Pelakor Itu Adik Ipar Ku. ( Ipar Adalah Maut Bagi Rumah Tangga Ku ).

Glen, Jakson dan Harlen pun langsung keluar dari dalam mobil mewah milik pemuda tampan itu. Dengan berjalan beriringan menuju rumah yang terbilang sangat kecil, dan tidak layak untuk di tempati.

"Apa itu adik dan ibumu?" tanya Jakson. Yang melihat dua orang anak perempuan yang masih sangat kecil dengan seorang ibu yang berbaring di atas papan kayu, dengan berbalutkan selimut tipis yang di miliki mereka.

"Benar tuan!" ucap Harlen dengan tatapan yang tertuju pada ke tiga wanita kesayangannya.

"Kaka, apa kau sudah membeli makanan?" tanya salah satu anak wanita yang berstatus sebagai adik ke dua dari Harlen.

"Maaf, kaka tidak memiliki uang saat ini dek!" ucap Harlen. Sembari memeluk sang adik.

"Ibu kita sudah lapar ka, bagaimana ini! Padahal ibu harus meminum obat ramuan yang kita buat." jelas nya. Yang khawatir akan kondisi sang ibu tercinta.

"Jek, kau segeralah hubungi Carlos, untuk membeli semua barang-barang yang di perlukan mereka!" pinta Glen. Dengan suara kecilnya, agar tidak di dengan ke dua anak itu.

"Baik tuan!" ucap Jakson.

Tampa aba-aba Glen sudah masuk ke dalam gubuk kecil itu, dan di gendongnya seorang wanita yang berusia 40 tahun itu menuju mobil nya. Untuk membawanya ke rumah sakit terdekat.

"Tuan, mau di bawa ke mana ibuku?" tanya Harlen. Saat melihat Glen memasukkan tubuh ibunya ke dalam mobil tampa permisi sama sekali dengan nya.

"Ayo, kita akan membawa ibumu ke rumah sakit!" ajak Glen yang sudah terlebih dahulu masuk ke dalam mobil, sembari memangku tubuh wanita itu.

Jakson, Harlen dan kedua adiknya pun ikut serta masuk ke dalam mobil! Dengan cepat Jakson melanjukan mobilnya menuju rumah sakit terdekat yang ada di kota.

☆☆☆☆☆

"Nona, sebenarnya apa yang telah terjadi pada tuan muda Alexsander?" tanya Pak Herry.

"Pak, saya mohon jadikan ini rahasia kita berdua! Aku tidak mau orang lain mengetahuinya." jelas Azhara. Yang setia menemani sang adik di sisinya saat ini.

"Ronal mengalami penyakit Leukemia stadium 3 akhir! Dan---

Azhara tidak dapat melanjutkan ucapanya, karena bulir-bulir bening itu sudah kembali membasahi pipi mulusnya.

"Apa!" pak Herry yang mendengar pun di buat kaget, akan penyakit tuan mudanya itu. Apa lagi, Ronal tidak pernah mengeluh padanya saat penyakitnya kambuh.

"Nona yang sabar ya! Oya, di mana istri tuan muda? Bukan nya seharusnya yang ada di sisi tuan itu istrinya bukan anda!!. Jelas pak Herry.

"Istrinya sedang berada di luar negri pak! Jadi saya yang akan mengurus adik ipar saya!!. Jawab Azhara. Sembari menatap sendu ke arah pria yang sudah berstatus sebagai adik iparnya itu.

Gadis yang menemani pak Herry sudah kembali ke kantor, untuk melanjutkan kembali pekerjaan nya.

"Baiklah, nona jika ada apa-apa segeralah hubungi saya! Saat ini saya harus kembali ke kantor untuk membereskan beberapa masalah kantor yang di alami perusahaan Alexsander. Jelas pak Herry.

Pak Herry sudah di beri kuasa oleh Ronal, untuk menggantikan posisinya saat pria itu tidak ada. Hal itu membuat pak Herry harus benar-benar memegang teguh janji nya untuk mengabdi dengan jujur di perusahaan Alexsander yang di pimpin oleh tuan muda Ronal Alexsander.

"Baiklah, hati-hati di jalan pak!" ucap Azhara.

