kiri Natha, sehingga Natha mundur kembali ke belakang.
Wajah Natha semakin dingin. Dengan kasar, Natha menghempaskan tangan Galen yang menggenggam lengannya.
Galen kaget dengan reaksinya. Wajahnya jelas tidak senang, "Sebenci itukah kamu kepadaku? Kenapa? Kenapa kamu mundur? Apakah karena aku yang akan menjadi pasanganmu yang menjadi alasannya? Jangan membenciku, Natha. Aku sendiri pun menjadi korban dari pernikahan yang tertukar itu. Aku tidak pernah menyangka mereka akan mengorbankanmu untuk menggantikan Nhita. Aku menerima pernikahan ini karenamu."
Natha tersenyum sinis, "Oh, ya? Lalu kenapa harus aku yang menjadi alasanmu menerima pernikahan itu?"
Galen tidak mengerti dengan sikap Natha sekarang. Sikapnya sangat berbeda daripada saat terakhir kali dia bertemu dengannya. Natha sangat lembut bila berbicara dengannya. Wajah polos dan cantiknya selalu cerah dengan bibir yang selalu melengkung. Namun sekarang? Seakan-akan Natha orang lain. Sangat dingin.
"Karena aku menyukaimu, Natha."