Setelah kepergian pak Herry, Ronal tiba-tiba saja sudah menggerakkan jari-jari nya.

Azhara yang melihat tanda-tanda Ronal akan sadar pun langsung menekan tombol untuk memberi tanda pada sang dokter yang merawat Ronal di ruangan khusus VVIP.

Tak berselang lama, Dokter pun sudah datang dengan di ikuti oleh perawat wanita.

"Ada apa nona?" tanya dokter parubaya itu.

"Dok, tadi adik saya menggerakkan jarinya!" jawab jujur Azhara.

"Bagus, berarti sebentar lagi tuan muda Alexsander akan siuman!" jelas dokter. Dan langsung memeriksa ke adaan Ronal.

Ronal pun kini sudah membuka matanya dengan cara perlahan-lahan untuk mengimbangi cahaya yang masuk ke dalam matanya.

"Di mana aku?" tanya nya. Saat melihat ada dokter pria di sebelahnya.

"Dek, jangan banyak bergerak dulu!" pinta Azhara. Yang tidak menginginkan Ronal terlalu banyak bergerak karena itu akan menyebabkan sakit pada bagian perutnya.

"Kaka ada di sini?" tanya polos Ronal.

"Iya, dan kaka lah yang akan menjaga dan merawat mu sampai sembuh!" jelas Azhara.

"Bukan nya aku tadi sedang di kantor?" tanya nya lagi. Saat mengingat jika dirinya tadi masih membereskan beberapa berkas-berkas penting perusahaan.

"Iya, tetapi penyakitmu kambuh! Jadi jangan terlalu banyak fikiran, dan tentang perusahaan pak Herry yang akan menanganinya." jelas Azhara lagi. Agar adik nya itu tidak lagi memikirkan pekerjaan nya di saat sedang sakit.

"Di mana Alexsa ka?" tanya Ronal yang tidak mengetahui jika istrinya sedang berada di luar negri.

"Alexsa sedang berada di luar kota! Karena ada beberapa pekerjaan yang harus di urusnya." bohong Azhara. Agar Ronal tidak terlalu mengkhawatirkan istrinya itu.

"Ka, sebenarnya aku sakit apa?" tanya Ronal.

Sebenarnya Azhara sangat berat hati untuk mengatakan nya, namun Ronal memaksanya untuk mengatakan tentang penyakitnya saat ini. Apa lagi dirinya harus di larikan ke rumah sakit, dan di letakkan di ruangan khusus VVIP. Hal itu membuat Ronal penasaran.

"Leukemia! Hanya itu yang keluar dari mulut Azhara.

Hahaha. "Berarti hidupku sudah tidak lama lagi ya!" ucap Ronal dengan suara yang bergetar.

Hal itu membuat Azhara sakit, dan langsung memeluk tubuh adik iparnya itu.

"Tidak, kita akan melakukan kemoterapi dek! Aku tidak mau kau sampai kenapa-napa." sela Azhara.

"Penyakit ini sudah stadium berapa ka?" tanya Ronal lagi.

"Stadium 3!" jawab jujur Azhara.

"Ka!" panggilnya pada wanita yang ada di sampingnya dengan suara bergetar.

"Ada apa dek?" tanya Azhara dengan mata yang sudah mengeluarkan bulir-bulir bening di pelupuk mata indah nya.

Di usapnya bulir bening yang membasahi pipi mulus kaka nya itu, Ronal memberi sebuah pelukan pada wanita yang berstatus sebagai kaka ipar yang sangat baik hati.

"Ka, aku mohon. Jangan beritahu tentang penyakitku pada Alexsa dan juga ka Glen! Aku tidak ingin membuat mereka berdua cemas." jelas Ronal. Yang masih setia memeluk tubuh sang kaka, yang di rasanya Azhara memberi kekuatan seperti seorang ibunya.

Dokter parubaya dan juga seorang perawat wanita yang melihat pasien nya merasa kasihan, apa lagi dengan kondisi Ronal. Pria itu masih sangat muda, tetapi sudah memiliki penyakit yang sangat mematikan.

Dengan perlahan-lahan dokter dan perawat itupun langsung keluar, agar tidak menggangu ketenangan pasien nya itu.